Beginilah Allah menciptakan segala sesuatu pada mulanya. Ia menciptakan alam semesta dan segala isinya dalam enam hari. Pada saat Allah menciptakan bumi, bumi itu masih gelap dan kosong karena Ia belum membentuk apapun di dalamnya. Tetapi Roh Allah ada disana melayang-layang diatas permukaan air.
Lalu Allah berfirman, “Jadilah terang!” Dan terang itu jadi. Allah melihat terang itu baik dan Ia menyebutnya “siang”. Ia memisahkan terang itu dari gelap, yang Ia sebut dengan “malam”. Allah menciptakan terang pada hari pertama penciptaan.
Pada hari kedua penciptaan, Allah berfirman, “Jadilah cakrawala di atas air.” Dan cakrawala itu pun jadi. Allah menyebut cakrawala ini “langit”.
Pada hari ketiga, Allah berfirman, “Hendaklah air berkumpul pada satu tempat, dan tampaklah tanah yang kering.” Ia menyebut bagian yang kering itu “darat”, dan Ia menyebut air itu “laut”. Allah melihat bahwa apa yang diciptakan-Nya itu baik.
Lalu Allah berfirman, “Hendaklah tanah menghasilkan segala jenis pepohonan dan tumbuh-tumbuhan.” Dan itulah yang terjadi. Allah melihat bahwa apa yang diciptakan-Nya itu baik.
Pada hari keempat penciptaan, Allah berfirman, “Jadilah terang di langit.” Dan tampaklah matahari, bulan, dan bintang. Allah membuat semuanya itu untuk menerangi bumi dan untuk menandakan siang
dan malam, musim dan tahun. Allah melihat bahwa apa yang diciptakan-Nya itu baik.
Pada hari yang kelima, Allah berfirman, “Hendaklah makhluk hidup memenuhi air, dan burung-burung beterbangan di langit.” Beginilah Ia membuat segala sesuatu yang berenang di air dan semua burung di udara. Allah melihat bahwa semuanya itu baik, dan Ia memberkati semuanya itu.
Pada hari keenam penciptaan, Allah berfirman, “Jadilah segala jenis hewan yang ada di darat!” Dan jadilah seperti yang dikatakan Allah. Beberapa jenis hewan ternak, beberapa jenis hewan yang merayap di tanah, dan beberapa jenis hewan liar. Dan Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Kemudian Allah berfirman, “Baiklah kita menjadikan manusia segambar dan serupa dengan kita. Mereka akan berkuasa atas bumi dan semua hewan.”
Lalu Allah mengambil tanah, membentuknya menjadi manusia, dan menghembuskan nafas hidup kepadanya. Manusia ini diberi nama Adam. Allah membuat sebuah taman yang begitu luas dimana Adam dapat tinggal, dan menempatkannya di sana untuk merawat taman itu.
Di tengah-tengah taman itu, Allah menempatkan dua pohon khusus yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Allah berkata kepada Adam bahwa ia dapat makan buah dari setiap pohon yang ada di dalam taman itu kecuali buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Jika ia memakan buah dari pohon itu, ia akan mati.
Lalu Allah berfirman, “Tidak baik jika manusia itu hidup sendiri.” Tetapi tidak ada satu pun dari hewan-hewan ini yang dapat menjadi penolong Adam.
Kemudian Allah membuat Adam tertidur dengan nyenyak. Ketika Adam tertidur lalu Allah mengambil salah satu rusuk dari Adam lalu membentuk seorang perempuan dari rusuk itu dan setelah Allah selesai lalu membawa perempuan itu kepada Adam.
Ketika Adam melihatnya, Adam berkata, “Akhirnya! Ini mirip denganku! Lalu Adam menyebutnya ‘Perempuan’ yang berarti diciptakan dari seorang Laki-laki.” Inilah sebabnya seorang laki-laki harus meninggalkan ayahnya dan ibunya lalu menjadi satu dengan istrinya.
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar dan rupa Allah. Allah memberkati mereka dan berkata kepada mereka. Beranak cuculah dan penuhilah bumi ini. Dan Allah melihat semua yang diciptakanNya sangat baik dan Allah sangat senang atas semuanya ini. Semua terjadi pada hari keenam dari penciptaan.
Pada hari ketujuh. Allah telah menyelesaikan semua karya penciptaanNya yang telah dilakukanNya. Allah memberkati hari ketujuh dan menguduskan hari itu karena pada hari tersebut Allah berhenti menciptakan. Hal ini tentang bagaimana cara Allah menciptakan alam semesta dan semua yang ada didalamnya.
Sebuah Cerita Alkitab dari: Kejadian 1-2
Adam dan istrinya sangat bahagia tinggal di taman indah yang dibuat Allah untuk mereka. Mereka berdua tidak mengenakan pakaian, tetapi ini tidak membuat mereka merasa malu karena tidak ada dosa di dunia. Mereka sering berjalan-jalan di taman dan berbicara dengan Allah.
Tetapi ada seekor ular di taman itu. Ular itu sangat licik. Dia bertanya kepada wanita itu, “Apakah Allah benar-benar melarangmu makan buah dari setiap pohon di taman ini?”
Wanita itu menjawab, “Allah mengatakan kepada kami bahwa kami dapat makan buah dari semua pohon kecuali dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Allah mengatakan kepada kami, ‘Jika engkau memakan buah itu atau bahkan menyentuhnya, engkau akan mati.’”
Ular itu menjawab kepada wanita itu, “Itu tidak benar! Kamu tidak akan mati. Allah hanya tahu bahwa begitu kamu memakannya, kamu akan menjadi seperti Allah dan akan memahami yang baik dan yang jahat seperti Dia.”
Wanita itu melihat bahwa buah itu indah dan tampak lezat. Dia juga ingin menjadi bijaksana, jadi dia memetik beberapa buah dan memakannya. Kemudian dia memberi beberapa kepada suaminya, yang bersamanya, dan dia juga memakannya.
Tiba-tiba, mata mereka terbuka dan mereka menyadari bahwa mereka telanjang. Mereka mencoba menutupi tubuh mereka dengan menjahit daun-daun untuk membuat pakaian.
Kemudian manusia itu dan istrinya mendengar suara Allah yang sedang berjalan melalui taman. Mereka berdua bersembunyi dari Allah. Kemudian Allah memanggil manusia itu, “Di manakah engkau?” Adam menjawab, “Aku mendengar Engkau berjalan di taman ini, lalu aku menjadi takut sebab aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
Kemudian Allah bertanya, “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau telah memakan buah yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab, “Perempuan yang Kauberikan kepadaku, dialah yang memberikan buah itu kepadaku. “Kemudian Allah bertanya kepada perempuan itu, “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu, “Ular itu yang memperdaya aku.”
Allah berkata kepada ular itu, “Terkutuklah engkau! Dengan perutmulah engkau akan menjalar, dan debu tanahlah yang akan kamu makan. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Kemudian Allah berkata kepada wanita itu, “Aku akan membuat engkau sangat kesakitan ketika engkau akan melahirkan anak. Engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan berkuasa atasmu.”
Allah berkata kepada manusia itu, “Engkau mendengarkan suara isterimu dan tidak menaatiKu. Sekarang tanah ini telah terkutuk, dan dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu. Lalu engkau akan mati dan tubuhmu akan kembali ke tanah.” Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, yang berarti “pemberi kehidupan,” karena dia akan menjadi ibu dari semua orang. Dan Allah mengenakan pakaian kulit binatang kepada Adam dan Hawa.
Kemudian Allah berfirman, “Sekarang manusia telah menjadi seperti Kita dengan mengetahui yang baik dan yang jahat, mereka tidak diperbolehkan memakan buah dari pohon kehidupan dan hidup untuk selama-lamanya.” Jadi Allah mengusir Adam dan Hawa dari taman itu. Allah menempatkan malaikat-malaikat yang kuat di pintu masuk taman untuk mencegah siapa pun memakan buah dari pohon kehidupan.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 3
Setelah sekian lama, banyak orang hidup di dunia. Mereka menjadi sangat jahat dan kejam. Keadaan menjadi sangat buruk sehingga Allah memutuskan untuk menghancurkan seluruh dunia dengan banjir yang sangat besar.
Tetapi Allah berkenan kepada Nuh. Dia adalah orang benar yang hidup di tengah-tengah orang-orang jahat. Allah memberitahu Nuh bahwa Dia akan membuat banjir besar. Oleh karena itu, Dia menyuruh Nuh untuk membuat sebuah bahtera yang sangat besar.
Allah memberitahu Nuh untuk membuat bahtera dengan panjang sekitar 140 meter, lebar 23 meter, dan tinggi 13,5 meter. Nuh harus membuatnya dengan kayu dan membuat tiga tingkat, banyak ruangan, atap, dan jendela. Bahtera itu akan membuat Nuh, keluarganya, dan semua jenis binatang darat aman selama banjir.
Nuh menaati Allah. Dia dan ketiga putranya membangun bahtera seperti yang diperintahkan Allah kepada mereka. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat bahtera itu karena ukurannya yang sangat besar. Nuh memperingatkan orang-orang tentang air bah yang akan datang dan menyuruh mereka untuk berbalik kepada Allah, tetapi mereka tidak percaya kepadanya.
Allah juga memerintahkan Nuh dan keluarganya untuk mengumpulkan makanan yang cukup untuk diri mereka sendiri dan binatang-binatang. Ketika semuanya sudah siap, Allah memberitahu Nuh bahwa sudah waktunya baginya, istrinya, ketiga anak laki-lakinya, dan istri-istri mereka untuk masuk ke dalam bahtera - semuanya berjumlah delapan orang.
Allah mengirimkan seekor jantan dan seekor betina dari setiap jenis binatang dan burung kepada Nuh agar mereka dapat masuk ke dalam bahtera dan selamat selama air bah. Allah mengirimkan tujuh ekor jantan dan tujuh ekor betina dari setiap jenis binatang yang dapat digunakan sebagai korban. Ketika mereka semua sudah berada di dalam bahtera, Allah sendiri yang menutup pintu.
Kemudian hujan mulai turun, dan hujan, dan hujan. Hujan turun selama 40 hari 40 malam tanpa henti! Air juga memancar keluar dari dalam bumi. Segala sesuatu di seluruh dunia ditutupi oleh air, bahkan gunung-gunung yang paling tinggi sekalipun.
Segala sesuatu yang hidup di daratan mati kecuali manusia dan binatang yang ada di dalam bahtera. Bahtera itu mengapung di atas air dan menjaga semua yang ada di dalam bahtera agar tidak tenggelam.
Setelah hujan berhenti, bahtera itu mengapung di atas air selama lima bulan, dan selama itu pula air mulai surut. Kemudian, suatu hari, bahtera itu tersandar di puncak gunung, tetapi dunia masih tertutup air. Setelah tiga bulan lagi, puncak-puncak gunung mulai terlihat.
Setelah 40 hari lagi, Nuh mengirim seekor burung yang disebut burung gagak untuk melihat apakah air telah mengering. Burung gagak itu terbang ke sana kemari mencari daratan yang kering, tetapi tidak menemukannya.
Kemudian Nuh mengirim seekor burung yang disebut merpati. Tetapi burung itu juga tidak dapat menemukan tanah kering, sehingga ia kembali kepada Nuh. Seminggu kemudian, Nuh mengirim burung merpati itu lagi, dan burung itu kembali dengan ranting zaitun di paruhnya! Air mulai surut, dan tanaman-tanaman mulai tumbuh lagi!
Nuh menunggu seminggu lagi dan mengirim burung merpati itu untuk ketiga kalinya. Kali ini, burung merpati itu menemukan tempat untuk beristirahat dan tidak kembali lagi. Air mulai mengering!
Dua bulan kemudian, Allah berkata kepada Nuh, "Engkau dan keluargamu serta semua binatang boleh meninggalkan bahtera sekarang. Beranak cuculah dan penuhilah bumi." Maka Nuh dan keluarganya pun keluar dari bahtera.
Setelah Nuh turun dari bahtera, ia membangun sebuah mezbah dan mengorbankan beberapa dari setiap jenis binatang yang dapat digunakan sebagai korban. Allah senang dengan pengorbanan itu dan memberkati Nuh dan keluarganya.
Allah berfirman, “Aku berjanji tidak akan pernah lagi mengutuk tanah karena perbuatan jahat yang dilakukan manusia, atau menghancurkan dunia dengan mendatangkan air bah, meskipun manusia sudah cenderung berdosa sejak masa kanak-kanak.”
Allah kemudian membuat pelangi pertama sebagai tanda janji-Nya. Setiap kali pelangi muncul di langit, Allah akan mengingat apa yang telah dijanjikan-Nya dan begitu pula dengan umat-Nya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 6-8
Bertahun-tahun setelah air bah, masih ada banyak orang di dunia ini, dan mereka masih berdosa kepada Allah dan satu sama lain. Karena mereka semua berbicara dalam bahasa yang sama, mereka berkumpul bersama dan membangun sebuah kota. Mereka tidak menyebar ke seluruh bumi seperti yang diperintahkan Allah.
Mereka sangat sombong, dan mereka tidak mau menaati perintah Allah tentang bagaimana mereka harus hidup. Mereka bahkan mulai membangun sebuah menara tinggi yang akan mencapai surga. Allah melihat bahwa jika mereka terus bekerja sama untuk melakukan kejahatan, mereka akan melakukan lebih banyak lagi hal-hal yang berdosa.
Jadi Allah mengubah bahasa mereka menjadi berbagai bahasa yang berbeda dan menyebarkan mereka ke seluruh dunia. Kota yang mulai mereka bangun dinamakan Babel, yang berarti “bingung”.
Ratusan tahun kemudian, Allah berbicara kepada seorang laki-laki bernama Abram. Allah berkata kepadanya,“Tinggalkanlah negerimu dan keluargamu dan pergilah ke negeri yang akan Aku tunjukkan kepadamu. Aku akan memberkati engkau dan membuat engkau menjadi bangsa yang besar. Aku akan membuat namamu masyhur. Aku akan memberkati mereka yang memberkati engkau dan mengutuk mereka yang mengutuk engkau. Semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat karena engkau.”
Maka taatlah Abram kepada Allah. Ia membawa istrinya, Sarai, bersama dengan semua hambanya dan semua yang dimilikinya untuk pergi ke negeri yang ditunjukkan Allah kepadanya, yaitu tanah Kanaan.
Ketika Abram tiba di Kanaan, Allah berfirman, “Lihatlah ke sekelilingmu. Aku akan memberikan kepadamu seluruh negeri ini, dan keturunanmu akan selalu memilikinya.” Kemudian Abram menetap di negeri itu.
Ada seorang pria bernama Melkisedek yang merupakan seorang imam dari Allah Yang Mahatinggi. Suatu hari, setelah Abram berperang, ia dan Abram bertemu. Melkisedek memberkati Abram dan berkata, “Kiranya Allah Yang Mahatinggi, yang memiliki langit dan bumi, memberkati Abram.” Kemudian Abram memberikan sepersepuluh dari semua yang dimenangkannya dalam peperangan kepada Melkisedek.
Bertahun-tahun berlalu, tetapi Abram dan Sarai masih belum memiliki seorang anak laki-laki. Allah berbicara kepada Abram dan berjanji lagi bahwa ia akan memiliki seorang anak laki-laki dan keturunan sebanyak bintang di langit. Abram mempercayai janji Allah. Allah menyatakan bahwa Abram adalah orang benar karena ia percaya kepada janji Allah.
Kemudian Allah membuat perjanjian dengan Abram. Biasanya, perjanjian adalah kesepakatan antara dua pihak untuk melakukan sesuatu untuk satu sama lain. Namun dalam kasus ini, Allah membuat janji kepada Abram ketika Abram sedang tidur nyenyak, tetapi ia masih dapat mendengar Allah. Allah berkata, “Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki dari tubuhmu sendiri. Aku akan memberikan tanah Kanaan kepada keturunanmu.” Tetapi Abram tetap tidak memiliki anak laki-laki.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 11-15
Sepuluh tahun setelah Abram dan Sarai tiba di Kanaan, mereka masih belum memiliki anak. Lalu istri Abram, Sarai, berkata kepadanya, “Karena Allah tidak mengizinkan aku memiliki anak, dan sekarang aku sudah terlalu tua untuk memiliki anak, inilah hambaku, Hagar. Nikahilah dia juga supaya ia dapat melahirkan seorang anak bagiku.”
Maka Abram menikahi Hagar. Hagar melahirkan seorang anak laki-laki, dan Abram menamainya Ismael. Tetapi Sarai menjadi cemburu kepada Hagar. Ketika Ismael berumur tiga belas tahun, Allah kembali berbicara kepada Abram.
Allah berfirman, “Akulah Allah Yang Mahakuasa. Aku akan mengadakan perjanjian denganmu.” Kemudian Abram sujud menyembah ke tanah. Allah juga berkata kepada Abram, “Engkau akan menjadi bapa banyak bangsa. Aku akan memberikan kepadamu dan keturunanmu tanah Kanaan sebagai milik mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka untuk selama-lamanya. Engkau harus menyunat setiap laki-laki dalam keluargamu.”
“Istrimu, Sarai, akan melahirkan seorang anak laki-laki, dia akan menjadi anak yang dijanjikan. Berilah dia nama Ishak. Aku akan mengikat perjanjian-Ku dengan dia, dan dia akan menjadi bangsa yang besar. Aku akan membuat Ismael menjadi bangsa yang besar juga, tetapi perjanjian-Ku akan tetap dengan Ishak.” Kemudian Allah mengubah nama Abram menjadi Abraham, yang berarti “bapa banyak orang.” Allah juga mengubah nama Sarai menjadi Sara, yang berarti “putri.”
Pada hari itu Abraham menyunat semua laki-laki dalam keluarganya. Sekitar setahun kemudian, ketika Abraham berusia 100 tahun dan Sara berusia 90 tahun, Sara melahirkan seorang anak laki-laki. Mereka menamainya Ishak, seperti yang diperintahkan Allah kepada mereka.
Ketika Ishak masih muda, Allah menguji iman Abraham dengan berkata, “Ambillah Ishak, anakmu yang tunggal itu, dan sembelihlah dia sebagai korban kepada-Ku.” Sekali lagi, Abraham taat kepada Allah. Dia bersiap untuk mengorbankan anaknya.
Ketika Abraham dan Ishak berjalan menuju tempat pengorbanan, Ishak bertanya, “Bapa, kami memiliki kayu untuk pengorbanan, tetapi di manakah anak domba itu?” Abraham menjawab, “Allah akan menyediakan anak domba untuk korban, anakku.”
Ketika mereka sampai di tempat pengorbanan, Abraham mengikat Ishak, putranya, dan membaringkannya di atas mezbah. Dia hendak membunuh anaknya ketika Allah berkata, “Berhentilah! Jangan sakiti anak itu! Sekarang Aku tahu bahwa engkau takut kepada-Ku karena engkau tidak menahan anakmu yang tunggal itu dari pada-Ku.”
Di dekatnya, Abraham melihat seekor domba jantan yang tersangkut di semak-semak. Allah telah menyediakan domba jantan itu untuk menjadi korban sebagai pengganti Ishak. Abraham dengan senang hati mempersembahkan domba jantan itu sebagai korban.
Kemudian Allah berkata kepada Abraham, “Karena engkau bersedia memberikan segala sesuatu kepada-Ku, bahkan anakmu yang tunggal, Aku berjanji untuk memberkati engkau. Keturunanmu akan lebih banyak daripada bintang di langit. Karena engkau telah menaati Aku, Aku akan memberkati semua keluarga di dunia melalui keluargamu.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 16-22
Ketika Abraham sudah lanjut usia, anaknya Ishak telah tumbuh menjadi laki-laki yang dewasa. Lalu Abraham mengutus salah satu hambanya untuk pergi ke negeri tempat sanak saudaranya tinggal untuk mencarikan istri bagi anaknya, Ishak.
Setelah perjalanan yang sangat jauh ke negeri dimana sanak saudara Abraham tinggal, Allah menuntun hamba itu kepada Ribka. Ia adalah cucu dari saudara Abraham.
Ribka setuju untuk meninggalkan keluarganya dan pergi bersama hamba tersebut ke rumah Ishak. Ishak menikahi perempuan itu segera setelah ia tiba di sana.
Setelah beberapa waktu kemudian, Abraham meninggal. Kemudian Allah memberkati anak Abraham yaitu Ishak karena perjanjian yang telah Ia buat dengan Abraham. Salah satu janji Allah dalam perjanjian tersebut adalah Abraham akan memiliki keturunan yang tidak terhitung jumlahnya. Tetapi istri Ishak, Ribka, tidak dapat memiliki anak.
Ishak berdoa untuk Ribka, dan Allah mengizinkannya untuk mengandung anak kembar. Kedua bayi tersebut bertolak-tolakan satu sama lain ketika mereka masih ada di dalam rahim Ribka, sehingga Ribka bertanya kepada Allah apa yang sedang terjadi.
Allah berkata kepada Ribka, “Engkau akan melahirkan dua anak laki-laki. Keturunan mereka akan menjadi dua bangsa yang berbeda. Mereka akan saling bertengkar satu sama lain. Tetapi bangsa yang berasal dari anak sulungmu akan taat kepada bangsa yang berasal dari anak bungsumu.”
Ketika bayi-bayi Ribka lahir, anak yang sulung berwarna kemerahan dan berbulu, lalu mereka menamainya Esau. Kemudian anak yang bungsu keluar sambil memegang tumit Esau, dan mereka menamainya Yakub.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 24:1-25:26
Ketika anak-anak itu tumbuh dewasa, Yakub lebih senang tinggal di rumah, sedangkan Esau lebih suka berburu binatang. Ribka mengasihi Yakub, tetapi Ishak mengasihi Esau.
Suatu hari, ketika Esau kembali dari perburuan, ia sangat kelaparan. Esau berkata kepada Yakub, “Berikanlah aku sedikit dari makanan yang engkau buat”. Yakub menjawab, “Pertama, bersumpahlah padaku untuk memberikan hak kesulunganmu”. Lalu Esau bersumpah untuk memberikan semuanya kepada Yakub. Kemudian Yakub memberikannya makanan.
Ishak hendak memberikan berkatnya kepada Esau. Tetapi sebelum ia melakukannya, Ribka dan Yakub menipunya dengan menyuruh Yakub berpura-pura menjadi Esau. Ishak sudah tua dan tidak dapat lagi melihat. Lalu Yakub mengenakan pakaian Esau dan menempelkan kulit kambing pada leher dan tangannya.
Yakub datang kepada Ishak dan berkata, “Aku Esau. Aku datang agar engkau dapat memberkati aku”. Ketika Ishak menyentuh bulu kambing dan mencium bau pakaiannya, ia berpikir bahwa itu adalah Esau dan memberkatinya.
Esau membenci Yakub karena Yakub merebut haknya sebagai anak sulung dan juga berkatnya. Sehingga ia berencana untuk membunuh Yakub setelah ayah mereka meninggal.
Tetapi Ribka mendengar rencana Esau. Jadi ia dan Ishak menyuruh Yakub untuk pergi jauh dan tinggal bersama saudara-saudaranya.
Yakub tinggal dengan saudara-saudara Ribka selama bertahun-tahun. Pada saat itu, ia sudah menikah dan mempunyai 12 orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Allah membuatnya sangat kaya.
Setelah 20 tahun meninggalkan rumahnya di Kanaan, akhirnya Yakub kembali ke sana beserta keluarganya, hamba-hambanya, dan semua kawanan ternaknya.
Yakub sangat takut karena ia berpikir bahwa Esau masih ingin membunuhnya. Sehingga ia mengirimkan banyak hewan ternak kepada Esau sebagai hadiah. Hamba yang membawa hadiah itu berkata kepada Esau, “Hambamu, Yakub, memberikan hewan-hewan ternak ini kepadamu. Ia akan segera datang.”
Tetapi Esau tidak ingin lagi mencelakai Yakub. Sebaliknya, ia merasa sangat senang dapat bertemu lagi dengannya. Lalu kedua saudara itu hidup dengan damai di Kanaan. Kemudian Ishak meninggal, dan Yakub serta Esau menguburnya. Janji-janji perjanjian yang dibuat Allah dengan Abraham sekarang telah diteruskan dari Ishak kepada Yakub.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 25:27-35:29
Bertahun-tahun kemudian, ketika Yakub sudah tua, dia menyuruh anak kesayangannya, Yusuf, untuk memeriksa saudara-saudaranya yang sedang mengurus ternak.
Saudara-saudaranya membenci Yusuf karena ayah mereka sangat menyayanginya dan karena Yusuf telah bermimpi bahwa dia akan menjadi penguasa mereka. Ketika Yusuf menemui saudara-saudaranya, mereka menculik dan menjualnya kepada pedagang budak.
Sebelum mereka kembali ke rumah, saudara-saudara Yusuf merobek pakaian Yusuf dan mencelupkan pakaian itu ke dalam darah kambing. Kemudian mereka menunjukkan pakaian itu kepada ayah mereka dan berbohong kepadanya supaya dia menyangka bahwa binatang liar sudah membunuh Yusuf. Yakub sangat sedih.
Para pedagang budak membawa Yusuf ke Mesir. Mesir adalah sebuah negara besar dan kuat yang terletak di sepanjang sungai Nil. Para pedagang budak menjual Yusuf sebagai budak kepada seorang pejabat pemerintah yang kaya. Yusuf melayani tuannya dengan baik dan Allah memberkati Yusuf.
Istri majikannya mencoba mengajak Yusuf untuk tidur dengannya, tetapi Yusuf menolak berbuat dosa terhadap Allah dengan cara ini. Perempuan itu menjadi marah dan menuduh Yusuf, jadi Yusuf ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Bahkan di penjara pun Yusuf tetap setia kepada Allah dan Allah memberkatinya.
Sesudah dua tahun, Yusuf masih di penjara, walaupun dia tidak melakukan kesalahan. Suatu malam, Raja Mesir yang disebut Firaun, mengalami dua mimpi yang sangat mengganggunya. Tak satu pun dari penasihatnya bisa memberitahukan arti dari mimpi-mimpi itu.
Allah sudah memberi Yusuf kemampuan untuk menafsirkan mimpi, jadi Firaun menyuruh orang untuk membawanya dari penjara. Yusuf menafsirkan mimpinya dan berkata, “Allah akan mendatangkan tujuh tahun panen yang baik diikuti oleh tujuh tahun kelaparan.”
Firaun sangat terkesan dengan Yusuf sehingga dia membuatnya menjadi orang kedua yang paling berkuasa di seluruh Mesir!
Selama tujuh tahun panen yang baik, Yusuf menyuruh orang-orang untuk menyimpan banyak sekali makanan. Kemudian waktu tujuh tahun kelaparan datang, Yusuf menjual makanan kepada orang-orang sehingga mereka akan mendapat cukup makanan untuk dimakan.
Kelaparan hebat itu tidak hanya menimpa Mesir, tapi juga di Kanaan di mana Yakub dan keluarganya tinggal.
Jadi Yakub menyuruh anak-anaknya ke Mesir untuk membeli makanan. Waktu saudara Yusuf berdiri di depan Yusuf untuk membeli makanan, mereka tidak mengenalinya. Tapi Yusuf mengenali mereka.
Sesudah menguji mereka untuk melihat apakah mereka sudah berubah, Yusuf berkata kepada mereka, “Aku saudaramu, Yusuf! Jangan takut. Kamu mencoba untuk melakukan kejahatan waktu kamu menjual aku sebagai budak, tetapi Allah memakai kejahatan untuk kebaikan! Datanglah dan tinggallah di Mesir sehingga aku bisa menyediakan makanan untuk kamu dan keluargamu.”
Waktu saudara-saudara Yusuf pulang dan menceritakan kepada Yakub bahwa Yusuf masih hidup, Yakub sangat senang.
Walaupun Yakub sudah tua, dia pindah ke Mesir dengan semua keluarganya, dan mereka semua tinggal di sana. Sebelum Yakub meninggal, dia memberkati setiap anaknya.
Janji-janji perjanjian yang diberikan Allah kepada Abraham diteruskan kepada Ishak, kemudian Yakub dan kemudian kepada kedua belas anak-anak Yakub dan keluarga mereka. Keturunan dari dua belas anak laki-laki itu menjadi dua belas suku Israel.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 37-50
Sesudah Yusuf meninggal, semua keluarganya tinggal di Mesir. Mereka dan keturunan mereka terus tinggal di sana selama bertahun-tahun dan mempunyai banyak anak. Mereka disebut orang Israel.
Sesudah ratusan tahun, jumlah orang Israel menjadi sangat besar. Orang-orang Mesir sudah lupa mengenai Yusuf dan segala yang dia lakukan untuk menolong mereka. Mereka menjadi takut terhadap orang-orang Israel karena mereka sangat banyak. Jadi, Firaun yang waktu itu berkuasa di Mesir menjadikan orang Israel sebagai budak orang Mesir.
Orang Mesir memaksa orang Israel membangun banyak bangunan dan bahkan seluruh kota. Kerja keras itu membuat hidup mereka sengsara, tetapi Allah memberkati mereka dan mereka bahkan mempunyai lebih banyak anak.
Firaun melihat bahwa orang Israel melahirkan banyak bayi, sehingga dia memerintahkan semua bayi laki-laki orang Israel dibunuh dengan melemparkan mereka ke dalam Sungai Nil.
Seorang di antara perempuan Israel melahirkan bayi laki-laki. Dia dan suaminya menyembunyikan bayi itu selama mereka bisa.
Waktu orang tua anak itu tidak bisa menyembunyikan dia lagi, mereka menaruhnya di dalam keranjang yang mengapung di antara alang-alang di tepi sungai Nil agar dia tidak dibunuh. Kakak perempuannya melihat untuk mengetahui apa yang akan terjadi kepadanya.
Seorang putri Firaun melihat keranjang itu dan melihat ke dalam. Waktu dia melihat bayi itu, dia mengambilnya sebagai anaknya sendiri. Dia menyewa seorang perempuan Israel untuk merawatnya tanpa menyadari bahwa dia adalah ibu bayi itu sendiri. Waktu anak itu sudah cukup umur dan tidak membutuhkan susu ibunya lagi, dia mengembalikannya kepada sang putri Firaun, yang menamainya Musa.
Suatu hari, waktu Musa sudah besar, dia melihat seorang Mesir memukuli budak Israel. Musa mencoba menyelamatkan teman sebangsanya.
Waktu Musa merasa tidak ada yang melihat, dia membunuh orang Mesir itu dan mengubur mayatnya. Tapi seseorang melihat apa yang dilakukan Musa.
Waktu Firaun mengetahui tentang hal itu, dia mencoba untuk membunuh Musa. Tetapi Musa lari dari Mesir ke padang gurun di mana dia akan aman dari kejaran tentara Firaun.
Musa menjadi gembala di padang gurun jauh dari Mesir. Dia menikahi seorang perempuan dari daerah itu dan mempunyai dua anak laki-laki.
Suatu hari waktu Musa sedang menggembalakan domba-domba milik mertuanya, dia melihat semak yang menyala-nyala. Tapi semak itu tidak terbakar. Musa pergi untuk melihat lebih dekat. Waktu dia mendekati semak yang menyala-nyala itu, suara Allah berkata, “Musa, lepaskanlah sepatumu. Kamu berdiri di tanah yang suci.”
Allah berkata, “Aku sudah melihat penderitaan umat-Ku. Aku akan mengutusmu kepada Firaun supaya kamu dapat membawa orang Israel keluar dari perbudakan mereka di Mesir. Aku akan memberi mereka tanah Kanaan, tanah yang Aku janjikan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.”
Musa bertanya, “Bagaimana kalau mereka ingin tahu siapa yang mengutus aku, apa yang harus kukatakan?” Allah berkata, “AKU ADALAH AKU. Katakan kepada mereka, 'AKU sudah mengirim aku kepadamu.' Juga katakan kepada mereka, 'Aku adalah TUHAN, Allah leluhurmu Abraham, Ishak, dan Yakub.' Inilah namaku untuk selamanya.”
Musa takut dan tidak mau pergi kepada Firaun karena dia berpikir dia tidak bisa berbicara dengan baik, jadi Allah mengutus saudara laki-laki Musa, yaitu Harun, untuk membantunya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Keluaran 1-4
Allah memperingatkan Musa dan Harus bahwa Firaun akan bersikap keras kepala. Ketika mereka pergi menghadap Firaun, mereka berkata, “Beginilah firman Allah orang Israel, 'Biarkanlah umat-Ku pergi!'” Tetapi Firaun tidak mendengarkan mereka. Bukannya membiarkan orang Israel bebas, dia memaksa mereka untuk bekerja lebih keras lagi!
Firaun terus menolak untuk membiarkan orang Israel pergi, sehingga Allah mendatangkan sepuluh tulah yang mengerikan ke Mesir. (Tulah adalah bencana yang mengerikan). Melalui tulah ini, Allah menunjukkan kepada Firaun bahwa Dia lebih kuat dari Firaun dan semua dewa-dewa Mesir.
Allah mengubah air Sungai Nil menjadi darah, namun Firaun tetap tidak membiarkan orang Israel pergi.
Allah mendatangkan katak ke seluruh Mesir. Firaun memohon kepada Musa untuk melenyapkan katak-katak itu. Tetapi sesudah semua katak mati, Firaun mengeraskan hatinya dan tidak membiarkan orang Israel pergi.
Jadi Allah mendatangkan tulah nyamuk dan kemudian tulah lalat pikat. Firaun memanggil Musa dan Harun dan berkata kepada mereka bahwa orang Israel bisa pergi kalau mereka menghentikan tulah itu. Musa berdoa dan Allah menghilangkan semua lalat dari Mesir, namun Firaun mengeraskan hatinya dan tidak membiarkan orang Israel pergi.
Selanjutnya, Allah mendatangkan penyakit untuk membunuh semua hewan ternak milik orang Mesir. Firaun mengeraskan hatinya dan dia tidak membiarkan orang Israel pergi.
Kemudian Allah menyuruh Musa melemparkan abu ke udara di depan Firaun. Waktu dia melakukannya, penyakit kulit yang menyakitkan muncul di Mesir, tapi tidak seorangpun orang Israel yang terkena penyakit itu. Allah mengeraskan hati Firaun dan Firaun tidak membiarkan orang Israel pergi dengan bebas.
Sesudah itu, Allah mendatangkan hujan es yang menghancurkan tanaman di seluruh Mesir dan membunuh siapa saja yang pergi ke luar rumah. Firaun memanggil Musa serta Harun dan mengatakan kepada mereka, “Aku sudah berdosa. Kalian bisa pergi.” Lalu Musa berdoa dan hujan es berhenti.
Tetapi Firaun berdosa lagi dan mengeraskan hatinya dan tidak membiarkan orang Israel pergi.
Jadi Allah membuat kerumunan belalang datang ke Mesir. Belalang ini makan tanaman apa saja yang tidak hancur oleh hujan es.
Kemudian Allah mendatangkan kegelapan yang berlangsung selama tiga hari. Keadaan begitu gelap sehingga orang Mesir tidak bisa meninggalkan rumah mereka. Tapi di tempat orang Israel tinggal, ada cahaya.
Bahkan sesudah mengalami sembilan tulah itu, Firaun masih tidak mau membiarkan orang Israel pergi dengan bebas. Karena Firaun tidak mau mendengar, Allah merencanakan untuk mengirim satu tulah terakhir. Hal ini akan mengubah pikiran Firaun.
Sebuah cerita Alkitab dari: Keluaran 5-10
Allah mengutus Musa dan Harun untuk memberitahu Firaun agar melepaskan bangsa Israel. Mereka memperingatkan Firaun bahwa jika ia tidak membiarkan mereka pergi, Allah akan membunuh semua anak sulung laki-laki di Mesir, baik manusia maupun binatang. Ketika Firaun mendengar hal ini, ia tetap menolak untuk percaya dan menaati Allah.
Allah menyediakan cara untuk menyelamatkan anak sulung laki-laki dari setiap orang yang percaya kepada-Nya. Setiap keluarga harus memilih seekor anak domba yang sempurna dan menyembelihnya.
Allah memerintahkan bangsa Israel untuk mengoleskan darah anak domba ini di pintu rumah mereka. Mereka harus memanggang dagingnya. Kemudian mereka harus segera memakannya, bersama dengan roti tak beragi. Ia juga menyuruh mereka untuk bersiap-siap meninggalkan Mesir segera setelah mereka memakan makanan ini.
Bangsa Israel melaukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Allah kepada mereka. Di tengah malam, Allah pergi ke seluruh Mesir dan membunuh setiap anak sulung laki-laki.
Semua rumah orang Israel berlumuran darah di sekitar pintu-pintunya, sehingga Allah melewati rumah-rumah itu. Semua orang yang ada di dalamnya selamat. Mereka diselamatkan karena darah anak domba itu.
Tetapi orang Mesir tidak percaya kepada Allah dan tidak menaati perintah-Nya. Jadi, Allah tidak melewati rumah-rumah mereka. Allah membunuh semua anak sulung laki-laki di Mesir.
Semua anak sulung laki-laki Mesir mati, dari anak sulung tawanan di penjara hingga anak sulung Firaun. Banyak orang di Mesir menangis dan meratap karena kesedihan yang mendalam.
Pada malam itu juga, Firaun memanggil Musa dan Harun lalu berkata, “Bawalah orang Israel dan segera tinggalkan Mesir!” Orang-orang Mesir juga mendesak orang-orang Israel untuk segera pergi.
Sebuah cerita Alkitab dari: Keluaran 11:1-12:32
Bangsa Israel sangat senang meninggalkan Mesir. Mereka tidak lagi menjadi budak, dan mereka akan pergi ke Tanah Perjanjian! Orang Mesir memberikan apa saja yang diminta oleh orang Israel, bahkan emas dan perak serta benda-benda berharga lainnya. Beberapa orang dari bangsa lain percaya kepada Allah dan ikut bersama bangsa Israel meninggalkan Mesir.
Sebuah tiang awan yang tinggi mendahului mereka di siang hari. Tiang awan itu menjadi tiang api yang tinggi pada malam hari. Allah, yang berada di dalam tiang awan dan tiang api, selalu menyertai mereka dan membimbing mereka dalam perjalanan. Mereka hanya perlu mengikut Dia.
Setelah beberapa saat, Firaun dan rakyatnya berubah pikiran. Mereka ingin menjadikan bangsa Israel sebagai budak mereka lagi. Maka mereka mengejar bangsa Israel. Allahlah yang membuat mereka berubah pikiran. Dia melakukan ini karena Dia ingin semua orang tahu bahwa Dia, TUHAN, lebih berkuasa daripada Firaun dan semua allah orang Mesir.
Ketika orang Israel melihat tentara Mesir datang, mereka menyadari bahwa mereka terjebak di antara tentara Firaun dan Laut Merah. Mereka sangat takut dan berteriak, “Mengapa kita meninggalkan Mesir? Kita akan mati!”
Musa berkata kepada bangsa Israel, “Janganlah takut! Allah akan berperang untukmu hari ini dan menyelamatkanmu.” Kemudian Allah berfirman kepada Musa, “Beritahukanlah kepada bangsa itu untuk bergerak menuju Laut Merah.”
Kemudian tiang awan bergerak di antara orang Israel dan orang Mesir dan menjadi tiang api di malam hari. Orang Mesir tidak dapat mendekati orang Israel sepanjang malam.
Allah menyuruh Musa untuk mengangkat tangannya ke atas laut. Kemudian Allah membuat angin mendorong air di laut ke kiri dan ke kanan, sehingga ada jalan untuk melintasi laut.
Bangsa Israel berbaris menyeberangi lautan di atas tanah yang kering dengan dinding air di kedua sisinya.
Kemudian orang Mesir melihat bahwa orang Israel melarikan diri. Orang Mesir mulai mengejar mereka lagi.
Jadi mereka mengikuti orang Israel ke jalan yang melintasi laut, tetapi Allah membuat orang Mesir panik dan membuat kereta-kereta mereka macet. Mereka berteriak, “Lari! Allah sedang berperang untuk orang Israel!”
Bangsa Israel tiba di seberang lautan. Kemudian Allah memerintahkan Musa untuk mengulurkan tangannya lagi ke atas air. Ketika Musa melakukannya, air menimpa tentara Mesir dan kembali ke tempat normalnya. Seluruh tentara Mesir tenggelam.
Ketika orang Israel melihat bahwa orang Mesir telah mati, mereka percaya kepada Allah. Mereka percaya bahwa Musa adalah seorang nabi Allah.
Bangsa Israel juga sangat bersukacita karena Allah telah menyelamatkan mereka dari kematian dan dari perbudakan. Sekarang mereka bebas untuk menyembah Allah dan menaati-Nya. Bangsa Israel menyanyikan banyak lagu untuk merayakan kebebasan mereka yang baru dan untuk memuji Allah karena Dia telah menyelamatkan mereka dari tentara Mesir.
Allah memerintahkan bangsa Israel untuk merayakan sebuah perayaan setiap tahun untuk mengingat bagaimana Allah telah mengalahkan bangsa Mesir dan membebaskan mereka dari perbudakan. Perayaan ini disebut Paskah.
Dalam perayaan ini, mereka harus merayakannya dengan menyembelih seekor anak domba yang sehat, memanggangnya, dan memakannya dengan roti yang dibuat tanpa ragi.
Sebuah cerita Alkitab dari: Keluaran 12:33-15:21
Setelah Allah memimpin bangsa Israel menyeberangi Laut Merah, Ia memimpin mereka melewati padang gurun menuju sebuah gunung yang disebut Sinai. Ini adalah gunung yang sama di mana Musa melihat semak yang terbakar. Bangsa Israel mendirikan tenda-tenda mereka di kaki gunung.
Allah berfirman kepada Musa dan seluruh bangsa Israel, “Kamu harus sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian yang sedang Aku adakan denganmu. Jika kamu melakukannya, kamu akan menjadi milik-Ku yang istimewa, suatu kerajaan imam, dan bangsa yang kudus.”
Selama tiga hari, bangsa Israel mempersiapkan diri agar Allah dapat mendekat kepada mereka. Kemudian Allah turun ke puncak Gunung Sinai. Ketika Ia datang, terdengarlah guntur, kilat, asap, dan suara sangkakala yang nyaring. Kemudian Musa pergi sendiri mendaki gunung itu.
Kemudian Allah membuat perjanjian dengan bangsa itu. Dia berkata, “Akulah TUHAN, Allahmu, yang menyelamatkan engkau dari perbudakan di Mesir. Jangan menyembah allah lain apa pun.”
“Jangan membuat berhala dan jangan menyembahnya, karena Aku, TUHAN, harus menjadi satu-satunya Allahmu. Jangan menyebut nama-Ku dengan sembarangan. Pastikan untuk menguduskan hari Sabat. Dengan kata lain, lakukanlah segala pekerjaanmu selama enam hari, karena hari ketujuh adalah hari perhentian bagimu untuk beristirahat dan mengingat Aku.”
“Hormatilah ayahmu dan ibumu. Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.”
Semua orang setuju untuk menaati hukum yang telah Allah berikan kepada mereka. Mereka setuju untuk menjadi milik Allah saja dan hanya menyembah Dia.
Allah juga memerintahkan bangsa Israel untuk membuat sebuah tenda besar — Kemah Pertemuan. Dia memberi tahu mereka bagaimana cara membuat tenda ini dan apa saja yang harus dimasukkan ke dalamnya. Dia menyuruh mereka membuat tirai besar untuk memisahkan kemah itu menjadi dua ruangan. Allah akan masuk ke dalam ruangan di balik tirai itu dan tinggal di sana. Hanya imam besar yang boleh masuk ke dalam ruangan di mana Allah berada.
Umat juga harus membuat mezbah di depan Kemah Pertemuan. Siapapun yang telah melanggar hukum Allah harus membawa seekor binatang ke mezbah itu. Seorang imam kemudian menyembelih hewan itu dan membakarnya di atas mezbah sebagai persembahan kepada Allah. Allah berkata bahwa darah binatang itu akan menutupi dosa orang tersebut. Dengan cara ini, Allah tidak akan melihat dosa itu lagi. Orang itu akan menjadi “tahir” di hadapan Allah. Allah memilih saudara laki-laki Musa, Harun, dan keturunan Harun untuk menjadi imam.
Allah menuliskan Sepuluh Perintah Allah di atas dua loh batu dan memberikannya kepada Musa. Allah juga memberikan banyak hukum dan aturan lain untuk diikuti oleh umat-Nya. Allah berjanji untuk memberkati umat-Nya dan melindungi mereka jika mereka menaati hukum-hukum ini. Namun, Ia juga berkata bahwa Ia akan menghukum mereka jika mereka tidak menaatinya.
Selama berhari-hari, Musa tetap berada di puncak Gunung Sinai. Dia berbicara dengan Allah. Namun, orang-orang mulai bosan menunggunya kembali kepada mereka. Jadi mereka membawa emas kepada Harun dan memintanya untuk membuat berhala yang dapat mereka sembah sebagai pengganti Allah. Dengan demikian, mereka berdosa besar kepada Allah.
Harun membuat patung emas berbentuk anak lembu. Orang-orang mulai menyembah berhala itu dengan liar dan mempersembahkan korban kepadanya! Allah sangat marah kepada mereka karena dosa mereka. Allah mengatakan kepada Musa bahwa Dia ingin membinasakan mereka. Tetapi Musa meminta Allah untuk tidak membunuh mereka. Allah mendengarkan doanya dan tidak membinasakan mereka.
Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, ia membawa dua loh batu yang di atasnya tertulis Sepuluh Perintah Allah. Ketika Musa melihat berhala itu, ia sangat marah dan menghancurkan loh-loh itu.
Kemudian Musa membakar berhala itu dan menggilingnya menjadi bubuk. Dia melemparkan bubuk itu ke sungai dan menyuruh orang-orang meminum airnya. Allah mengirimkan tulah kepada bangsa itu dan banyak dari mereka yang mati.
Musa membuat loh batu yang baru sebagai pengganti loh batu Sepuluh Perintah Allah yang telah dipecahkannya. Kemudian dia mendaki gunung itu lagi dan berdoa agar Allah mengampuni bangsa itu. Allah mendengarkan Musa dan mengampuni mereka. Musa kembali turun gunung dengan Sepuluh Perintah Allah di atas loh-loh yang baru. Kemudian Allah memimpin bangsa Israel meninggalkan Gunung Sinai menuju Tanah Perjanjian.
Sebuah cerita Alkitab dari: Keluaran 19-34
Allah selesai memberitahukan kepada bangsa Israel tentang semua hukum yang harus mereka patuhi karena perjanjian-Nya dengan mereka. Kemudian Dia memimpin mereka meninggalkan Gunung Sinai. Dia ingin membawa mereka ke Tanah Perjanjian. Tanah ini juga disebut Kanaan. Allah berjalan mendahului mereka di atas tiang awan, dan mereka mengikuti-Nya.
Allah telah berjanji kepada Abraham, Ishak, dan Yakub bahwa Dia akan memberikan Tanah Perjanjian kepada keturunan mereka, tetapi sekarang ada banyak kelompok orang yang tinggal di sana. Mereka disebut orang Kanaan. Orang Kanaan tidak menyembah atau menaati Allah. Mereka menyembah allah-allah palsu dan melakukan banyak hal yang jahat.
Allah berkata kepada bangsa Israel, “Setelah kamu masuk ke Tanah Perjanjian, kamu harus menyingkirkan semua orang Kanaan di sana. Jangan berdamai dengan mereka dan jangan menikahi mereka. Kamu harus menghancurkan semua berhala mereka. Jika kamu tidak menaati-Ku, kamu akan menyembah berhala-berhala mereka dan bukan Aku.”
Ketika bangsa Israel mencapai perbatasan Kanaan, Musa memilih 12 orang, satu orang dari setiap suku Israel. Dia memberikan instruksi kepada mereka untuk pergi dan memata-matai negeri itu untuk melihat seperti apa negeri itu. Mereka juga harus memata-matai orang Kanaan untuk melihat apakah mereka kuat atau lemah.
Kedua belas orang itu menjelajahi Kanaan selama 40 hari, lalu mereka kembali. Mereka berkata kepada bangsa itu, “Tanahnya sangat subur dan hasil panennya berlimpah!” Tetapi sepuluh orang mata-mata itu berkata, “Kota-kotanya sangat kuat dan penduduknya raksasa! Jika kita menyerang mereka, mereka pasti akan mengalahkan kita dan membunuh kita!”
Segera, Kaleb dan Yosua, dua mata-mata lainnya, berkata, “Memang benar bahwa orang-orang Kanaan itu tinggi dan kuat, tetapi kita pasti dapat mengalahkan mereka! Allah akan berperang untuk kita!”
Tetapi bangsa itu tidak mendengarkan Kaleb dan Yosua. Mereka menjadi marah kepada Musa dan Harun dan berkata, “Mengapa kamu membawa kami ke tempat yang mengerikan ini? Seharusnya kami tetap tinggal di Mesir. Jika kita masuk ke negeri ini, kita akan mati dalam pertempuran, dan orang Kanaan akan menjadikan istri dan anak-anak kita sebagai budak.” Bangsa itu ingin memilih pemimpin yang lain untuk membawa mereka kembali ke Mesir.
Ketika bangsa itu mengatakan hal ini, Allah menjadi sangat marah. Dia datang ke Kemah Pertemuan dan berkata, “Kamu telah memberontak terhadap-Ku, jadi kamu semua harus mengembara di padang gurun. Setiap orang yang berusia 20 tahun ke atas akan mati di sana dan tidak akan pernah masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu. Hanya Yosua dan Kaleb yang akan memasukinya.”
Ketika bangsa Israel mendengar Allah mengatakan hal ini, mereka menyesal karena telah berdosa. Jadi mereka memutuskan untuk menyerang bangsa Kanaan. Musa memperingatkan mereka untuk tidak pergi karena Allah tidak akan menyertai mereka, tetapi mereka tidak mendengarkannya.
Allah tidak menyertai mereka dalam peperangan ini, sehingga orang Kanaan mengalahkan mereka dan membunuh banyak orang. Kemudian orang Israel berbalik dari Kanaan. Selama 40 tahun berikutnya, mereka mengembara di padang gurun.
Selama 40 tahun bangsa Israel mengembara di padang gurun, Allah menyediakan makanan bagi mereka. Dia memberi mereka roti dari surga, yang disebut manna. Dia juga mengirimkan kawanan burung puyuh (burung berukuran sedang) ke perkemahan mereka agar mereka dapat makan daging. Selama itu, Allah menjaga pakaian dan sandal mereka agar tidak rusak.
Untuk menyediakan air minum bagi mereka, Allah secara ajaib membuat air keluar dari batu. Namun terlepas dari semua itu, bangsa Israel tetap mengeluh dan bersungut-sungut kepada Allah dan Musa. Meskipun demikian, Allah tetap setia. Dia melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya kepada keturunan Abraham, Ishak dan Yakub.
Di lain waktu, ketika bangsa Israel tidak memiliki air, Allah berkata kepada Musa, “Berbicaralah kepada batu karang itu, maka air akan keluar darinya.” Tetapi Musa tidak berbicara kepada batu itu. Sebaliknya, dia memukul batu itu dua kali dengan tongkat. Dengan cara ini, ia menghina Allah. Air pun keluar dari batu itu untuk diminum oleh semua orang, tetapi Allah marah kepada Musa. Dia berkata, “Karena kamu melakukan hal ini, kamu tidak akan masuk ke Tanah Perjanjian.”
Setelah bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun, semua orang yang telah memberontak terhadap Allah telah mati. Kemudian Allah memimpin bangsa itu ke tepi Tanah Perjanjian lagi. Musa sudah sangat tua, jadi Allah memilih Yosua untuk memimpin bangsa itu. Allah juga berjanji kepada Musa bahwa suatu hari nanti Ia akan mengutus seorang nabi lain seperti Musa.
Kemudian Allah menyuruh Musa untuk pergi ke puncak gunung agar ia dapat melihat Tanah Perjanjian. Musa melihat Tanah Perjanjian, tetapi Allah tidak mengizinkannya untuk memasukinya. Kemudian Musa meninggal, dan bangsa Israel berkabung selama 30 hari. Yosua menjadi pemimpin baru mereka. Yosua adalah pemimpin yang baik karena dia percaya dan taat kepada Allah.
Sebuah cerita Alkitab dari: Keluaran 16-17; Bilangan 10-14; 20; 27; Ulangan 34
Akhirnya tiba saatnya bagi bangsa Israel untuk memasuki Kanaan, Tanah Perjanjian. Di tanah itu ada sebuah kota bernama Yerikho. Kota itu memiliki tembok yang kuat di sekelilingnya untuk melindunginya. Yosua mengirim dua orang mata-mata ke kota itu. Di kota itu tinggal seorang pelacur bernama Rahab. Dia menyembunyikan kedua mata-mata itu, dan kemudian membantu mereka melarikan diri dari kota itu. Dia melakukan ini karena dia percaya kepada Allah. Mata-mata itu berjanji untuk melindungi Rahab dan keluarganya ketika orang Israel akan menghancurkan Yerikho.
Bangsa Israel harus menyeberangi Sungai Yordan untuk masuk ke Tanah Perjanjian. Allah berfirman kepada Yosua, “Suruhlah para imam berjalan lebih dahulu.” Ketika para imam mulai melangkah ke Sungai Yordan, air di bagian hulu berhenti mengalir sehingga orang Israel dapat menyeberang ke seberang sungai dengan kondisi tanah yang kering.
Setelah bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan, Allah memerintahkan Yosua untuk bersiap-siap menyerang kota Yerikho, meskipun kota itu sangat kuat. Allah mengatakan kepada bangsa Israel bahwa para imam dan tentara mereka harus berbaris mengelilingi kota itu sekali sehari selama enam hari. Maka para imam dan tentara melakukan hal ini.
Allah juga berfirman bahwa pada hari ketujuh, bangsa Israel harus berbaris mengelilingi kota sebanyak tujuh kali. Kemudian para imam harus meniup sangkakala dan semua orang harus berteriak dengan keras. Maka mereka melakukan hal tersebut.
Kemudian tembok-tembok di sekeliling Yerikho pun runtuh! Orang Israel menghancurkan segala sesuatu di kota itu, seperti yang diperintahkan Allah. Mereka hanya menyisakan Rahab dan keluarganya, yang menjadi bagian dari bangsa Israel. Ketika orang-orang lain yang tinggal di Kanaan mendengar bahwa orang Israel telah menghancurkan Yerikho, mereka takut bahwa orang Israel akan menyerang mereka juga.
Allah telah memerintahkan bangsa Israel untuk tidak membuat perjanjian damai dengan kelompok masyarakat mana pun di Kanaan. Namun, salah satu kelompok orang Kanaan, yaitu orang Gibeon, berbohong kepada Yosua dan mengatakan bahwa mereka berasal dari tempat yang jauh dari Kanaan. Mereka meminta Yosua untuk membuat perjanjian damai dengan mereka. Yosua dan para pemimpin bangsa Israel lainnya tidak bertanya kepada Allah apa yang harus mereka lakukan. Sebaliknya, mereka membuat perjanjian damai dengan orang Gibeon.
Tiga hari kemudian, orang Israel mengetahui bahwa orang Gibeon benar-benar tinggal di Kanaan. Mereka marah karena orang Gibeon telah menipu mereka. Namun, mereka tetap menepati perjanjian damai yang telah mereka buat dengan orang Gibeon karena perjanjian itu adalah janji di hadapan Allah. Kemudian, beberapa waktu kemudian, raja-raja dari kelompok bangsa lain di Kanaan, yaitu bangsa Amori, mendengar bahwa orang Gibeon telah membuat perjanjian damai dengan orang Israel, sehingga mereka menggabungkan pasukan mereka menjadi satu pasukan besar dan menyerang Gibeon. Orang Gibeon mengirim pesan kepada Yosua untuk meminta bantuan.
Maka Yosua mengumpulkan tentara Israel. Mereka berarak sepanjang malam untuk menuju ke Gibeon. Di pagi hari, mereka mengejutkan pasukan Amori dan menyerang mereka.
Allah berperang untuk Israel pada hari itu. Dia membuat orang Amori menjadi linglung dan mengirimkan hujan es besar yang membunuh banyak orang Amori.
Allah juga membuat matahari tetap berada di satu tempat di langit sehingga orang Israel memiliki cukup waktu untuk mengalahkan orang Amori. Pada hari itu, Allah memberikan kemenangan besar bagi Israel.
Setelah Allah mengalahkan pasukan-pasukan itu, banyak kelompok orang Kanaan lainnya berkumpul untuk menyerang Israel. Yosua dan orang Israel menyerang dan menghancurkan mereka.
Setelah pertempuran-pertempuran ini, Allah memberikan setiap suku Israel bagiannya masing-masing di Tanah Perjanjian. Kemudian Allah memberikan kedamaian kepada Israel di sepanjang perbatasannya.
Ketika Yosua sudah menjadi tua, ia mengumpulkan seluruh bangsa Israel. Kemudian Yosua mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka telah berjanji untuk menaati perjanjian yang telah dibuat Allah dengan bangsa Israel di Gunung Sinai. Bangsa Israel berjanji untuk setia kepada Allah dan menaati hukum-hukum-Nya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Yosua 1-24
Setelah Yosua meninggal, bangsa Israel tidak menaati Allah. Mereka tidak menaati hukum-hukum Allah, dan mereka tidak mengusir bangsa Kanaan lainnya dari Tanah Perjanjian. Bangsa Israel mulai menyembah dewa-dewa Kanaan dan bukan kepada TUHAN, Allah yang benar. Bangsa Israel tidak memiliki raja, sehingga setiap orang melakukan apa yang mereka anggap benar bagi diri mereka sendiri.
Dengan tidak menaati Allah, bangsa Israel memulai sebuah pola yang berulang berkali-kali. Polanya seperti ini: bangsa Israel tidak menaati Allah selama beberapa tahun, kemudian Allah menghukum mereka dengan membiarkan musuh-musuh mereka mengalahkan mereka. Musuh-musuh ini akan mencuri harta benda orang Israel, menghancurkan harta benda mereka, dan membunuh banyak dari mereka. Kemudian setelah musuh-musuh Israel menindas mereka selama bertahun-tahun, bangsa Israel akan bertobat dari dosa mereka dan meminta Allah untuk menyelamatkan mereka.
Setiap kali bangsa Israel bertobat, Allah akan menyelamatkan mereka. Dia melakukan hal ini dengan menyediakan seorang pembebas—seseorang yang akan berperang melawan musuh-musuh mereka dan mengalahkan mereka. Kemudian akan ada kedamaian di negeri itu dan sang pembebas akan memerintah mereka dengan baik. Allah mengutus banyak pembebas untuk menyelamatkan umat-Nya. Allah melakukan hal ini lagi setelah Dia mengizinkan orang Midian, kelompok musuh terdekat, untuk mengalahkan bangsa Israel.
Orang Midian mengambil semua hasil panen orang Israel selama tujuh tahun. Orang Israel sangat ketakutan, mereka bersembunyi di gua-gua agar orang Midian tidak menemukan mereka. Akhirnya, mereka berseru kepada Allah untuk menyelamatkan mereka.
Ada seorang pria Israel bernama Gideon. Suatu hari, dia sedang mengirik gandum di tempat tersembunyi agar tidak dicuri oleh orang Midian. Malaikat TUHAN datang kepada Gideon dan berkata, “Allah menyertai engkau, pahlawan yang gagah perkasa. Pergilah dan selamatkanlah orang Israel dari orang Midian.”
Ayah Gideon memiliki sebuah mezbah yang dipersembahkan kepada berhala. Hal pertama yang diperintahkan Allah kepada Gideon adalah merobohkan mezbah itu. Tetapi Gideon takut pada orang-orang, jadi dia menunggu sampai malam hari. Kemudian dia merobohkan mezbah itu dan menghancurkannya berkeping-keping. Dia membangun mezbah baru untuk Allah di dekatnya dan mempersembahkan korban kepada Allah di atasnya.
Keesokan paginya, orang-orang melihat bahwa seseorang telah merobohkan dan menghancurkan mezbah, dan mereka sangat marah. Mereka pergi ke rumah Gideon untuk membunuhnya, tetapi ayah Gideon berkata, “Mengapa kamu mencoba menolong allahmu? Jika dia adalah allah, biarkan dia melindungi dirinya sendiri!” Karena ia berkata demikian, orang-orang tidak jadi membunuh Gideon.
Kemudian orang Midian datang lagi untuk mencuri dari orang Israel. Jumlah mereka begitu banyak sehingga tidak dapat dihitung. Gideon mengumpulkan orang Israel untuk melawan mereka. Gideon meminta dua tanda kepada Allah agar ia dapat yakin bahwa Allah benar-benar memerintahkannya untuk menyelamatkan bangsa Israel.
Sebagai tanda pertama, Gideon meletakkan kulit domba di atas tanah dan meminta kepada Allah agar embun pagi hanya jatuh di atas kulit domba dan bukan di atas tanah. Allah melakukan hal itu. Malam berikutnya, ia meminta agar tanah menjadi basah tetapi kulit domba tetap kering. Allah pun melakukan hal itu. Karena dua tanda ini, Gideon percaya bahwa Allah benar-benar ingin menyelamatkan bangsa Israel dari bangsa Midian.
Kemudian Gideon memanggil para tentara untuk datang kepadanya, dan 32.000 orang datang. Tetapi Allah mengatakan kepadanya bahwa jumlah itu terlalu banyak. Maka Gideon mengirim pulang 22.000 orang, semuanya yang takut berperang. Allah berkata kepada Gideon bahwa ia masih memiliki terlalu banyak orang. Jadi Gideon memulangkan mereka semua kecuali 300 orang prajurit.
Malam itu Allah berfirman kepada Gideon, “Pergilah ke perkemahan orang Midian dan dengarkanlah mereka berbicara. Setelah mendengar apa yang mereka katakan, engkau tidak akan takut lagi untuk menyerang mereka.” Maka malam itu, Gideon pergi ke perkemahan dan mendengar seorang tentara Midian bercerita kepada temannya tentang sesuatu yang telah ia impikan. Teman orang itu berkata, “Mimpi ini berarti tentara Gideon akan mengalahkan kita, tentara Midian!” Ketika Gideon mendengar hal ini, ia pun menyembah Allah.
Kemudian Gideon kembali kepada para tentaranya dan memberikan kepada mereka masing-masing sebuah tanduk, sebuah periuk tanah liat, dan sebuah obor yang menyala. Mereka mengepung perkemahan di mana para prajurit Midian sedang tidur. 300 prajurit Gideon meletakkan obor-obor itu di dalam periuk sehingga orang Midian tidak dapat melihat cahaya obor.
Kemudian, semua tentara Gideon memecahkan periuk mereka pada saat yang sama, dan tiba-tiba muncullah api dari obor-obor itu. Mereka meniup terompet dan berteriak, “Pedang untuk TUHAN dan untuk Gideon!”
Allah membuat orang Midian bingung sehingga mereka mulai menyerang dan membunuh satu sama lain. Segera, Gideon mengirim utusan untuk memanggil banyak orang Israel lainnya agar keluar dari rumah mereka dan membantu mengejar orang Midian. Mereka membunuh banyak orang Midian dan mengusir sisanya dari tanah Israel. Allah membuat 120.000 orang Midian mati pada hari itu. Beginilah cara Allah menyelamatkan bangsa Israel.
Orang-orang itu ingin mengangkat Gideon menjadi raja mereka. Gideon tidak mengizinkan mereka melakukan hal itu, tetapi dia meminta beberapa cincin emas yang telah mereka ambil dari orang Midian. Orang-orang itu memberi Gideon sejumlah besar emas.
Kemudian Gideon menggunakan emas itu untuk membuat pakaian khusus seperti yang biasa dipakai oleh imam besar. Namun, orang-orang mulai menyembahnya seolah-olah pakaian itu adalah berhala. Jadi, Allah menghukum bangsa Israel lagi karena mereka menyembah berhala. Allah membiarkan musuh-musuh mereka mengalahkan mereka. Mereka akhirnya meminta pertolongan Allah lagi, dan Allah mengirimkan seorang pembebas untuk menyelamatkan mereka.
Hal yang sama terjadi berkali-kali: orang Israel akan berdosa, Allah menghukum mereka, mereka bertobat, dan Allah mengutus seseorang untuk menyelamatkan mereka. Selama bertahun-tahun, Allah mengutus banyak pembebas yang menyelamatkan bangsa Israel dari musuh-musuh mereka.
Akhirnya, bangsa itu meminta kepada Allah seorang raja seperti yang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Mereka menginginkan seorang raja yang tinggi dan kuat, dan yang dapat memimpin mereka dalam peperangan. Allah tidak menyukai permintaan ini, tetapi Dia memberikan seorang raja seperti yang mereka minta.
Sebuah cerita Alkitab dari: Hakim-hakim 1-3; 6-8; 1 Samuel 1-10
Saul adalah raja pertama Israel. Dia tinggi dan tampan, sebagaimana didambakan oleh bangsanya. Saul adalah raja yang baik selama beberapa tahun pertama ia memerintah Israel. Namun kemudian ia menjadi pribadi yang jahat yang tidak menaati Allah, sehingga Allah memilih orang lain yang kelak akan menjadi raja menggantikannya.
Allah memilih seorang pemuda Israel bernama Daud dan mulai mempersiapkannya untuk suatu hari nanti menjadi raja setelah Saul. Daud adalah seorang gembala yang berasal dari kota Betlehem. Daud pernah membunuh seekor singa dan pernah juga membunuh beruang yang menyerang kawanan domba ayahnya ketika dirinya sedang menggembalai mereka. Daud adalah seorang yang rendah hati dan saleh. Dia percaya kepada Allah dan menaati-Nya.
Ketika Daud masih muda, ia bertarung melawan raksasa bernama Goliat. Goliat adalah prajurit yang sangat handal. Dia sangat kuat dan tingginya sekitar tiga meter! Tetapi Allah menolong Daud membunuh Goliat dan menyelamatkan Israel. Setelah itu, Daud banyak meraih kemenangan atas musuh-musuh Israel. Daud menjadi seorang prajurit yang hebat, diapun memimpin pasukan Israel dalam banyak pertempuran. Rakyat sangat mengaguminya.
Rakyat begitu mencintai Daud sehingga Raja Saul menjadi iri hati padanya. Akhirnya Saul ingin membunuhnya, maka Daud lari ke padang gurun untuk bersembunyi dari dia dan tentaranya. Suatu hari ketika Saul dan tentaranya sedang mencarinya, Saul masuk ke dalam sebuah gua. Itu adalah gua yang sama tempat Daud bersembunyi, tetapi Saul tidak melihatnya. Daud mendekat ke belakang Saul dan memotong sehelai pakaiannya. Kemudian, setelah Saul meninggalkan gua, Daud berteriak kepadanya untuk melihat kain yang dipegangnya. Dengan cara ini, Saul mengetahui bahwa Daud menolak membunuhnya demi menjadi raja.
Waktu berlalu, Saul tewas dalam pertempuran dan Daud menjadi raja Israel. Dia adalah raja yang baik dan rakyatnya mencintainya. Allah memberkati Daud dan menjadikannya sukses. Daud bertarung dalam banyak peperangan, dan Allah menolongnya mengalahkan musuh-musuh Israel. Daud menaklukkan kota Yerusalem dan menjadikannya ibu kotanya, tempat ia tinggal dan memerintah. Daud menjadi raja selama 40 tahun. Pada masa ini, Israel menjadi tangguh dan kaya.
Daud ingin membangun sebuah tempat beribadah di mana seluruh bangsa Israel dapat menyembah Allah dan mempersembahkan korban kepada-Nya. Selama kurang lebih 400 tahun, bangsa itu telah menyembah Allah dan mempersembahkan korban kepada-Nya di Kemah Pertemuan yang dibuat Musa.
Ada seorang nabi bernama Natan. Allah mengutusnya untuk memberitahu Daud hal ini: “Kamu telah berperang dalam banyak peperangan, maka kamu tidak akan membangun Bait Suci ini bagi-Ku. Putramu akan membangunnya. Tapi tetap saja, Aku akan sangat memberkatimu. Salah satu keturunanmu akan memerintah sebagai raja atas umat-Ku selamanya!” Satu-satunya keturunan Daud yang bisa memerintah selamanya adalah Mesias. Mesias adalah Yang Dipilih Allah yang akan menyelamatkan manusia di dunia dari dosa mereka.
Ketika Daud mendengar pesan yang disampaikan oleh Natan, dia mengucap syukur dan memuji Allah. Allah menghormatinya dan memberinya banyak berkat. Tentu saja Daud tidak tahu kapan Allah akan menggenapi hal ini. Sekarang kita tahu bahwa bangsa Israel harus menunggu lama sebelum Mesias datang, hampir 1.000 tahun.
Daud memerintah rakyatnya secara adil untuk waktu yang lama. Dia setia menaati Allah dan Allah memberkati dia. Meskipun demikian, di tahun-tahun berikutnya ia berbuat dosa yang besar terhadap Allah.
Suatu hari, Daud memandang keluar dari jendela istananya dan melihat seorang perempuan cantik sedang mandi. Daud tidak mengenalinya namun ia mencari tahu dan mengetahui bahwa namanya adalah Batsyeba.
Bukannya mengalihkan pandangan, Daud mengirimkan orang untuk membawa perempuan itu kepadanya. Dia tidur dengan perempuan itu lalu mengirimnya pulang. Tidak lama kemudian, Batsyeba, mengirimkan pesan kepada Daud memberitahukan tentang kehamilannya.
Batsyeba memiliki suami bernama Uria, salah satu prajurit terbaik Daud. Dirinya sedang pergi berperang ketika hal itu terjadi. Daud memanggil Uria kembali dari medan perang dan berduaan dengan istrinya. Akan tetapi Uria menolak untuk pulang sementara seisi pasukan masih berperang. Maka Daud mengirim Uria kembali ke medan perang dan memerintahkan jenderalnya untuk menaruh Uria pada posisi yang harus berhadapan dengan posisi terkuat musuh agar ia terbunuh. Maka terjadilah seperti demikian. Uria tewas di medan perang.
Setelah Uria tewas dalam peperangan, Daud menikah dengan Batsyeba. Kemudian, dia melahirkan anak laki-laki bagi Daud. Allah sangat marah atas perbuatan Daud, sehingga Ia mengutus nabi Natan untuk memberitahu Daud betapa jahatnya dosanya. Daud bertobat dari dosanya dan Allah Allah mengampuninya. Selama sisa hidupnya, Daud mengikuti dan menaati Allah, bahkan di masa-masa sulit.
Namun bayi laki-laki Daud meninggal. Beginilah cara Allah menghukum Daud. Juga, sampai Daud meninggal, beberapa anggota keluarganya memberontak melawan dia, dan Daud kehilangan banyak kekuasaan. Namun Allah setia dan tetap menepati janji-Nya kepada Daud, meskipun Daud sempat tidak menaati-Nya. Belakangan, Daud dan Batsyeba mempunyai seorang anak laki-laki lagi, dan mereka menamainya Salomo.
Sebuah cerita Alkitab dari: 1 Samuel 10; 15-19; 24; 31; 2 Samuel 5; 7; 11-12
Raja Daud memerintah selama 40 tahun. Kemudian dia meninggal, dan putranya Salomo mulai memerintah Israel. Allah berbicara kepada Salomo dan bertanya kepadanya apa yang paling dia inginkan supaya dilakukan Allah baginya. Salomo meminta agar Allah menjadikannya sangat bijaksana. Hal ini berkenan kepada Allah, sehingga Ia menjadikan Salomo orang yang paling bijaksana di dunia. Salomo belajar banyak hal dan merupakan penguasa yang sangat bijaksana. Allah juga menjadikannya sangat kaya.
Di Yerusalem, Salomo membangun Bait Suci yang telah direncanakan dan dikumpulkan oleh ayahnya, Daud. Orang-orang sekarang menyembah Allah dan mempersembahkan korban kepada-Nya di Bait Suci, bukan di Kemah Pertemuan. Allah datang dan hadir di Bait Suci, dan Dia tinggal di sana bersama umat-Nya.
Tapi Salomo mencintai wanita dari negara lain. Dia tidak menaati Allah dengan menikahi banyak wanita, hampir 1.000 wanita! Banyak dari wanita ini datang dari luar negeri dan membawa serta dewa-dewa mereka dan terus memujanya. Ketika Salomo sudah tua, dia juga menyembah dewa-dewa mereka.
Allah marah kepada Salomo karena hal ini. Ia berkata bahwa Ia akan menghukumnya dengan membagi bangsa Israel menjadi dua kerajaan. Ia akan melakukan ini setelah Salomo meninggal.
Setelah Salomo meninggal, Rehabeam putranya menjadi raja. Seluruh bangsa Israel berkumpul untuk menerimanya sebagai raja mereka. Mereka mengeluh kepada Rehabeam bahwa Salomo telah memaksa mereka bekerja keras dan membayar pajak yang banyak. Mereka meminta Rehabeam untuk mengurangi pekerjaan mereka.
Namun Rehabeam menjawab mereka dengan cara yang sangat bodoh. Dia berkata, “Kamu mengatakan bahwa ayahku, Salomo, membuatmu bekerja keras. Tapi aku akan membuatmu bekerja lebih keras lagi, dan aku akan membuatmu lebih menderita lagi.”
Ketika orang-orang mendengar dia mengatakan hal ini, kebanyakan dari mereka memberontak terhadapnya. Sepuluh suku meninggalkannya; hanya dua suku yang tersisa bersamanya. Kedua suku ini menyebut diri mereka kerajaan Yehuda.
Sepuluh suku lainnya mengangkat seseorang bernama Yerobeam menjadi raja mereka. Suku-suku ini berada di bagian utara negeri itu. Mereka menyebut diri mereka kerajaan Israel.
Yerobeam memberontak melawan Allah dan menyebabkan manusia berbuat dosa. Dia membangun dua berhala untuk disembah rakyatnya. Mereka tidak lagi pergi ke Yerusalem di kerajaan Yehuda untuk menyembah Allah di Bait Suci.
Kerajaan Yehuda dan Israel menjadi musuh dan sering berperang satu sama lain.
Di kerajaan baru Israel, semua rajanya jahat. Banyak dari raja-raja ini dibunuh oleh orang Israel lain yang ingin menjadi raja menggantikan mereka.
Semua raja dan sebagian besar rakyat kerajaan Israel menyembah berhala. Ketika mereka melakukan hal ini, mereka sering tidur dengan pelacur dan kadang-kadang bahkan mengorbankan anak-anak mereka kepada berhala.
Raja-raja Yehuda adalah keturunan Daud. Beberapa dari raja-raja ini adalah orang-orang baik yang memerintah dengan adil dan menyembah Allah. Namun sebagian besar raja Yehuda jahat. Mereka memerintah dengan buruk, dan mereka menyembah berhala. Beberapa raja bahkan mengorbankan anak-anak mereka kepada dewa-dewa palsu. Sebagian besar penduduk Yehuda juga memberontak melawan Allah dan menyembah dewa-dewa lain.
Sebuah cerita Alkitab dari: 1 Raja-raja 1-6; 11-12
Allah selalu mengirimkan nabi kepada bangsa Israel. Para nabi mendengar pesan dari Allah dan kemudian menyampaikannya kepada manusia.
Elia adalah seorang nabi ketika Ahab menjadi raja atas kerajaan Israel. Ahab adalah orang yang jahat. Dia mencoba membuat rakyat menyembah dewa palsu bernama Baal. Itulah sebabnya Elia memberi tahu Raja Ahab bahwa Allah akan menghukum rakyatnya. Elia berkata kepadanya, “Tidak akan ada hujan atau embun di kerajaan Israel sampai aku berkata akan turun hujan lagi.” Hal ini membuat Ahab sangat marah sehingga dia memutuskan untuk membunuh Elia.
Maka Allah menyuruh Elia pergi ke padang gurun untuk bersembunyi dari Ahab. Elia pergi ke padang gurun menuju sungai tertentu yang diarahkan Allah kepadanya. Setiap pagi dan sore, burung-burung membawakan roti dan daging untuk Elia. Pada saat itu, Ahab dan pasukannya mencari Elia, tetapi mereka tidak dapat menemukannya.
Dikarenakan tidak ada hujan, lama kelamaan aliran sungai tersebut mengering. Maka Elia pergi ke negeri lain yang dekat. Di negeri itu hiduplah seorang janda miskin dan putranya. Mereka hampir kehabisan makanan karena tidak ada panen. Namun tetap saja, saat wanita itu merawat Elia, Allah menyediakan kebutuhannya dan putranya. Wadah tepung dan botol minyaknya tidak pernah kosong. Mereka mendapat makanan selama masa kelaparan. Elia tinggal di sana selama sekitar tiga tahun.
Setelah tiga setengah tahun, Allah memberi tahu Elia bahwa dia akan menurunkan hujan lagi. Dia menyuruh Elia untuk kembali ke kerajaan Israel dan berbicara dengan Ahab. Maka Elia pergi menemui Ahab. Ketika Ahab melihatnya, dia berkata, “Ini dia, kamu pembuat onar!” Elia menjawab kepadanya, “Engkaulah yang membuat onar! Kamu telah meninggalkan Yahweh. Dia adalah Allah yang benar, tetapi kamu menyembah Baal. Sekarang engkau harus membawa seluruh rakyat kerajaan Israel ke Gunung Karmel.”
Maka berangkatlah seluruh bangsa Israel ke Gunung Karmel. Beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka menyampaikan pesan untuk Baal juga datang. Inilah nabi-nabi Baal. Ada 450 orang. Elia berkata kepada orang-orang itu, “Sampai kapan kamu berubah pikiran? Kalau Allah itu Allah, ikutilah Dia! Dan kalau Baal, ikutilah dia!”
Berkatalah Elia kepada nabi-nabi Baal, “Bunuhlah seekor lembu jantan, bagilah dagingnya menjadi beberapa bagian, dan taruhlah di atas mezbah untuk korban, tetapi jangan menyalakan apinya. Saya akan melakukan hal yang sama nanti, dan saya akan meletakkan dagingnya di altar yang berbeda. Kemudian jika Allah mengirimkan api ke atas mezbah, kamu akan mengetahui bahwa Dialah Allah yang sebenarnya.” Maka nabi-nabi Baal menyiapkan korban tetapi tidak menyalakan apinya.
Kemudian para nabi Baal berdoa kepada Baal, “Dengarkan kami, Baal!” Sepanjang hari mereka berdoa, berteriak, dan bahkan melukai diri mereka sendiri dengan pisau, tetapi Baal tidak menjawab, dan dia tidak menembakkan api apa pun.
Para nabi Baal menghabiskan hampir sepanjang hari berdoa kepada Baal. Mereka akhirnya berhenti berdoa. Kemudian Elia meletakkan daging lembu jantan yang lain di atas mezbah Allah. Setelah itu, dirinya menyuruh orang-orang disitu untuk menuangkan 12 panci besar berisi air di atas korban hingga daging, kayu, dan bahkan tanah di sekitar mezbah benar-benar basah.
Lalu Elia berdoa, “Allah, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, tunjukkan pada kami hari ini bahwa Engkau adalah Allah Israel dan bahwa aku adalah hamba-Mu. Jawablah aku agar orang-orang ini mengetahui bahwa Engkaulah Allah yang benar.”
Seketika itu juga, api turun dari langit. Api itu membakar daging, kayu, batu, tanah, dan bahkan air yang ada di sekitar mezbah. Ketika orang-orang melihat hal itu, mereka sujud ke tanah dan berkata, “Allahlah Allah! Allahlah adalah Allah!”
Sesudah itu, Elia berkata, “Jangan biarkan satu pun nabi Baal lolos!” Maka bangsa itu menangkap nabi-nabi Baal dan membawa mereka pergi dari sana lalu membunuh mereka.
Dan Elia berkata kepada Raja Ahab, “Segera kembali ke rumahmu, karena hujan akan segera turun.” Segera langit menjadi hitam, dan hujan lebat mulai turun. Allah mengakhiri kekeringan. Ini juga menunjukkan bahwa hanya Dia saja Allah yang benar.
Ketika Elia menyelesaikan pekerjaannya, Allah memilih seseorang bernama Elisa untuk menjadi nabinya. Allah melakukan banyak mukjizat melalui Elisa. Salah satu mukjizat terjadi pada Naaman. Dia adalah komandan pasukan musuh, tapi dia menderita penyakit kulit yang parah. Naaman mendengar tentang Elisa, jadi dia pergi menemui Elisa dan memintanya untuk menyembuhkannya. Elisa menyuruh Naaman pergi ke Sungai Yordan dan mencelupkan dirinya ke dalam air sebanyak tujuh kali.
Naaman menjadi marah. Dia menolak melakukan ini karena tampak bodoh. Namun kemudian dia berubah pikiran. Dia pergi ke Sungai Yordan dan mencelupkan dirinya tujuh kali ke dalam air. Ketika dia keluar dari air terakhir sungai, Allah menyembuhkannya.
Allah juga mengutus banyak nabi lainnya kepada umat Israel. Mereka semua menyuruh orang-orang untuk berhenti menyembah berhala. Sebagai gantinya, mereka mesti bertindak adil satu sama lain dan saling berbelas kasihan. Para nabi memperingatkan umat manusia bahwa mereka harus berhenti melakukan kejahatan dan sebaliknya menaati Allah. Jika manusia tidak melakukan hal ini, maka Allah akan menilai mereka bersalah, dan Dia akan menghukum mereka.
Seringkali manusia tidak menaati Allah. Mereka sering menganiaya para nabi dan terkadang bahkan membunuh mereka. Suatu ketika, mereka memasukkan nabi Yeremia ke dalam sumur kering dan membiarkannya agar mati di sana. Dia tenggelam ke dalam lumpur di dasar sumur. Namun kemudian raja mengasihani dia dan memerintahkan hamba-hambanya untuk mengeluarkan Yeremia dari sumur sebelum dia meninggal.
Para nabi terus berbicara mewakili Allah meskipun ada yang membenci mereka. Mereka memperingatkan orang-orang bahwa Allah akan membinasakan mereka jika mereka tidak bertobat. Mereka juga mengingatkan orang-orang bahwa Allah berjanji akan mengirimkan Mesias kepada mereka.
Sebuah cerita Alkitab dari: 1 Raja-raja 16-18; 2 Raja-raja 5; Yeremia 38
Kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda sama-sama berdosa terhadap Allah. Mereka melanggar perjanjian yang telah dibuat Allah dengan mereka di Sinai. Allah mengutus nabi-nabi-Nya untuk memperingatkan mereka supaya bertobat dan menyembah-Nya lagi, namun mereka menolak untuk taat.
Maka Allah menghukum kedua kerajaan dengan membiarkan musuh menghancurkan mereka. Asyur adalah negara lain yang menjadi sangat kuat. Bangsa Asiria juga sangat kejam terhadap bangsa lain. Mereka datang dan menghancurkan kerajaan Israel. Bangsa Asiria membunuh banyak orang di kerajaan Israel, merampas segala sesuatu yang mereka inginkan, dan membakar sebagian besar wilayah negara tersebut.
Bangsa Asyur mengumpulkan semua pemimpin, orang-orang kaya, dan orang-orang yang mampu menghasilkan barang-barang berharga. Mereka membawa orang-orang itu ke Asyur. Hanya beberapa orang Israel yang sangat miskin yang masih tinggal di Israel.
Kemudian bangsa Asyur membawa orang asing untuk tinggal di negeri itu. Orang-orang asing membangun kembali kota-kota itu. Mereka menikah dengan orang Israel yang masih tinggal di sana. Keturunan orang-orang ini disebut orang Samaria.
Penduduk kerajaan Yehuda melihat bagaimana Allah menghukum penduduk kerajaan Israel karena tidak percaya dan tidak menaati-Nya. Namun mereka tetap menyembah berhala, termasuk dewa-dewa orang Kanaan. Allah mengutus para nabi untuk memperingatkan mereka, namun mereka tidak mau mendengarkan.
Sekitar 100 tahun setelah bangsa Asyur menghancurkan kerajaan Israel, Allah mengutus Nebukadnezar, raja Babilonia, untuk menyerang kerajaan Yehuda. Babel adalah negara yang kuat. Raja Yehuda setuju untuk menjadi pelayan Nebukadnezar dan memberinya banyak uang setiap tahun.
Namun setelah beberapa tahun, raja Yehuda memberontak melawan Babilonia. Maka orang Babilonia kembali dan menyerang kerajaan Yehuda. Mereka merebut kota Yerusalem, menghancurkan Bait Suci, dan merampas semua harta kota termasuk Bait Suci.
Untuk menghukum raja Yehuda karena memberontak, tentara Nebukadnezar membunuh putra-putra raja di hadapannya dan kemudian membutakannya. Setelah itu, mereka membawa raja pergi agar ia mati di penjara Babilonia.
Nebukadnezar dan pasukannya membawa hampir seluruh rakyat kerajaan Yehuda ke Babilonia, hanya menyisakan orang-orang termiskin untuk bercocok tanam. Periode waktu ketika umat Allah terpaksa meninggalkan Tanah Perjanjian disebut Pembuangan.
Meskipun Allah menghukum umat-Nya karena dosa mereka dengan membawa mereka ke pengasingan, Ia tidak melupakan mereka ataupun janji-janji-Nya. Allah terus mengawasi umat-Nya dan berbicara kepada mereka melalui para nabi-Nya. Dia berjanji bahwa, setelah 70 tahun, mereka akan kembali ke Tanah Perjanjian.
Sekitar 70 tahun kemudian, Koresh, raja Persia, mengalahkan Babilonia. Maka bukan lagi Kekaisaran Babilonia melainkan Kekaisaran Persia yang kini menguasai banyak bangsa. Bangsa Israel sekarang disebut Yahudi. Kebanyakan dari mereka telah menjalani seluruh hidup mereka di Babel. Hanya sedikit orang Yahudi yang sangat tua yang ingat akan tanah Yehuda.
Bangsa Persia memang sangat kuat, namun mereka menaruh belas kasihan terhadap orang-orang yang mereka taklukkan. Tak lama setelah Koresh menjadi raja Persia, ia memberi perintah bahwa setiap orang Yahudi yang ingin kembali ke Yehuda dapat meninggalkan Persia dan kembali ke Yehuda. Dia bahkan memberi mereka uang untuk membangun kembali Bait Suci! Jadi, setelah 70 tahun di pengasingan, sekelompok kecil orang Yahudi kembali ke kota Yerusalem di Yehuda.
Ketika orang-orang buangan itu tiba di Yerusalem, mereka membangun kembali Bait Suci dan tembok sekeliling kota. Bangsa Persia masih memerintah mereka, namun sekali lagi bangsa Yahudi tinggal di Tanah Perjanjian dan beribadah di Bait Suci.
Sebuah cerita Alkitab dari: 2 Raja-raja 17; 24-25; 2 Tawarikh 36; Ezra 1-10; Nehemia 1-13
Bahkan ketika Allah menciptakan dunia, Dia tahu bahwa Dia akan mengirimkan Mesias suatu saat nanti. Dia berjanji kepada Adam dan Hawa bahwa Dia akan melakukan ini. Dikatakan-Nya bahwa akan lahir keturunan Hawa yang akan meremukkan kepala ular tersebut. Tentu saja Setan menampakkan diri sebagai ular untuk mengelabui Hawa. Maksud Allah bahwa Mesias akan mengalahkan Setan sepenuhnya.
Allah berjanji kepada Abraham bahwa melalui dia seluruh suku bangsa di dunia akan menerima berkat. Allah akan menggenapi janji ini dengan mengirimkan Mesias di kemudian hari. Mesias akan menyelamatkan manusia dari dosa mereka di setiap kelompok suku di dunia.
Allah berjanji kepada Musa bahwa di masa depan Dia akan mengirimkan nabi lain seperti Musa. Nabi ini akan disebut Mesias. Dengan cara ini, Allah kembali berjanji bahwa Dia akan mengirimkan Mesias.
Allah berjanji kepada Raja Daud bahwa salah satu keturunannya akan menjadi Mesias. Dia akan menjadi raja dan memerintah umat Allah selamanya.
Allah berbicara kepada nabi Yeremia dan memberitahunya bahwa Dia hendak membuat Perjanjian Baru suatu hari nanti. Perjanjian Baru tidak akan seperti perjanjian lama yang dibuat Allah dengan Israel di Sinai. Ketika Dia membuat Perjanjian Baru dengan manusia, Dia akan membuat mereka mengenal Dia secara pribadi. Setiap orang pasti mencintai-Nya dan mau menaati hukum-Nya. Allah mengatakan ini seperti menuliskan hukum-Nya di hati mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka. Mesiaslah yang akan membuat Perjanjian Baru dengan mereka.
Para nabi Allah juga mengatakan bahwa Mesias akan menjadi seorang nabi, seorang imam, dan seorang raja. Seorang nabi adalah orang yang mendengar firman Allah dan kemudian mewartakan pesan Allah kepada manusia. Mesias yang dijanjikan Allah untuk diutus akan menjadi nabi yang sempurna. Artinya, Mesias akan mendengar pesan-pesan Allah dengan sempurna, Ia akan memahaminya dengan sempurna, dan Ia akan mengajarkannya kepada manusia dengan sempurna.
Imam- imam Israel terus melakukan pengorbanan kepada Allah demi umat-Nya. Pengorbanan-pengorbanan ini merupakan pengganti Allah yang menghukum manusia karena dosa-dosa mereka. Para imam juga berdoa kepada Allah untuk umat-Nya. Namun, Mesias akan menjadi Imam Besar yang sempurna yang akan mempersembahkan diri-Nya sebagai korban sempurna kepada Allah. Maksudnya, Dia tidak akan pernah berbuat dosa, dan ketika Dia menyerahkan diri-Nya untuk menjadi korban, maka tidak ada pengorbanan lain untuk dosa yang diperlukan.
Raja dan pemimpin memerintah sekelompok orang, dan terkadang mereka melakukan kesalahan. Raja Daud hanya memerintah atas bangsa Israel. Namun Mesias, keturunan Daud, akan memerintah seluruh dunia, dan Ia akan memerintah selama-lamanya. Selain itu, Dia akan selalu memerintah dengan adil dan mengambil keputusan yang tepat.
Nabi-nabi Allah mengatakan banyak hal lain tentang Mesias. Sebagai contoh, Maleakhi mengatakan bahwa nabi lain akan datang sebelum Mesias datang. Nabi itu akan menjadi sangat penting. Juga, nabi Yesaya menulis bahwa Mesias akan lahir dari seorang perawan. Dan nabi Mikha berkata bahwa Mesias akan lahir di kota Betlehem.
Nabi Yesaya mengatakan Mesias akan tinggal di wilayah Galilea. Mesias akan menghibur orang-orang yang sangat sedih. Dia juga akan membebaskan para tawanan. Mesias juga akan menyembuhkan orang sakit dan mereka yang tidak dapat mendengar, melihat, berbicara, atau berjalan.
Nabi Yesaya juga mengatakan bahwa orang-orang akan membenci Mesias dan menolak-Nya. Nabi-nabi lain mengatakan bahwa seorang sahabat Mesias akan berbalik melawan-Nya. Nabi Zakharia mengatakan bahwa teman ini akan menerima 30 koin perak dari orang lain karena melakukan hal tersebut. Juga, beberapa nabi mengatakan bahwa orang-orang akan membunuh Mesias, dan mereka akan berundi untuk mendapatkan pakaian-Nya.
Para nabi juga menceritakan tentang bagaimana Mesias akan mati. Yesaya menubuatkan bahwa orang-orang akan meludahi, mengejek, dan memukuli Mesias. Mereka akan menusuk-Nya, dan Dia akan mati dalam penderitaan dan penderitaan yang luar biasa, meskipun Dia tidak melakukan kesalahan apa pun.
Para nabi juga mengatakan bahwa Mesias tidak akan berbuat dosa. Dia akan menjadi sempurna. Namun Dia akan mati sebab Allah akan menghukum-Nya karena dosa orang lain. Ketika Dia mati, manusia akan bisa berdamai dengan Allah. Inilah sebabnya, dalam rencana Allah, Mesias harus mati.
Para nabi juga mengatakan bahwa Allah akan membangkitkan Mesias dari kematian. Hal ini menunjukkan bahwa kematian dan kebangkitan Yesus adalah rencana Allah untuk membuat Perjanjian Baru, sehingga Dia dapat menyelamatkan orang-orang yang berdosa terhadap Dia.
Allah mewahyukan kepada para nabi banyak hal tentang Mesias, namun Mesias tidak datang pada masa nabi-nabi tersebut. Lebih dari 400 tahun setelah nubuatan terakhir diberikan, pada saat yang tepat, Allah mengirimkan Mesias ke dunia.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 3; 12; Ulangan 18:15; 2 Samuel 7; Mazmur 16; 22; 35; 69; 41; Yesaya 7:14; 9:1-7; 61; 53; 50:6; 59:16; Yeremia 31; Daniel 7; Mikha 5:2; Zakharia 11:12-13; Maleakhi 4:5
Di masa lalu, Allah berbicara kepada nabi-nabi-Nya agar mereka dapat berbicara kepada umat-Nya. Kemudian, datanglah 400 tahun keheningan dimana Ia tidak berbicara kepada manusia. Lalu Allah mengutus malaikat kepada imam bernama Zakharia. Zakharia dan istrinya, Elisabet, menghormati Allah. Mereka sudah lanjut usia, dan istrinya belum pernah melahirkan seorang anak.
Malaikat itu berkata pada Zakharia, “Istrimu akan melahirkan seorang anak laki-laki. Dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Allah akan memenuhinya dengan Roh Kudus, dan Yohanes akan mempersiapkan orang-orang untuk menyambut Mesias!” Zakharia menjawab, “Aku dan istriku sudah terlalu tua untuk mempunyai anak! Bagaimana aku tahu bahwa yang anda mengatakan yang sebenarnya?”
Jawab malaikat itu pada Zakharia, “Aku diutus oleh Allah untuk menyampaikan padamu kabar baik. Karena engkau tidak percaya padaku, engkau tidak akan dapat berbicara hingga anak itu lahir.” Seketika itu juga, Zakharia tidak dapat berbicara. Kemudian malaikat itu meninggalkan Zakharia. Sesudah itu, Zakharia kembali ke rumah dan istrinya mengandung.
Ketika Elisabet sedang mengandung enam bulan, tiba-tiba malaikat yang sama menampakkan diri pada kerabat Elisabet, yang bernama Maria. Ia masih perawan dan bertunangan dengan seorang laki-laki bernama Yusuf. Malaikat itu berkata, “Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki. Dan engkau harus menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi Anak Allah Yang Mahatinggi dan akan memerintah selama-lamanya.”
Maria menjawab, “Bagaimana hal itu dapat terjadi, karena aku masih perawan?” Malaikat itu menjawab, “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menyertaimu. Oleh sebab itu, anak itu akan menjadi kudus dan Ia akan menjadi Anak Allah.” Dan Maria percaya dengan apa yang dikatakan malaikat itu.
Segera setelah hal itu terjadi, Maria pergi dan mengunjungi Elisabet. Setelah Maria menyapanya, bayi Elisabet seketika melonjak ke dalam rahimnya. Kedua perempuan itu bersukacita dengan apa yang telah Allah perbuat kepada mereka berdua. Setelah Maria mengunjungi Elisabet selama 3 bulan, Maria kembali ke rumah.
Setelah itu, Elisabet melahirkan anak laki-lakinya. Zakharia dan Elisabet menamai anak itu Yohanes, seperti yang telah diperintahkan malaikat tersebut. Zakharia berkata, “Terpujilah Allah, karena Ia ingat akan umat-Nya! Engkau, anakku, akan menjadi nabi Allah Yang Mahatinggi. Engkau akan memberitakan kepada orang-orang bagaimana mereka dapat mendapatkan pengampunan atas dosa mereka!”
Sebuah Cerita Alkitab dari: Lukas 1
Maria bertunangan dengan seorang yang benar bernama Yusuf. Ketika ia mendengar bahwa Maria sedang mengandung, ia mengetahui bahwa itu bukanlah anaknya. Namun, ia tidak ingin mempermalukan Maria, jadi ia memutuskan untuk menaruh belas kasihan kepada Maria dan menceraikannya secara diam-diam. Tetapi sebelum ia melakukan hal itu, datanglah seorang malaikat kepadanya dalam mimpi dan berbicara kepadanya.
Malaikat itu berkata, “Yusuf, janganlah takut untuk mengambil Maria sebagai istrimu. Bayi yang ada dalam kandungannya berasal dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki. Dan berilah Ia nama Yesus (yang berarti ‘Yahweh menyelamatkan’), karena Dialah yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosa mereka.
Lalu Yusuf menikahi Maria dan membawanya pulang sebagai istrinya, tetapi ia tidak tidur dengannya sampai Maria melahirkan.
Ketika tiba waktunya bagi Maria untuk melahirkan, ia dan Yusuf sedang dalam perjalanan yang panjang menuju ke kota Betlehem. Mereka harus pergi ke sana karena pemimpin Romawi hendak melakukan penghitungan terhadap semua orang yang ada di tanah Israel. Mereka ingin semua orang pergi ke tempat di mana leluhur mereka berasal. Raja Daud lahir di Betlehem, dan ia adalah leluhur dari Maria dan Yusuf.
Maria dan Yusuf tiba di Betlehem, tapi tidak ada tempat bagi mereka untuk tinggal kecuali di kandang hewan. Di tempat itulah Maria melahirkan bayinya. Ia membaringkan-Nya di dalam palungan, karena tidak ada tempat tidur bagi-Nya. Dan mereka menamai-Nya Yesus.
Malam itu, ada beberapa gembala di padang rumput yang dekat dengan tempat itu sedang menjaga kawanan domba mereka. Tiba-tiba, tampaklah seorang malaikat yang bersinar kepada mereka, dan mereka sangat ketakutan. Malaikat itu berkata. “Jangan takut, sebab aku membawa kabar baik untukmu. Mesias, sang Juruselamat, telah lahir di Betlehem!”
“Pergilah cari bayi itu, dan kamu akan menemukan-Nya dibungkus dengan kain dan terbaring dalam palungan.” Seketika, langit dipenuhi dengan malaikat-malaikat. Lalu mereka memuji Allah. Dan berkata, “Kemuliaan bagi Allah di surga. Dan damai sejahtera dibumi di antara manusia yang dikasihi-Nya!”
Kemudian para malaikat itu pergi. Dan para gembala meninggalkan kawanan domba mereka untuk mencari bayi itu. Mereka tiba di tempat dimana Yesus berada dan mereka menemukan-Nya terbaring di dalam palungan, seperti yang dikatakan oleh malaikat itu kepada mereka. Mereka sangat bergembira. Kemudian para gembala kembali ke padang rumput dimana kawanan domba mereka berada. Sambil memuji Allah karena segala sesuatu yang telah mereka dengar dan mereka lihat.
Ada beberapa orang majus dari sebuah negeri yang jauh di timur. Mereka mempelajari bintang-bintang dan sangat bijaksana. Mereka melihat suatu bintang yang tidak biasa di langit. Mereka berkata bahwa hal itu berarti seorang raja baru bagi orang Yahudi telah lahir. Jadi mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan dari negeri mereka untuk melihat anak itu. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, mereka tiba di Betlehem dan menemukan rumah dimana Yesus dan orang tua-Nya tinggal.
Ketika orang-orang majus itu melihat Yesus bersama ibu-Nya, mereka sujud dan menyembah Dia. Mereka memberikan Yesus hadiah-hadiah yang mahal. Dan setelah itu mereka kembali ke rumah.
Sebuah kisah Alkitab dari: Matius 1-2; Lukas 2
Yohanes, anak Zakharia dan Elisabet, tumbuh dewasa dan menjadi seorang nabi. Ia tinggal di padang gurun, makanannya madu hutan dan belalang, dan mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu unta.
Banyak orang datang ke padang gurun untuk mendengarkan Yohanes. Ia berkhotbah kepada mereka, dan berkata, “Bertobatlah, sebab kerajaan Allah sudah dekat!”
Ketika orang-orang mendengar pesan Yohanes, banyak di antara mereka yang bertobat dari dosa-dosa mereka, dan Yohanes membaptis mereka. Banyak pemimpin agama juga datang untuk melihat Yohanes, tetapi mereka tidak bertobat ataupun mengakui dosa mereka.
Yohanes berkata kepada para pemimpin agama, “Kalian ular berbisa! Bertobatlah dan ubahlah perilakumu. Allah akan menebang setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, dan Ia akan melemparkannya ke dalam api.” Yohanes menggenapi apa yang telah dinubuatkan oleh para nabi, “Lihatlah, Aku akan menyuruh utusan-Ku untuk mendahului Engkau, yang akan mempersiapkan jalan bagi-Mu.”
Beberapa pemimpin agama bertanya kepada Yohanes apakah ia adalah Mesias. Yohanes menjawab, “Aku bukanlah Mesias, tetapi Ia yang akan datang setelah aku. Ia yang lebih berkuasa dari aku, dan bahkan untuk melepaskan tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”
Keesokan harinya, datanglah Yesus kepada Yohanes untuk dibaptis. Ketika Yohanes melihat-Nya, ia berkata, “Lihat! Inilah Anak Domba Allah yang akan menghapus dosa di dunia.”
Yohanes berkata kepada Yesus, “Aku tidak layak membaptis Engkau. Sebaliknya, Engkaulah yang harus membaptis aku.” Tetapi Yesus berkata, “Engkau harus membaptis Aku, karena inilah yang seharusnya terjadi.” Lalu Yohanes membaptis-Nya meskipun Yesus tidak pernah berbuat berdosa.
Ketika Yesus keluar dari air setelah dibaptis, Roh Allah muncul dalam rupa burung merpati, lalu turun dan tinggal diatas-Nya. Pada saat yang sama, Allah berbicara dari surga. Ia berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi dan kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Allah telah berkata kepada Yohanes, “Roh Kudus akan turun dan tinggal pada orang yang telah engkau baptis. Orang itu adalah Anak Allah.” Hanya ada satu Allah. Tetapi ketika Yohanes membaptis Yesus, ia mendengar Allah Bapa berbicara, melihat Anak Allah, yaitu Yesus, dan ia juga melihat Roh Kudus.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 3; Markus 1; Lukas 3; Yohanes 1:15-37
Segera setelah Yesus dibaptis, Roh Kudus membawa-Nya ke padang gurun. Yesus berada disana selama 40 hari dan 40 malam. Pada saat itu Ia sedang berpuasa, dan Iblis datang kepada Yesus dan mencobai-Nya untuk berbuat dosa.
Pertama, Iblis berkata kepada Yesus, “Jika Engkau Anak Allah, ubahlah batu-batu ini menjadi roti supaya Engkau dapat makan!”
Tetapi Yesus berkata kepada Iblis, “Ada tertulis dalam Firman Allah, ‘Manusia tidak hanya butuh roti untuk dapat hidup, tetapi mereka butuh segala sesuatu yang dikatakan Allah kepada mereka!’”
Kemudian Iblis membawa Yesus ke tempat yang tinggi di Bait Allah. Ia berkata kepada-Nya, “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, karena ada tertulis, ‘Allah akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk mengangkat Engkau supaya kaki-Mu tidak terantuk batu.’”
Tetapi Yesus tidak melakukan apa yang dikatakan Iblis itu. Sebaliknya, Ia berkata, “Allah berkata kepada semua orang, ‘Janganlah mencobai Tuhan, Allahmu’.”
Kemudian Iblis menunjukkan kepada Yesus seluruh kerajaan dunia. Ia menunjukkan kepada-Nya seberapa hebatnya mereka, dan seberapa kayanya mereka. Lalu ia berkata kepada Yesus, “Aku akan memberikan semuanya ini kepada-Mu jika Engkau sujud dan menyembah aku.”
Yesus menjawab, “Enyahlah dari hadapan-Ku, Iblis! Dalam firman Allah, Ia memerintahkan umat-Nya untuk, ‘Sembahlah Tuhan, Allahmu. Dan hanya kepada-Nyalah engkau berbakti’.”
Yesus tidak menyerah terhadap godaan Iblis, sehingga Iblis meninggalkan-Nya. Kemudian para malaikat datang dan melayani-Nya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 4:1-11; Markus 1:12-13; Lukas 4:1-13
Setelah Yesus menolak godaan Iblis, Ia kembali ke daerah Galilea. Di sanalah Ia tinggal. Roh Kudus memberikan-Nya begitu banyak kuasa, dan Yesus pergi dari satu tempat ke tempat yang lain dan mengajarkan orang-orang. Semua orang mengatakan hal yang baik tentang-Nya.
Yesus pergi ke kota Nazaret. Ini adalah desa dimana Ia tinggal ketika Ia masih anak-anak. Pada hari Sabat, Ia pergi ke tempat ibadah. Para pemimpin memberikan kepada-Nya gulungan kitab yang berisi pesan dari nabi Yesaya. Mereka ingin Ia membacakannya. Lalu Yesus membuka gulungan itu dan membacakan sebagian dari kitab itu kepada orang-orang.
Yesus membaca, “Allah memberikan Aku Roh-Nya sehingga Aku dapat memberitakan kabar baik bagi orang miskin. Ia mengutus Aku untuk membebaskan para tahanan, membuat orang buta dapat melihat lagi, dan membebaskan mereka yang tertindas oleh orang lain. Inilah saatnya dimana Tuhan akan menaruh belas kasihan-Nya kepada kita dan menolong kita.”
Lalu Yesus duduk. Semua orang memperhatikan-Nya dengan seksama. Mereka tahu bahwa bagian dari Kitab Suci yang telah dibacakan-Nya adalah tentang Mesias. Yesus berkata, “Hal-hal yang baru saja Aku bacakan kepadamu, semuanya itu sedang terjadi saat ini.” Semua orang terheran-heran. “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” kata mereka.
Lalu Yesus berkata, “Memang benar bahwa seorang nabi tidak pernah di terima di tempat ia dibesarkan. Pada zaman nabi Elia, terdapat banyak janda di Israel. Tetapi ketika hujan tidak turun selama tiga setengah tahun, Allah tidak mengutus Elia untuk menolong seorang janda di Israel. Sebaliknya, Ia mengutus Elia kepada seorang janda dari bangsa yang lain.”
Selanjutnya Yesus berkata, “Dan pada zaman nabi Elisa, ada begitu banyak orang Israel yang menderita penyakit kulit. Tetapi Elisa tidak menyembuhkan salah satu dari mereka. Ia hanya menyembuhkan penyakit kulit dari Naaman, seorang panglima dari musuh Israel.” Tetapi orang-orang yang mendengarkan Yesus pada saat itu adalah orang-orang Yahudi. Lalu ketika mereka mendengar-Nya berkata demikian, mereka menjadi sangat marah kepada-Nya.
Orang-orang Nazaret menangkap Yesus dan menyeret-Nya keluar dari tempat ibadah. Mereka membawa-Nya ke tepi tebing untuk menjatuhkan-Nya agar mereka dapat membunuh-Nya. Tetapi Yesus berjalan melewati kerumunan orang banyak itu lalu pergi dari kota Nazaret.
Kemudian Yesus pergi ke seluruh wilayah di Galilea, dan banyak orang datang kepada-Nya. Mereka membawa banyak orang yang sakit atau lumpuh. Ada beberapa orang yang buta, dan yang lainnya lumpuh, tuli, atau bisu, lalu Yesus menyembuhkan mereka.
Juga, banyak orang yang kerasukan setan dibawa kepada Yesus. Yesus memerintahkan setan-setan itu untuk keluar dari tubuh mereka, lalu setan-setan itu keluar. Setan-setan berteriak, “Engkau Anak Allah!” Kerumunan orang banyak itu terheran-heran, dan mereka memuji Allah.
Kemudian Yesus memilih 12 orang di antara murid-murid-Nya untuk menjadi utusan khusus-Nya. Ia menyebut mereka “Rasul”. Para rasul ini melakukan perjalanan bersama dengan Yesus dan belajar daripada-Nya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 4:12-25; Markus 1-3; Lukas 4
Suatu hari, datanglah seorang ahli Taurat Yahudi kepada Yesus. Ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa Yesus memberikan pengajaran yang salah. Lalu ia berkata, “Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus menjawab, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?”
Ahli Taurat itu menjawab, “Dikatakan, ‘Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, segenap kekuatanmu, dan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’.” Yesus menjawab, “Engkau benar! Jika engkau melakukan semuanya ini, engkau akan beroleh hidup yang kekal.”
Tetapi ahli Taurat itu ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa cara hidupnya benar. Lalu ia bertanya kepada Yesus, “Kalau begitu, siapakah sesamaku?”
Yesus menjawab ahli Taurat itu dengan menceritakan sebuah kisah. “Ada seorang Yahudi yang bepergian disepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho.”
“Tetapi beberapa perampok melihatnya dan menyerangnya. Mereka mengambil semua yang ia miliki dan memukulnya sampai hampir mati. Lalu mereka pergi.”
“Segera setelah itu, seorang imam Yahudi berjalan melewati jalan yang sama. Imam ini melihat orang Yahudi itu tergeletak di jalan. Ketika ia melihatnya, ia berpindah ke sisi jalan yang lain dan meneruskan perjalanannya. Ia benar-benar mengabaikan orang itu.”
“Tidak lama setelah itu, seorang Lewi melewati jalan itu. (Orang Lewi merupakan suku Yahudi yang membantu para imam di Bait Allah). Orang Lewi itu juga menyeberang ke sisi jalan yang lain dan ia mengabaikan orang itu.”
“Orang selanjutnya yang melewati jalan itu adalah seorang dari Samaria. (Orang Samaria dan orang Yahudi saling membenci satu sama lain). Orang Samaria melihat orang itu dijalanan. Ia melihat bahwa orang itu adalah seorang Yahudi, tetapi ia tetap memiliki belas kasihan yang besar baginya. Lalu ia menghampirinya dan membalut lukanya.”
“Kemudian orang Samaria mengangkat orang itu ke atas keledainya. Ia membawanya ke penginapan yang ada di pinggir jalan. Dan disana ia merawat orang itu.”
“Keesokan harinya, orang Samaria itu harus melanjutkan perjalanannya. Ia memberikan uang kepada pemilik penginapan itu. Ia berkata kepadanya, ‘Rawatlah orang ini. Jika kamu menghabiskan uang lebih dari ini, aku akan mengganti biaya tersebut ketika aku kembali’.”
Lalu Yesus bertanya pada ahli Taurat itu, “Bagaimana menurutmu? Manakah dari ketiga orang ini yang adalah sesama dari orang yang dirampok dan dipukuli?” Ia menjawab, “Orang yang berbelas kasihan padanya.” Yesus berkata kepadanya, “Pergilah dan lakukanlah hal yang sama.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Lukas 10:25-37
Suatu hari, datanglah seorang penguasa muda yang kaya kepada Yesus dan bertanya pada-Nya, “Guru yang baik, apa yang harus aku lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus berkata kepadanya, “Mengapa engkau menyebut-Ku ‘baik’? Hanya ada satu yang baik, yaitu Allah. Tetapi jikalau engkau ingin memperoleh hidup yang kekal, taatilah hukum Allah.”
“Hukum manakah yang harus aku taati?” tanyanya. Yesus menjawab, “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Tetapi orang muda itu berkata, “Aku telah menaati semua hukum ini sejak aku masih kecil. Apa lagi yang harus aku lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus memandangnya dan mengasihinya.
Yesus menjawab, “Jika engkau ingin menjadi sempurna, pergilah dan juallah segala sesuatu yang engkau miliki dan berikanlah uang itu kepada orang miskin, dan engkau akan beroleh harta di surga. Lalu datanglah dan ikutlah Aku.”
Ketika orang muda itu mendengar apa yang dikatakan Yesus, ia menjadi sangat sedih karena ia sangat kaya dan tidak ingin memberikan semua yang ia miliki. Ia berbalik dan pergi meninggalkan Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Sangatlah sulit bagi seorang yang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan Allah! Ya, lebih mudah seekor unta untuk masuk melalui lubang jarum daripada seorang yang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah.”
Ketika para murid mendengar apa yang dikatakan Yesus, mereka sangat terkejut. Mereka berkata, “Jika demikian, siapakah yang akan diselamatkan Allah?”
Yesus memandang para murid dan berkata, “Mustahil bagi manusia untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah.”
Petrus berkata kepada Yesus, “Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau. Apa yang akan kami peroleh?”
Yesus menjawab, “Semua orang yang telah meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki, saudaranya perempuan, ayah, ibu, anak-anak, atau harta bendanya demi nama-Ku akan menerima 100 kali lebih banyak dan juga akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 19:16-30; Markus 10:17-31; Lukas 18:18-30
Suatu hari, Petrus bertanya kepada Yesus, “Guru, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Kata Yesus, “Bukan tujuh kali, tapi 70 kali tujuh kali!” Dengan ini, Yesus bermaksud agar kita harus selalu mengampuni. Lalu Yesus menceritakan sebuah kisah.
Yesus berkata, “Kerajaan Allah itu seperti seorang raja yang akan menyelesaikan perhitungan dengan hamba-hambanya. Salah satu hambanya memiliki hutang besar yang setara dengan upah selama 200.000 tahun kerja.”
“Tetapi hamba ini tidak dapat membayar hutangnya, sehingga raja berkata, ‘Juallah orang ini dan keluarganya sebagai budak untuk membayar hutangnya’.”
“Hamba itu berlutut di hadapan raja dan berkata, ‘Tolong bersabarlah, dan aku akan melunasi semua hutangku padamu.’ Raja merasa kasihan pada hamba itu, sehingga ia menghapuskan semua hutangnya dan membiarkannya pergi.”
“Tetapi ketika hamba itu pergi dari hadapan raja, ia bertemu dengan sesama hamba yang berhutang padanya senilai empat bulan upah kerja. Hamba itu menangkap rekannya dan berkata, ‘Bayarlah hutangmu padaku!’”
“Rekannya itu berlutut dan berkata, ‘Tolong bersabarlah, dan aku akan melunasi semua hutangku padamu.’ Tetapi sebaliknya, hamba itu memasukkan rekannya itu ke dalam penjara hingga ia dapat melunasi hutangnya.”
“Beberapa hamba lainnya melihat apa yang telah terjadi dan mereka merasa sangat terganggu. Mereka pergi menghadap raja dan menceritakan semuanya.”
“Raja memanggil hamba itu dan berkata, ‘Engkau hamba yang jahat! Aku telah mengampuni semua hutangmu karena engkau memohon padaku. Engkau seharusnya melakukan hal yang sama.’ Raja sangat marah sehingga ia memasukkan hamba itu ke dalam penjara hingga ia dapat melunasi semua hutangnya.”
Lalu Yesus berkata, “Inilah yang akan dilakukan Bapa-Ku yang di surga kepada setiap orang di antara kamu, jika kamu tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 18:21-35
Yesus mengutus para rasul-Nya untuk berkhotbah dan mengajar orang-orang di berbagai desa. Ketika mereka kembali ke tempat Yesus berada, mereka menceritakan apa yang telah mereka lakukan. Kemudian Yesus mengundang mereka untuk pergi bersama-Nya ke tempat yang sunyi di seberang danau untuk beristirahat sejenak. Jadi, mereka naik ke sebuah perahu dan pergi ke seberang danau.
Tetapi ada banyak orang yang melihat Yesus dan para murid naik perahu. Orang-orang ini berlari di sepanjang tepi danau untuk mendahului mereka. Jadi, ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba, sekelompok besar orang sudah berada di sana, menunggu mereka.
Kerumunan orang banyak itu terdiri dari lebih dari 5.000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Yesus merasakan belas kasihan yang besar terhadap orang-orang itu. Bagi Yesus, orang-orang ini seperti domba-domba yang tidak memiliki gembala. Maka Ia mengajar mereka dan menyembuhkan orang-orang yang sakit di antara mereka.
Menjelang sore, para murid berkata kepada Yesus, “Hari sudah malam dan tidak ada kota di dekat sini. Suruhlah orang-orang pergi supaya mereka dapat mencari makanan.”
Tetapi Yesus berkata kepada para murid, “Berilah mereka makan!” Mereka menjawab, “Bagaimana kami dapat melakukannya? Kami hanya memiliki lima roti dan dua ikan kecil.”
Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk menyuruh orang-orang yang ada di dalam kerumunan itu untuk duduk di atas rumput dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 50 orang.
Kemudian Yesus mengambil lima roti dan dua ikan itu, menengadah ke langit, dan mengucap syukur kepada Allah atas makanan itu.
Kemudian Yesus memecah-mecahkan roti dan ikan itu menjadi beberapa bagian. Dia memberikan potongan-potongan itu kepada murid-murid-Nya untuk dibagikan kepada orang banyak. Murid-murid-Nya terus membagi-bagikan makanan itu, dan makanan itu tidak pernah habis! Semua orang makan dan merasa kenyang.
Setelah itu, para murid mengumpulkan makanan yang belum dimakan. Makanan itu cukup untuk mengisi 12 keranjang! Semua makanan itu berasal dari lima roti dan dua ikan.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 14:13-21; Markus 6:31-44; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:5-15
Setelah Yesus memberi makan orang banyak, Ia menyuruh murid-murid-Nya naik ke perahu. Dia menyuruh mereka berlayar ke seberang danau sementara dia tinggal di belakang untuk sementara waktu. Lalu murid-murid pergi, dan Yesus menyuruh orang banyak itu pulang ke rumah masing-masing. Setelah itu, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa. Ia berada di sana sendirian, dan Ia berdoa sampai larut malam.
Selama itu, para murid mendayung perahu mereka, tetapi angin bertiup kencang melawan mereka. Ketika hari sudah larut malam, mereka baru sampai di tengah danau.
Pada saat itu, Yesus selesai berdoa dan mulai kembali menemui murid-murid-Nya. Dia berjalan di atas air menuju perahu mereka.
Kemudian murid-murid melihat Dia. Mereka sangat takut karena mereka mengira Dia adalah hantu. Yesus tahu bahwa mereka takut, jadi Ia berseru kepada mereka dan berkata, “Jangan takut. Ini adalah Aku!”
Kemudian Petrus berkata kepada Yesus, “Guru, jika itu Engkau, perintahkanlah aku datang kepada-Mu di atas air.” Yesus berkata kepada Petrus, “Datanglah!”
Jadi, Petrus turun dari perahu dan mulai berjalan ke arah Yesus di permukaan air. Tetapi setelah berjalan beberapa langkah, ia memalingkan pandangannya dari Yesus dan mulai melihat ke arah ombak dan merasakan angin kencang.
Kemudian Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam ke dalam air. Ia berteriak, “Guru, selamatkanlah aku!” Seketika itu juga, Yesus mengulurkan tangan-Nya dan memegang Petrus. Kemudian Ia berkata kepada Petrus, “Imanmu begitu kecil! Mengapa engkau tidak percaya kepada-Ku untuk menjagamu?”
Kemudian Petrus dan Yesus naik ke dalam perahu, dan angin segera berhenti bertiup. Air menjadi tenang. Murid-murid-Nya sangat takjub dan sujud menyembah Yesus. Mereka menyembah Dia dan berkata kepada-Nya, “Sungguh, Engkau adalah Anak Allah.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 14:22-33; Markus 6:45-52; Yohanes 6:16-21
Yesus dan murid-murid-Nya pergi dengan perahu mereka ke daerah di mana orang-orang Gerasa tinggal. Mereka sampai di darat dan turun dari perahu.
Sekarang ada seorang pria di sana yang kerasukan setan.
Orang ini begitu kuat sehingga tidak ada yang bisa mengendalikannya. Kadang-kadang orang bahkan mengikat tangan dan kakinya dengan rantai, tetapi dia terus mematahkannya.
Pria itu tinggal di antara makam-makam di daerah tersebut. Pria ini akan berteriak-teriak sepanjang hari dan sepanjang malam. Dia tidak mengenakan pakaian, dan dia sering melukai dirinya sendiri dengan batu.
Orang ini berlari ke arah Yesus dan berlutut di depan-Nya. Kemudian Yesus berbicara kepada roh jahat yang merasukinya dan berkata, “Keluarlah dari orang ini!”
Iblis itu berteriak dengan suara nyaring, “Apa yang Engkau kehendaki dariku, Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Tolong jangan siksa aku!” Kemudian Yesus bertanya kepada setan itu, “Siapa namamu?” Ia menjawab, “Namaku Legion, karena kami banyak.”
Roh-roh jahat itu memohon kepada Yesus, “Tolong jangan usir kami dari daerah ini!” Di situ ada sekawanan babi yang sedang mencari makan di bukit di dekat situ. Jadi roh-roh jahat itu memohon kepada Yesus, “Tolong suruhlah kami masuk ke dalam babi-babi itu!” Yesus berkata, “Baiklah, masuklah ke dalam babi-babi itu!”
Maka keluarlah roh-roh jahat itu dari orang itu dan masuk ke dalam babi-babi itu. Babi-babi itu berlari menuruni tebing yang curam menuju danau dan tenggelam. Ada sekitar 2.000 ekor babi di dalam kawanan itu.
Ada beberapa orang yang merawat babi-babi itu. Ketika mereka melihat apa yang terjadi, mereka berlari ke kota. Di sana mereka menceritakan kepada semua orang tentang apa yang telah dilakukan Yesus. Orang-orang dari kota itu datang dan melihat orang yang tadinya kerasukan setan itu. Ia duduk dengan tenang, mengenakan pakaian, dan bertingkah laku seperti orang normal.
Orang-orang sangat ketakutan dan meminta Yesus untuk pergi. Maka Yesus naik ke dalam perahu. Orang yang tadinya kerasukan setan memohon untuk ikut dengan Yesus.
Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Tidak, Aku mau engkau pulang dan ceritakanlah kepada semua orang apa yang telah diperbuat Allah bagimu. Ceritakanlah kepada mereka bagaimana Ia telah mengasihani engkau.”
Maka pergilah orang itu dan menceritakan kepada semua orang tentang apa yang telah diperbuat Yesus baginya. Semua orang yang mendengar ceritanya sangat takjub.
Yesus kembali ke seberang danau. Sesampainya di sana, orang banyak mengerumuni Dia dan berdesak-desakan. Di antara orang banyak itu ada seorang perempuan yang menderita pendarahan selama 12 tahun. Ia telah membayar semua uangnya kepada dokter-dokter agar mereka dapat menyembuhkannya, tetapi pendarahannya semakin menjadi-jadi.
Perempuan itu telah mendengar bahwa Yesus telah menyembuhkan banyak orang sakit dan berpikir, ‘Saya yakin kalau saya bisa menyentuh jubah Yesus, maka saya juga akan sembuh!’ Maka ia mendekati Yesus dan menjamah jubah-Nya. Begitu ia menyentuhnya, pendarahannya berhenti!
Seketika itu juga, Yesus menyadari bahwa kuasa-Nya telah keluar dari diri-Nya. Lalu Ia berbalik dan bertanya, “Siapa yang menjamah Aku?” Murid-murid-Nya menjawab, “Ada banyak orang yang mengerumuni Engkau dan menabrak Engkau. Mengapa Engkau bertanya, ‘Siapa yang menjamah Aku?’”
Perempuan itu berlutut di hadapan Yesus, gemetar dan sangat ketakutan. Kemudian ia menceritakan apa yang telah dilakukannya dan bahwa ia telah disembuhkan. Yesus berkata kepadanya, “Imanmu telah menyembuhkan engkau. Pergilah dengan damai.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 8:28-34; 9:20-22; Markus 5; Lukas 8:26-48
Suatu hari, Yesus sedang berada di tepi danau. Ia sedang mengajar orang banyak yang sangat besar jumlahnya. Begitu banyak orang yang datang untuk mendengarkan Dia sehingga Yesus tidak memiliki cukup tempat untuk berbicara kepada mereka semua. Jadi, Ia naik ke sebuah perahu di dalam air. Di sana Ia duduk dan mengajar orang banyak.
Yesus menceritakan kisah ini. “Seorang petani pergi untuk menanam benih. Ketika ia menabur benih itu dengan tangan, sebagian benih itu jatuh di jalan. Tetapi burung-burung datang dan memakan semua benih itu.”
“Benih yang lain jatuh di tanah berbatu, yang hanya memiliki sedikit tanah. Benih di tanah berbatu bertunas dengan cepat, tetapi akarnya tidak bisa masuk jauh ke dalam tanah. Ketika matahari terbit dan menjadi panas, tanaman itu menjadi layu dan mati.”
“Benih yang lain lagi jatuh di antara semak-semak duri. Benih itu mulai tumbuh, tetapi duri-duri itu menghimpitnya. Jadi, tanaman yang tumbuh dari benih yang jatuh di tanah berduri itu tidak menghasilkan biji-bijian apa pun.”
“Benih lain jatuh ke tanah yang baik. Benih itu tumbuh dan menghasilkan 30, 60, atau bahkan 100 kali lebih banyak dari benih yang ditanam. Barangsiapa ingin mengikut Allah, hendaklah ia memperhatikan apa yang Kukatakan ini!”
Kisah ini membingungkan para murid. Maka Yesus menjelaskan, “Benih adalah firman Allah. Jalannya adalah orang yang mendengar firman Allah tetapi tidak memahaminya. Kemudian iblis mengambil firman itu darinya. Artinya, iblis menghalangi dia untuk memahaminya.”
“Tanah yang berbatu-batu adalah orang yang mendengar firman Allah dan menerimanya dengan sukacita. Tetapi ketika ia menderita kesusahan, atau ketika orang lain membuatnya menderita, ia jatuh dari Allah. Artinya, ia berhenti percaya kepada Allah.”
“Tanah yang berduri adalah orang yang mendengar firman Allah. Tetapi dia mulai mengkhawatirkan banyak hal, dan dia mencoba menghasilkan banyak uang, dan dia mencoba mendapatkan banyak hal. Setelah beberapa waktu, dia tidak dapat mengasihi Allah lagi. Jadi, apa yang ia pelajari dari firman Allah tidak membuatnya mampu menyenangkan hati Allah. Ia seperti batang gandum yang tidak menghasilkan biji-bijian.”
“Tetapi benih yang jatuh di tanah yang baik adalah orang yang mendengar firman Allah, percaya dan menghasilkan buah.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 13:1-23; Markus 4:1-20; Lukas 8:4-15
Yesus menceritakan banyak kisah lain tentang kerajaan Allah. Sebagai contoh, Ia berkata, “Kerajaan Allah seumpama biji sesawi yang ditaburkan seseorang di ladangnya. Kamu tahu bahwa biji sesawi itu adalah biji yang paling kecil di antara semuanya.”
“Tetapi ketika biji sesawi tumbuh, ia menjadi yang terbesar di antara semua tanaman di taman, cukup besar sehingga burung-burung pun datang dan hinggap di dahan-dahannya.”
Dalam kisah yang lain, Yesus berkata, “Kerajaan Allah seumpama ragi yang dicampurkan oleh seorang wanita ke dalam adonan roti sampai mengembang dan menyebar ke seluruh adonan.”
“Kerajaan Allah itu seumpama harta yang disembunyikan seseorang di ladang. Orang lain menemukan harta itu dan sangat menginginkannya. Maka ia menguburkannya lagi. Ia sangat gembira sehingga ia pergi dan menjual semua yang dimilikinya agar dapat membeli ladang tempat harta itu berada.”
“Kerajaan Allah juga seumpama mutiara yang sangat berharga. Ketika seorang pedagang mutiara menemukannya, ia menjual semua yang dimilikinya untuk membeli mutiara itu.”
Beberapa orang berpikir bahwa Allah akan menerima mereka karena mereka melakukan hal-hal yang baik. Orang-orang ini memandang rendah orang lain yang tidak melakukan hal-hal baik itu. Maka Yesus menceritakan kisah ini kepada mereka: “Ada dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Salah seorang dari mereka adalah pemungut cukai, dan yang lain adalah pemimpin agama.”
“Pemuka agama itu berdoa seperti ini, ‘Terima kasih, Allah, karena saya tidak berdosa seperti orang lain-seperti perampok, orang yang tidak adil, pezina, atau bahkan seperti pemungut cukai di sana.’”
“‘Misalnya, saya berpuasa dua kali setiap minggu dan saya memberikan sepuluh persen dari semua uang dan barang yang saya terima.’”
“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh dari pemimpin agama itu. Ia bahkan tidak menengadah ke langit. Sebaliknya, ia memukul-mukul dadanya dengan tinjunya dan berdoa, ‘Allah, kasihanilah saya karena saya adalah orang berdosa.’”
Lalu Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Allah telah mendengar doa pemungut cukai itu dan menyatakannya sebagai orang benar, bukan sebagai pemimpin agama. Allah akan menghinakan setiap orang yang sombong, tetapi Ia akan meninggikan orang yang merendahkan diri.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 13:31-46; Markus 4:26-34; Lukas 13:18-21;18:9-14
Suatu hari, Yesus sedang mengajar banyak orang yang berkumpul untuk mendengarkan-Nya. Orang-orang ini adalah para pemungut cukai dan juga orang-orang lain yang tidak berusaha menaati Hukum Taurat Musa.
Beberapa pemimpin agama melihat Yesus berbicara dengan orang-orang ini sebagai teman. Jadi mereka mulai mengatakan kepada satu sama lain bahwa Ia melakukan kesalahan. Yesus mendengar pembicaraan mereka, lalu Ia menceritakan kisah ini kepada mereka.
“Ada seorang laki-laki yang mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak yang bungsu berkata kepada ayahnya, 'Bapa, aku ingin warisanku sekarang! Maka ayah itu membagi-bagikan hartanya kepada kedua anaknya.”
“Segera anak yang bungsu mengumpulkan semua yang dimilikinya dan pergi jauh-jauh serta menghambur-hamburkan uangnya dalam kehidupan yang berdosa.”
"Setelah itu, kelaparan hebat terjadi di tanah tempat anak bungsu itu berada, dan dia tidak punya uang untuk membeli makanan. Jadi ia mengambil satu-satunya pekerjaan yang dapat ia temukan, yaitu memberi makan babi. Ia sangat menderita dan lapar sehingga ia ingin memakan makanan babi-babi itu.”
“Akhirnya, anak bungsu itu berkata dalam hati, ‘Apa yang harus kulakukan? Semua hamba ayahku memiliki banyak makanan, namun aku di sini kelaparan. Saya akan kembali kepada ayah saya dan meminta untuk menjadi salah satu pelayannya.’”
“Maka berangkatlah anak bungsu itu kembali ke rumah ayahnya. Ketika ia masih jauh, ayahnya melihatnya dan merasa iba kepadanya. Ia berlari ke arah anaknya dan memeluk dan menciumnya.”
Anak itu berkata, 'Bapa, aku telah berdosa kepada Allah dan kepada-Mu. Aku tidak layak menjadi anakmu.’”
“Tetapi ayahnya berkata kepada salah seorang hambanya, 'Pergilah dengan cepat dan bawalah pakaian yang terbaik dan kenakanlah itu kepada anakku. Kenakanlah cincin pada jarinya dan kenakanlah sandal pada kakinya. Kemudian sembelihlah anak lembu yang terbaik supaya kita dapat mengadakan pesta dan merayakannya, karena anakku telah mati, tetapi sekarang dia hidup kembali! Dia telah hilang, tetapi sekarang kita telah menemukannya!’”
“Maka orang-orang mulai merayakannya. Tidak lama kemudian, anak laki-laki yang lebih tua pulang dari bekerja di ladang. Dia mendengar musik dan tarian dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.”
“Ketika anak yang lebih tua mengetahui bahwa mereka sedang merayakannya karena kakaknya pulang, ia sangat marah dan tidak mau masuk ke dalam rumah. Ayahnya keluar dan memintanya untuk ikut merayakannya, tetapi ia menolak.”
“Anak yang sulung itu berkata kepada ayahnya, 'Selama ini aku telah bekerja dengan setia untukmu! Aku tidak pernah mendurhakaimu, dan engkau tidak memberikan kepadaku bahkan seekor kambing kecil pun supaya aku dapat merayakannya bersama teman-temanku. Tetapi anakmu ini telah menghambur-hamburkan uangmu dengan melakukan hal-hal yang berdosa. Ketika ia pulang, engkau menyembelih anak kambing yang terbaik untuk merayakannya!’”
“Sang ayah menjawab, ‘Anakku, engkau selalu bersamaku, dan semua yang kumiliki adalah milikmu. Tetapi adalah benar bagi kita untuk merayakannya karena saudaramu telah mati, tetapi sekarang hidup kembali. Ia telah hilang, tetapi sekarang kita telah menemukannya!’”
Sebuah cerita Alkitab dari: Lukas 15
Suatu hari, Yesus mengajak tiga murid-Nya, Petrus, Yakobus dan Yohanes. (Murid yang bernama Yohanes bukanlah orang yang sama dengan yang membaptis Yesus). Mereka pergi ke sebuah gunung yang tinggi untuk berdoa.
Ketika Yesus sedang berdoa, wajah-Nya menjadi terang seperti matahari. Pakaian-Nya menjadi seputih cahaya, lebih putih daripada yang dapat dibuat oleh siapa pun di bumi.
Kemudian Musa dan Nabi Elia muncul. Mereka telah hidup di bumi ratusan tahun sebelum ini. Mereka berbicara dengan Yesus tentang kematian-Nya karena Ia akan segera mati di Yerusalem.
Ketika Musa dan Elia berbicara dengan Yesus, Petrus berkata kepada Yesus, “Baik sekali kita berada di sini. Marilah kita membuat tiga tempat berlindung, satu untuk-Mu, satu untuk Musa, dan satu lagi untuk Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya.
Ketika Petrus sedang berbicara, sebuah awan terang turun dan mengelilingi mereka. Lalu mereka mendengar suara yang datang dari awan itu. Suara itu berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Aku berkenan kepada-Nya. Dengarkanlah Dia.” Ketiga murid itu sangat ketakutan dan jatuh tersungkur ke tanah.
Lalu Yesus menyentuh mereka dan berkata, “Jangan takut. Bangunlah.” Ketika mereka melihat sekeliling, satu-satunya yang masih ada di sana adalah Yesus.
Lalu Yesus dan ketiga murid itu turun dari gunung itu. Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Jangan katakan kepada siapapun tentang apa yang terjadi di sini. Aku akan segera mati dan kemudian hidup kembali. Sesudah itu, barulah kamu boleh menceritakannya kepada orang lain.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 17:1-9; Markus 9:2-8; Lukas 9:28-36
Ada seorang bernama Lazarus. Ia mempunyai dua saudara perempuan bernama Maria dan Marta. Mereka semua adalah sahabat dekat Yesus. Suatu hari seseorang mengatakan kepada Yesus bahwa Lazarus sedang sakit keras. Ketika Yesus mendengar hal ini, Ia berkata, “Penyakit ini tidak akan berakhir dengan kematian Lazarus. Sebaliknya, penyakit ini akan membuat orang menghormati Allah.”
Yesus mengasihi sahabat-sahabatNya, tetapi Ia menunggu di tempat itu selama dua hari. Setelah dua hari, Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Marilah kita kembali ke Yudea.” “Tetapi Guru,” jawab murid-murid-Nya, ”beberapa waktu yang lalu orang-orang di sana ingin membunuh Engkau!” Yesus berkata, “Teman kita Lazarus telah tertidur dan Aku harus membangunkannya.”
Murid-murid Yesus menjawab, “Guru, jika Lazarus tidur, ia akan sembuh.” Kemudian Yesus berkata dengan jelas kepada mereka, “Lazarus sudah mati. Aku senang bahwa Aku tidak ada di sana, supaya kamu percaya kepada-Ku.”
Ketika Yesus tiba di kampung halaman Lazarus, Lazarus sudah meninggal selama empat hari. Marta pergi menemui Yesus dan berkata, “Guru, kalau saja Engkau ada di sini, saudaraku tidak akan mati. Tetapi aku percaya bahwa Allah akan memberikan apa saja yang Engkau minta kepada-Nya.”
Yesus menjawab, “Akulah Kebangkitan dan Hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah mati. Percayakah engkau akan hal ini?” Marta menjawab, “Ya, Guru! Aku percaya bahwa Engkau adalah Mesias, Anak Allah.”
Kemudian Maria tiba. Ia tersungkur di depan kaki Yesus dan berkata, “Guru, sekiranya Engkau ada disini, saudaraku tidak akan mati.” Yesus bertanya kepada mereka, “Di mana kamu meletakkan Lazarus?” Mereka menjawab, “Di dalam kubur. Datanglah dan lihatlah.” Kemudian Yesus menangis.
Kubur itu adalah sebuah gua dengan sebuah batu yang digulingkan di depan pintu kubur. Ketika Yesus tiba di kubur itu, Ia berkata kepada mereka, “Gulingkanlah batu itu.” Tetapi Marta berkata, “Ia sudah empat hari mati. Akan ada bau busuk.”
Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa kamu akan melihat kuasa Allah, jikalau kamu percaya kepada-Ku?” Lalu mereka menggulingkan batu itu.
Kemudian Yesus menengadah ke langit dan berkata, “Bapa, terima kasih karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi Aku mengatakan hal ini untuk menolong semua orang yang berdiri di sini, supaya mereka percaya bahwa Engkau telah mengutus Aku.” Kemudian Yesus berseru, “Lazarus, keluarlah!”
Maka keluarlah Lazarus! Ia masih dibungkus dengan kain kafan. Yesus berkata kepada mereka, “Tolonglah dia menanggalkan kain kafan itu dan lepaskanlah dia!” Banyak orang Yahudi yang percaya kepada Yesus karena mukjizat ini.
Tetapi para pemimpin agama Yahudi iri hati kepada Yesus, sehingga mereka berkumpul untuk merencanakan bagaimana mereka dapat membunuh Yesus dan Lazarus.
Sebuah cerita Alkitab dari: Yohanes 11:1-46
Setiap tahun, orang Yahudi merayakan Paskah. Ini adalah perayaan untuk mengenang bagaimana Allah telah menyelamatkan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir berabad-abad sebelumnya. Sekitar tiga tahun setelah Yesus pertama kali berkhotbah dan mengajar di depan umum, Yesus memberi tahu murid-muridnya bahwa ia ingin merayakan Paskah bersama mereka di Yerusalem dan ia akan dibunuh di sana.
Salah satu murid Yesus adalah seorang pria bernama Yudas. Yudas bertanggung jawab atas kantong uang para rasul, tetapi dia sering mencuri uang dari kantong tersebut. Setelah Yesus dan para murid tiba di Yerusalem, Yudas pergi kepada para pemimpin Yahudi. Dia menawarkan diri untuk mengkhianati Yesus dengan cara mengidentifikasi Yesus kepada pihak berwenang dengan imbalan uang. Yudas tahu bahwa para pemimpin Yahudi tidak menerima Yesus sebagai Mesias. Dia tahu bahwa mereka ingin membunuhnya.
Para pemimpin Yahudi, yang dipimpin oleh imam besar, membayar Yudas 30 keping uang perak untuk mengkhianati Yesus dengan menyerahkan-Nya kepada mereka. Hal ini terjadi seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Yudas setuju, mengambil uang itu, dan pergi. Dia mulai mencari kesempatan untuk membantu mereka menangkap Yesus.
Di Yerusalem, Yesus merayakan Paskah bersama para murid-Nya. Saat makan Paskah, Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkannya. Dia berkata, “Ambillah dan makanlah ini. Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu. Perbuatlah ini untuk mengingat Aku.” Dengan cara ini, Yesus mengatakan bahwa Ia akan mati bagi mereka dan Ia akan mengorbankan tubuh-Nya bagi mereka.
Kemudian Yesus mengambil cawan berisi anggur dan berkata, “Minumlah ini. Ini adalah darah-Ku, darah Perjanjian Baru, yang akan Kucurahkan supaya Allah mengampuni dosa-dosamu. Lakukanlah apa yang Aku lakukan sekarang, untuk mengingat Aku setiap kali kamu meminumnya.”
Kemudian Yesus berkata kepada para murid, “Salah seorang dari antara kamu akan mengkhianati Aku.” Murid-murid terkejut dan bertanya siapa yang akan melakukan hal itu. Yesus berkata, “Orang yang Kuberikan sepotong roti ini adalah pengkhianat itu.” Kemudian Ia memberikan roti itu kepada Yudas.
Setelah Yudas mengambil roti itu, Iblis merasuk ke dalam dirinya. Yudas pergi dan membantu para pemimpin Yahudi untuk menangkap Yesus. Saat itu malam hari.
Setelah makan, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan ke Bukit Zaitun. Yesus berkata, “Kamu semua akan meninggalkan Aku malam ini. Ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan semua domba akan tercerai-berai.’”
Petrus menjawab, “Sekalipun yang lain meninggalkan engkau, aku tidak akan meninggalkan engkau!” Kemudian Yesus berkata kepada Petrus, “Iblis ingin menguasai kamu semua, tetapi Aku telah berdoa untukmu, Petrus, supaya imanmu tidak goyah. Meskipun demikian, malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal tiga kali bahwa engkau mengenal Aku.”
Peter Petrus kemudian berkata kepada Yesus, “Sekalipun aku harus mati, aku tidak akan pernah menyangkal Engkau!” Semua murid yang lain juga mengatakan hal yang sama.
Kemudian Yesus pergi bersama murid-murid-Nya ke sebuah tempat bernama Getsemani. Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk berdoa agar mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan. Kemudian Yesus pergi berdoa seorang diri.
Yesus berdoa tiga kali, “Bapa-Ku, jika mungkin, janganlah Engkau membuat Aku minum cawan penderitaan ini. Tetapi jika tidak ada cara lain agar dosa-dosa manusia diampuni, jadilah kehendak-Mu.” Yesus sangat gelisah dan keringatnya seperti tetesan darah. Allah mengutus seorang malaikat untuk menguatkan Dia.
Setiap kali selesai berdoa, Yesus kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi mereka sedang tidur. Ketika ia kembali untuk ketiga kalinya, Yesus berkata, “Bangunlah! Pengkhianat-Ku ada di sini.”
Yudas datang bersama dengan para pemimpin Yahudi, tentara, dan orang banyak. Mereka membawa pedang dan pentungan. Yudas mendatangi Yesus dan berkata, “Salam, Guru,” lalu mencium-Nya. Ia melakukan hal ini untuk menunjukkan kepada para pemimpin Yahudi bahwa ia adalah orang yang akan ditangkap. Kemudian Yesus berkata “Yudas, apakah engkau mengkhianati Aku dengan ciuman ini?”
Ketika para prajurit menangkap Yesus, Petrus menghunus pedangnya dan memotong telinga seorang hamba Imam Besar. Tetapi Yesus berkata, “Jauhkan pedang itu! Aku dapat meminta bala tentara malaikat untuk membela Aku, tetapi Aku harus taat kepada Bapa-Ku.” Yesus menyembuhkan telinga orang itu. Kemudian semua murid melarikan diri.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 26:14-56; Markus14:10-50; Lukas 22:1-53; Yohanes 18:1-11
Saat itu tengah malam. Para prajurit membawa Yesus ke rumah imam besar karena ia ingin menanyai Yesus. Petrus mengikuti jauh di belakang mereka. Ketika para prajurit membawa Yesus masuk ke dalam rumah, Petrus tetap berada di luar dan menghangatkan diri di dekat api.
Di dalam rumah, para pemimpin Yahudi mengadili Yesus. Mereka membawa banyak saksi palsu yang berbohong tentang Dia. Namun, pernyataan mereka tidak cocok satu sama lain, sehingga para pemimpin Yahudi tidak dapat membuktikan bahwa Dia bersalah atas apa pun. Yesus tidak mengatakan apa-apa.
Akhirnya, imam besar menatap Yesus secara langsung dan berkata, “Katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah yang hidup?”
Yesus berkata, “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Aku duduk di sebelah kanan Allah dan Aku datang dari sorga.” Imam Besar mengoyakkan jubahnya karena ia sangat marah mendengar perkataan Yesus. Ia berteriak kepada para pemimpin yang lain, “Kita tidak memerlukan saksi lagi untuk mengatakan kepada kita apa yang telah dilakukan oleh orang ini! Kamu sendiri telah mendengar Dia mengatakan bahwa Dia adalah Anak Allah. Apa keputusanmu tentang Dia?”
Para pemimpin Yahudi menjawab Imam Besar, “Dia layak mati!” Kemudian mereka menutup mata Yesus, meludahi Dia, memukul-Nya, dan mengejek-Nya.
Adapun Petrus, ia sedang menunggu di luar rumah. Seorang hamba perempuan melihatnya. Ia berkata kepadanya, “Engkau juga ada bersama Yesus!” Petrus menyangkalnya. Kemudian, seorang gadis lain mengatakan hal yang sama, dan Petrus menyangkalnya lagi. Akhirnya, beberapa orang berkata, “Kami tahu bahwa engkau bersama Yesus karena engkau berdua berasal dari Galilea.”
Kemudian Petrus berkata, “Semoga Tuhan mengutuk aku jika aku mengenal orang ini!” Segera setelah Petrus bersumpah seperti itu, seekor ayam jantan berkokok. Yesus menoleh dan memandang Petrus.
Petrus pergi dan menangis dengan sedih. Pada saat yang sama, Yudas, orang yang telah mengkhianati Yesus, melihat bahwa para pemimpin Yahudi telah menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Yudas menjadi sangat sedih dan pergi lalu bunuh diri.
Saat itu Pilatus adalah gubernur Yudea. Dia bekerja untuk Roma. Para pemimpin Yahudi membawa Yesus kepadanya. Mereka ingin Pilatus menghukum Yesus dan membunuh-Nya. Pilatus bertanya kepada Yesus, “Apakah Engkau raja orang Yahudi?”
Yesus menjawab, “Engkau telah mengatakan yang benar. Tetapi kerajaan-Ku tidak ada di bumi ini. Jika ada, hamba-hamba-Ku akan berperang untuk-Ku. Aku datang ke bumi untuk mengatakan kebenaran tentang Allah. Setiap orang yang mengasihi kebenaran akan mendengarkan Aku.” Pilatus bertanya, “Apakah kebenaran itu?”
Setelah berbicara dengan Yesus, Pilatus pergi ke kerumunan orang banyak dan berkata, “Aku tidak dapat menemukan alasan apa pun bahwa orang ini layak untuk dihukum mati.” Tetapi para pemimpin Yahudi dan orang banyak berteriak, “Salibkan Dia!” Pilatus menjawab, “Dia tidak melakukan kesalahan apa pun.” Tetapi mereka berteriak lebih keras lagi. Kemudian Pilatus berkata untuk ketiga kalinya, “Dia tidak bersalah!”
Pilatus menjadi takut kerumunan orang banyak akan mulai membuat kerusuhan, jadi dia setuju untuk menyuruh prajuritnya menyalibkan Yesus. Tentara Romawi mencambuk Yesus dan memakaikan jubah kerajaan dan mahkota yang terbuat dari duri kepada-Nya. Kemudian mereka mengejek-Nya dengan berkata, “Lihatlah, Raja orang Yahudi!”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 26:57-27:26; Markus 14:53-15:15; Lukas 22:54-23:25; Yohanes 18:12-19:16
Setelah para prajurit mengejek Yesus, mereka membawa-Nya pergi untuk menyalibkan-Nya. Mereka menyuruhnya memikul salib yang akan menjadi tempat kematiannya.
Para prajurit membawa Yesus ke tempat yang disebut ‘Tengkorak’ dan memakukan tangan dan kaki-Nya ke kayu salib. Tetapi Yesus berkata, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Mereka juga memasang sebuah tanda pada salib di atas kepala-Nya. Di situ tertulis, “Raja orang Yahudi.” Inilah yang diperintahkan Pilatus kepada mereka untuk dituliskan.
Kemudian para prajurit berjudi untuk mendapatkan pakaian Yesus. Ketika mereka melakukan hal itu, mereka menggenapi nubuat yang berbunyi, “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan berjudi untuk mendapatkan pakaian-Ku.”
Ada juga dua orang perampok yang disalibkan oleh para prajurit pada saat yang sama, dan menempatkan mereka di kedua sisi Yesus. Salah satu dari perampok itu mengejek Yesus, tetapi perampok yang lain berkata kepada-Nya, “Tidakkah Engkau takut bahwa Allah akan menghukum Engkau? Kami bersalah karena melakukan banyak hal yang jahat, tetapi orang ini tidak bersalah.” Lalu ia berkata kepada Yesus, “Ingatlah aku apabila Engkau menjadi raja di dalam kerajaan-Mu.” Yesus menjawab dia, “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Para pemimpin Yahudi dan orang-orang lain di antara orang banyak mengejek Yesus. Mereka berkata kepada-Nya, “Jika Engkau Anak Allah, turunlah dari kayu salib dan selamatkanlah diri-Mu sendiri! Maka kami akan percaya kepada-Mu.”
Kemudian, langit di seluruh wilayah itu menjadi gelap gulita, meskipun saat itu tengah hari. Langit menjadi gelap pada tengah hari dan tetap gelap selama tiga jam.
Kemudian Yesus berseru, “Sudah selesai! Bapa, Aku menyerahkan roh-Ku ke dalam tangan-Mu.” Kemudian Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan roh-Nya. Ketika Ia meninggal, terjadilah gempa bumi. Di dalam Bait Allah, tirai besar yang memisahkan orang-orang dari hadirat Allah terbelah menjadi dua dari atas ke bawah.
Melalui kematian-Nya, Yesus membuka jalan bagi manusia untuk datang kepada Allah. Ketika seorang prajurit yang menjaga Yesus melihat semua yang telah terjadi, Ia berkata, “Tentu saja, orang ini tidak bersalah. Dia adalah Anak Allah.”
Kemudian dua orang pemimpin Yahudi, Yusuf dan Nikodemus, datang dan meminta jenazah Yesus kepada Pilatus. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Mereka membungkus mayatnya dengan kain, membawanya ke sebuah kubur yang terbuat dari batu, dan meletakkannya di dalamnya. Kemudian mereka menggulingkan sebuah batu besar di depan kubur itu untuk menutup lubangnya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 27:27-61; Markus 15:16-47; Lukas 23:26-56; Yohanes 19:17-42
Setelah para prajurit menyalibkan Yesus, para pemimpin Yahudi berkata kepada Pilatus, “Pendusta itu, Yesus, mengatakan bahwa dia akan bangkit dari kematian setelah tiga hari. Seseorang harus menjaga kuburnya untuk memastikan bahwa murid-muridnya tidak mencuri mayatnya. Jika mereka melakukannya, mereka akan mengatakan bahwa Dia telah bangkit dari kematian.”
Pilatus berkata, “Ambillah beberapa prajurit dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya.” Lalu mereka memasang meterai pada batu di pintu masuk kubur. Mereka juga menempatkan prajurit di sana untuk memastikan tidak ada yang bisa mencuri mayat itu.
Hari setelah Yesus mati adalah hari Sabat. Tidak ada seorang pun yang boleh bekerja pada hari Sabat, sehingga tidak ada sahabat-sahabat Yesus yang pergi ke kuburnya. Tetapi pada hari berikutnya setelah hari Sabat, pagi-pagi sekali, beberapa wanita bersiap-siap untuk pergi ke kubur Yesus. Mereka ingin membubuhkan rempah-rempah ke tubuh Yesus.
Sebelum para wanita itu tiba, terjadi gempa bumi yang dahsyat di makam itu. Seorang malaikat datang dari surga. Dia menggulingkan batu yang menutupi pintu masuk kubur dan duduk di atasnya. Malaikat ini bersinar terang seperti kilat. Para prajurit yang ada di kubur itu melihatnya. Mereka sangat ketakutan dan jatuh tersungkur ke tanah seperti orang mati.
Ketika para perempuan itu tiba di kubur, malaikat itu berkata kepada mereka, “Jangan takut. Yesus tidak ada di sini. Ia telah bangkit dari kematian, seperti yang telah Ia katakan! Lihatlah ke dalam kubur dan lihatlah.” Para perempuan itu melihat ke dalam kubur dan melihat di mana tubuh Yesus dibaringkan. Tubuh-Nya tidak ada di sana!
Kemudian malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu, “Pergilah dan katakanlah kepada murid-murid-Nya, Yesus telah bangkit dari antara orang mati dan Ia akan mendahului kamu ke Galilea.’”
Perempuan-perempuan itu sangat kagum dan sangat bersukacita. Mereka berlari untuk memberitahukan kabar baik itu kepada para murid.
Ketika para perempuan sedang dalam perjalanan untuk menyampaikan kabar baik itu kepada para murid, Yesus menampakkan diri kepada mereka. Mereka tersungkur di depan kaki-Nya. Kemudian Yesus berkata, “Jangan takut. Pergilah dan beritahukanlah kepada murid-murid-Ku untuk pergi ke Galilea. Mereka akan melihat Aku di sana.”
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 27:62-28:15; Markus 16:1-11; Lukas 24:1-12; Yohanes 20:1-18
Pada hari ketika Allah membangkitkan Yesus dari kematian, dua murid-Nya pergi ke kota terdekat. Sambil berjalan, mereka berbicara tentang apa yang telah terjadi pada Yesus. Mereka berharap bahwa Dia adalah Mesias, tetapi Dia dibunuh. Sekarang para wanita itu mengatakan bahwa Dia hidup kembali. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka percayai.
Yesus mendekati mereka dan mulai berjalan bersama mereka, tetapi mereka tidak mengenali-Nya. Dia bertanya apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka menceritakan kepada-Nya tentang semua hal yang telah terjadi pada Yesus selama beberapa hari sebelumnya. Mereka mengira bahwa mereka sedang berbicara dengan orang asing yang tidak tahu apa yang telah terjadi di Yerusalem.
Kemudian Yesus menjelaskan kepada mereka apa yang dikatakan oleh firman Allah tentang Mesias. Dahulu kala, para nabi mengatakan bahwa orang-orang jahat akan membuat Mesias menderita dan mati. Tetapi para nabi juga mengatakan bahwa Dia akan bangkit kembali pada hari ketiga.
Ketika mereka tiba di kota tempat kedua orang itu tinggal, hari sudah hampir malam. Mereka mengundang Yesus untuk tinggal bersama mereka, dan Ia pun masuk ke dalam sebuah rumah. Mereka duduk untuk makan malam. Yesus mengambil sepotong roti, mengucap syukur kepada Allah, lalu memecah-mecahkannya. Tiba-tiba, mereka menyadari bahwa Dia adalah Yesus. Tetapi pada saat itu juga, Ia menghilang dari pandangan mereka.
Kedua orang itu berkata satu sama lain, “Itu adalah Yesus! Itulah sebabnya kami sangat senang ketika Ia menjelaskan firman Allah kepada kami!” Segera mereka pergi dan kembali ke Yerusalem. Ketika mereka tiba, mereka memberitahukan kepada murid-murid, “Yesus hidup! Kami telah melihat Dia!”
Ketika para murid sedang berbicara, Yesus tiba-tiba muncul di ruangan itu bersama mereka. Dia berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Murid-murid mengira Dia adalah hantu, tetapi Yesus berkata, “Mengapa kamu takut? Mengapa kamu tidak berpikir bahwa itu benar-benar Aku, Yesus? Lihatlah tangan dan kaki-Ku. Hantu tidak memiliki tubuh seperti Aku.” Untuk menunjukkan bahwa Ia bukan hantu, Ia meminta makanan. Mereka memberinya sepotong ikan, dan Ia memakannya.
Yesus berkata, “Segala sesuatu tentang Aku yang dikatakan oleh firman Allah akan terjadi, Aku telah mengatakannya kepadamu bahwa itu pasti terjadi.” Kemudian Yesus membuat mereka memahami firman Allah dengan lebih baik. Ia berkata, “Dahulu kala, para nabi telah menulis bahwa Aku, Mesias, akan menderita, mati, dan kemudian bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga.”
“Para nabi juga menulis bahwa murid-murid-Ku akan memberitakan pesan Allah. Mereka akan memberitahu semua orang untuk bertobat. Jika mereka bertobat, Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka. Murid-murid-Ku akan memberitakan pesan ini mulai dari Yerusalem. Kemudian mereka akan pergi ke semua kelompok orang di mana-mana. Kamu adalah saksi-saksi dari segala sesuatu yang telah Kukatakan dan Kulakukan, dan segala sesuatu yang telah terjadi atas diri-Ku.”
Selama 40 hari berikutnya, Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya berkali-kali. Suatu kali, Dia bahkan menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang pada saat yang bersamaan! Dengan berbagai cara, Ia membuktikan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia masih hidup dan mengajar mereka tentang Kerajaan Allah.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Allah telah memberikan kepada-Ku hak untuk memerintah semua orang yang ada di surga dan di bumi. Karena itu, Aku berkata kepadamu: pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Untuk melakukan hal ini, kamu harus membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kamu juga harus mengajar mereka untuk melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ingatlah, Aku akan selalu menyertai kamu.”
Empat puluh hari setelah Yesus bangkit dari kematian, Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Tinggallah di Yerusalem sampai Bapa-Ku memberikan kepadamu kuasa. Ia akan melakukannya dengan mengutus Roh Kudus ke atas kamu.” Kemudian Yesus naik ke surga, dan awan menutupi-Nya dari pandangan mereka. Yesus duduk di surga di sebelah kanan Allah untuk memerintah segala sesuatu.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 28:16-20; Markus 16:12-20; Lukas 24:13-53; Yohanes 20:19-23; Kisah Para Rasul 1:1-11
Setelah Yesus kembali ke surga, para murid tetap tinggal di Yerusalem seperti yang diperintahkan oleh Yesus kepada mereka. Orang-orang percaya di sana senantiasa berkumpul bersama untuk berdoa.
Setiap tahun, lima puluh hari setelah Paskah, orang-orang Yahudi merayakan hari penting yang disebut Pentakosta. Pentakosta adalah waktu di mana orang Yahudi merayakan panen gandum. Orang-orang Yahudi datang dari seluruh dunia ke Yerusalem untuk merayakan Pentakosta bersama-sama. Tahun ini, Pentakosta jatuh sekitar seminggu setelah Yesus kembali ke surga.
Ketika orang-orang percaya sedang berkumpul, tiba-tiba rumah tempat mereka berkumpul dipenuhi dengan suara seperti angin kencang. Kemudian sesuatu yang tampak seperti nyala api muncul di atas kepala semua orang percaya. Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus, dan mereka memuji Allah dalam bahasa-bahasa lain. Mereka tidak mengetahui bahasa-bahasa itu, tetapi bahasa-bahasa itulah yang dimampukan oleh Roh Kudus untuk mereka ucapkan.
Ketika orang-orang di Yerusalem mendengar suara itu, mereka berkumpul untuk melihat apa yang sedang terjadi. Mereka mendengar orang-orang percaya memberitakan perkara-perkara besar yang telah Allah lakukan. Mereka takjub karena mereka dapat mengerti meskipun mereka berasal dari berbagai negara dan berbicara dalam berbagai bahasa. Murid-murid itu berasal dari Israel dan berbicara dalam bahasa Aram, Ibrani, atau Yunani, tetapi orang banyak itu mendengar apa yang telah Allah lakukan dalam bahasa ibu mereka sendiri.
Beberapa orang di antara mereka berkata bahwa murid-murid itu sedang mabuk. Tetapi Petrus berdiri dan berkata kepada mereka, “Dengarkanlah aku! Orang-orang ini tidak mabuk! Sebaliknya, apa yang kamu lihat ini adalah apa yang dikatakan oleh nabi Yoel yang akan terjadi: Allah telah berfirman, ‘Pada hari-hari terakhir, Aku akan mencurahkan Roh-Ku.’”
“Hai orang-orang Israel, Yesus adalah orang yang melakukan banyak hal ajaib untuk menunjukkan siapa Dia. Dia melakukan banyak hal yang menakjubkan dengan kuasa Allah. Kamu tahu hal ini karena kamu telah melihatnya. Tetapi kamu menyalibkan Dia!”
“Yesus telah mati, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Hal ini menggenapi apa yang dituliskan oleh seorang nabi: “Engkau tidak akan membiarkan Yang Kudus-Mu membusuk di dalam kubur. Kami adalah saksi bahwa Allah telah membangkitkan Yesus untuk hidup kembali.”
“Allah Bapa sekarang telah menghormati Yesus dengan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya. Dan Yesus telah mengutus Roh Kudus kepada kita seperti yang dijanjikan-Nya. Roh Kudus menyebabkan hal-hal yang kamu lihat dan dengar sekarang ini.”
“Engkau menyalibkan orang ini, Yesus. Tetapi ketahuilah dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan atas segala sesuatu dan Mesias!”
Orang-orang yang mendengarkan Petrus sangat tersentuh oleh apa yang dikatakannya. Lalu mereka bertanya kepada Petrus dan murid-muridnya, “Saudara-saudara, apa yang harus kami lakukan?”
Petrus menjawab mereka, “Kamu semua memerlukan Allah untuk mengampuni dosa-dosamu. Karena itu bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Maka Allah akan mengaruniakan Roh Kudus kepadamu sebagai karunia-Nya.”
Sekitar 3.000 orang percaya apa yang dikatakan Petrus dan menjadi murid-murid Yesus. Mereka dibaptis dan menjadi bagian dari gereja di Yerusalem.
Orang-orang percaya terus mendengarkan ketika para rasul mengajar mereka. Mereka sering bertemu dan makan bersama, dan mereka sering berdoa bersama. Mereka memuji Allah bersama-sama dan saling berbagi segala sesuatu yang mereka miliki. Semua orang di kota itu berprasangka baik kepada mereka. Setiap hari, semakin banyak orang yang menjadi percaya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kisah Para Rasul 1:12-14; 2
Suatu hari Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah. Seorang lumpuh sedang duduk di pintu gerbang, mengemis.
Petrus memandang orang lumpuh itu dan berkata, “Aku tidak punya uang untuk diberikan kepadamu. Tetapi aku akan memberikan kepadamu apa yang kumiliki. Dalam nama Yesus, bangunlah dan berjalanlah!”
Seketika itu juga, Allah menyembuhkan orang lumpuh itu. Ia mulai berjalan dan melompat-lompat dan memuji Allah. Orang-orang yang ada di pelataran Bait Allah sangat takjub.
Kerumunan orang segera datang untuk melihat orang yang telah disembuhkan itu. Petrus berkata kepada mereka, “Orang ini sudah sembuh, tetapi janganlah kamu heran akan hal ini. Kami tidak menyembuhkannya dengan kuasa kami sendiri, atau karena kami menghormati Allah. Tetapi Yesuslah yang menyembuhkan orang ini dengan kuasa-Nya, karena kita percaya kepada-Nya.”
“Kalianlah yang menyuruh gubernur Romawi untuk membunuh Yesus. Kamu membunuh Dia yang memberi hidup kepada semua orang. Tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Kamu tidak mengerti apa yang kamu lakukan, tetapi ketika kamu melakukan hal itu, apa yang dikatakan para nabi menjadi kenyataan. Mereka mengatakan bahwa Mesias akan menderita dan mati. Allah mewujudkannya dengan cara ini. Jadi sekarang, bertobatlah dan berbaliklah kepada Allah, supaya Ia menghapuskan dosa-dosamu.”
Ketika para pemimpin Bait Allah mendengar perkataan Petrus dan Yohanes, mereka menjadi sangat marah. Maka mereka menangkap keduanya dan memenjarakannya. Tetapi banyak orang yang percaya apa yang dikatakan Petrus. Jumlah orang yang percaya kepada Yesus bertambah menjadi sekitar 5.000 orang.
Keesokan harinya, para pemimpin Yahudi membawa Petrus dan Yohanes kepada imam besar dan para pemimpin agama lainnya. Mereka juga membawa orang yang lumpuh itu. Mereka bertanya kepada Petrus dan Yohanes, “Dengan kuasa apakah kamu menyembuhkan orang lumpuh ini?”
Petrus menjawab mereka, “Orang yang berdiri di hadapanmu ini telah disembuhkan oleh kuasa Yesus, Mesias. Kamu telah menyalibkan Yesus, tetapi Allah telah membangkitkan Dia kembali! Kamu telah menolak Dia, tetapi tidak ada jalan lain untuk diselamatkan kecuali melalui kuasa Yesus!”
Para pemimpin itu terkejut karena Petrus dan Yohanes berbicara dengan begitu berani. Mereka melihat bahwa kedua orang itu adalah orang-orang yang tidak berpendidikan dan biasa-biasa saja. Tetapi kemudian mereka teringat bahwa mereka pernah bersama Yesus. Maka mereka berkata kepada mereka, “Kami akan menghukum kamu dengan sangat berat jika kamu menyampaikan pesan lagi kepada orang banyak tentang orang yang bernama Yesus ini.” Setelah mengatakan banyak hal seperti itu, mereka melepaskan Petrus dan Yohanes.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kisah Para Rasul 3-4:22
Salah satu pemimpin di antara para pengikut Yesus yang pertama adalah seorang pria bernama Stefanus. Semua orang menghormatinya. Roh Kudus memberinya banyak kuasa dan hikmat. Stefanus melakukan banyak mujizat. Banyak orang percaya kepadanya ketika ia mengajar mereka untuk percaya kepada Yesus.
Suatu hari ketika Stefanus sedang mengajar tentang Yesus, beberapa orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus datang dan mulai berdebat dengannya. Mereka menjadi sangat marah, sehingga mereka pergi kepada para pemimpin agama dan menceritakan kebohongan tentang Stefanus. Mereka berkata, “Kami mendengar Stefanus mengatakan hal-hal yang jahat tentang Musa dan Allah!” Maka para pemimpin agama menangkap Stefanus dan membawanya ke hadapan imam besar dan para pemimpin Yahudi lainnya. Lebih banyak lagi saksi-saksi palsu datang dan berbohong kepada mereka tentang Stefanus.
Imam Besar bertanya kepada Stefanus, “Apakah orang-orang ini mengatakan yang sebenarnya tentang dirimu?” Stefanus mulai mengatakan banyak hal untuk menjawab Imam Besar. Ia berkata bahwa Allah telah melakukan banyak hal yang luar biasa bagi bangsa Israel sejak Abraham hidup sampai pada zaman Yesus. Tetapi bangsa itu selalu tidak taat kepada Allah. Stefanus berkata, “Kamu keras kepala dan memberontak terhadap Allah. Kamu selalu menolak Roh Kudus, sama seperti nenek moyang kita yang selalu menolak Allah dan selalu membunuh nabi-nabi-Nya. Tetapi kamu melakukan sesuatu yang lebih buruk daripada yang mereka lakukan! Kamu telah membunuh Mesias!”
Ketika para pemimpin agama mendengar hal ini, mereka sangat marah dan menutup telinga mereka serta berteriak dengan keras. Mereka menyeret Stefanus ke luar kota dan melempari dia dengan batu untuk membunuhnya.
Ketika Stefanus sedang sekarat, dia berseru, “Yesus, terimalah rohku.” Dia berlutut dan berseru lagi, “Guru, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka.” Kemudian dia meninggal.
Pada hari itu banyak orang di Yerusalem mulai menganiaya para pengikut Yesus, sehingga orang-orang percaya melarikan diri ke tempat lain. Namun meskipun demikian, mereka tetap memberitakan tentang Yesus ke mana pun mereka pergi.
Ada seorang yang percaya kepada Yesus bernama Filipus. Dia melarikan diri dari Yerusalem, seperti kebanyakan orang percaya lainnya. Dia pergi ke daerah Samaria, di mana dia berkhotbah kepada orang-orang tentang Yesus. Banyak orang percaya kepadanya dan diselamatkan. Suatu hari, seorang malaikat datang dari Allah kepada Filipus dan menyuruhnya pergi ke padang gurun, dan berjalan melalui jalan tertentu. Filipus pun pergi ke sana. Ketika dia sedang berjalan di jalan, dia melihat seorang pria yang sedang mengendarai keretanya. Orang ini adalah seorang pejabat penting dari negeri Etiopia. Roh Kudus menyuruh Filipus untuk pergi dan berbicara dengan orang ini.
Lalu Filipus pergi ke kereta itu. Dia mendengar orang Etiopia itu membaca firman Allah. Dia membaca apa yang telah ditulis oleh nabi Yesaya. Orang itu membaca, “Mereka menggiring Ia seperti anak domba yang akan disembelih, dan seperti anak domba yang diam, Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Mereka memperlakukannya dengan tidak adil dan tidak menghormatinya. Mereka mengambil nyawanya dari padanya.”
Filipus bertanya kepada orang Etiopia itu, “Apakah kamu mengerti apa yang kamu baca?” Orang Etiopia itu menjawab, “Tidak, saya tidak dapat memahaminya kecuali jika ada orang yang menjelaskannya kepada saya. Mari datang dan duduklah di sampingku. Apakah Yesaya sedang menulis tentang dirinya sendiri atau orang lain?”
Filipus naik ke dalam kereta dan duduk. Kemudian ia memberitahukan kepada orang Etiopia itu bahwa Yesaya telah menulis tentang Yesus. Filipus juga berbicara tentang banyak bagian lain dari firman Allah. Dengan cara ini, dia menyampaikan kabar baik tentang Yesus kepada orang itu.
Ketika Filipus dan orang Etiopia itu sedang dalam perjalanan, mereka tiba di suatu tempat yang ada air. Orang Etiopia itu berkata, “Lihat! Ada air! Bolehkah saya dibaptis?” Lalu dia menyuruh kusirnya untuk menghentikan keretanya.
Lalu mereka turun ke dalam air dan Filipus membaptis orang Etiopia itu. Setelah mereka keluar dari air, tiba-tiba Roh Kudus membawa Filipus ke tempat lain. Di sana Filipus terus bercerita kepada orang-orang tentang Yesus.
Orang Etiopia itu melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Dia sangat senang karena sekarang dia telah mengenal Yesus.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kisah Para Rasul 6-8
Ada seorang pria bernama Saulus yang tidak percaya kepada Yesus. Sebagai seorang pemuda, dia menjaga jubah orang-orang yang membunuh Stefanus. Kemudian dia menganiaya orang-orang percaya. Dia pergi dari rumah ke rumah di Yerusalem untuk menangkap laki-laki dan perempuan dan memenjarakan mereka. Kemudian imam besar memberikan izin kepada Saulus untuk pergi ke kota Damsyik. Dia memerintahkan Saulus untuk menangkap para pengikut Yesus di sana dan membawa mereka kembali ke Yerusalem.
Maka Saulus pun berangkat ke Damsyik. Tepat sebelum dia sampai di kota itu, sebuah cahaya terang di langit bersinar di sekelilingnya, dan dia pun jatuh ke tanah. Saulus mendengar seseorang berkata, “Saulus! Saulus! Mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus Bertanya, “Siapakah Engkau, Guru?” Yesus menjawab, “Akulah Yesus. Engkau menganiaya Aku!”
Ketika Saulus bangun, dia tidak dapat melihat. Teman-temannya harus menuntunnya ke Damsyik. Saulus tidak makan dan minum selama tiga hari.
Di Damsyik ada seorang murid yang bernama Ananias. Allah berkata kepadanya, “Pergilah ke rumah tempat Saulus tinggal. Letakkanlah tanganmu ke atasnya supaya dia dapat melihat lagi." Tetapi Ananias berkata, “Guru, aku telah mendengar bagaimana orang ini menganiaya orang-orang percaya.” Allah menjawab, “Pergilah, Aku telah memilih dia untuk memberitakan nama-Ku kepada orang-orang Yahudi dan kepada orang-orang dari suku-suku bangsa lain. Dia akan menderita banyak hal oleh karena nama-Ku.”
Lalu Ananias pergi kepada Saulus dan menumpangkan tangannya ke atas Saulus dan berkata, “Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu dalam perjalanan ke mari, telah mengutus aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi, dan supaya Roh Kudus memenuhi engkau.” Seketika itu juga Saulus dapat melihat kembali, dan Ananias membaptisnya. Kemudian Saulus makan dan menjadi kuat kembali.
Saat itu juga, Saulus mulai berkhotbah kepada orang-orang Yahudi di Damsyik. Ia berkata, “Yesus adalah Anak Allah!” Orang-orang Yahudi kagum karena Saulus telah mencoba membunuh orang-orang percaya, dan sekarang ia percaya kepada Yesus! Saulus berdebat dengan orang-orang Yahudi. Dia menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias.
Setelah beberapa hari, orang-orang Yahudi membuat rencana untuk membunuh Saulus. Mereka mengirim orang untuk mengawasinya di gerbang kota untuk membunuhnya. Tetapi Saulus mendengar tentang rencana itu, dan teman-temannya membantunya melarikan diri. Pada suatu malam mereka menurunkannya melewati tembok kota dengan sebuah keranjang. Setelah Saulus melarikan diri dari Damsyik, dia terus berkhotbah tentang Yesus.
Saulus pergi ke Yerusalem untuk bertemu dengan para rasul, tetapi mereka takut kepadanya. Kemudian seorang percaya bernama Barnabas membawa Saulus kepada para rasul. Dia menceritakan kepada mereka bagaimana Saulus telah berkhotbah dengan berani di Damsyik. Setelah itu, para rasul menerima Saulus.
Beberapa orang percaya yang melarikan diri dari penganiayaan di Yerusalem pergi jauh ke kota Antiokhia dan berkhotbah tentang Yesus. Sebagian besar orang di Antiokhia bukanlah orang Yahudi, tetapi untuk pertama kalinya, orang-orang yang bukan Yahudi menjadi orang -orang percaya. Barnabas dan Saulus pergi ke sana untuk mengajar orang-orang yang baru percaya ini lebih banyak lagi tentang Yesus dan memperkuat gereja. Di Antiokhia inilah orang-orang yang percaya kepada Yesus pertama kali disebut sebagai ‘orang-orang Kristen.’
Suatu hari, para pengikut Yesus di Antiokhia sedang berpuasa dan berdoa. Roh Kudus berkata kepada mereka, “Khususkanlah bagi-Ku Barnabas dan Saulus untuk melakukan pekerjaan yang Aku perintahkan untuk mereka lakukan.” Maka jemaat di Antiokhia mendoakan Barnabas dan Saulus dan menumpangkan tangan ke atas mereka. Kemudian mereka mengutus keduanya untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus ke berbagai tempat. Barnabas dan Saulus mengajar orang-orang dari berbagai kelompok masyarakat, dan banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kisah Para Rasul 8:1-3; 9:1-31; 11:19-26; 13-14
Ketika Saulus berkeliling ke seluruh wilayah Kekaisaran Romawi, dia mulai menggunakan nama Romawinya, ‘Paulus.’. Suatu hari, Paulus dan temannya, Silas, pergi ke kota Filipi untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus. Mereka pergi ke sebuah tempat di tepi sungai di luar kota di mana orang-orang berkumpul untuk berdoa. Di sana mereka bertemu dengan seorang wanita bernama Lidia yang adalah seorang pedagang. Dia sangat mengasihi dan menyembah Allah.
Allah membuat Lidia percaya pada pesan tentang Yesus. Paulus dan Silas membaptis dia dan keluarganya. Dia mengundang Paulus dan Silas untuk tinggal di rumahnya, jadi mereka tinggal di sana.
Paulus dan Silas sering bertemu dengan orang-orang di tempat orang Yahudi berdoa. Setiap hari ketika mereka berjalan ke sana, seorang budak perempuan yang dirasuki setan mengikuti mereka. Dengan perantaraan setan ini, dia meramalkan masa depan bagi orang-orang, sehingga dia menghasilkan banyak uang bagi tuannya sebagai seorang peramal.
Budak perempuan itu terus berteriak sambil berjalan, “Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Maha Tinggi. Mereka memberi tahu Anda cara untuk diselamatkan!” Dia sering melakukan ini sehingga Paulus menjadi kesal.
Akhirnya, suatu hari ketika budak perempuan itu mulai berteriak, Paulus menoleh padanya dan berkata kepada setan yang ada di dalam dirinya, “Dalam nama Yesus, keluarlah dari dia.” Segera, setan itu meninggalkannya.
Laki-laki pemilik budak perempuan menjadi sangat marah! Mereka menyadari bahwa, tanpa iblis, budak perempuan itu tidak dapat memberi tahu orang-orang tentang masa depan. Ini berarti bahwa orang-orang tidak akan lagi membayar pemiliknya untuk memberitahukan masa depan mereka.
Maka pemilik budak perempuan itu membawa Paulus dan Silas ke penguasa Romawi, yang memukuli Paulus dan Silas, dan kemudian menjebloskan mereka ke dalam penjara.
Mereka menempatkan Paulus dan Silas di bagian penjara dengan penjagaan paling ketat. Mereka bahkan mengikat kaki mereka dengan potongan kayu besar. Tetapi di tengah malam, Paulus dan Silas sedang menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Allah.
Tiba-tiba, terjadi gempa bumi yang dahsyat! Semua pintu penjara terbuka lebar, dan rantai para tahanan terlepas.
Kemudian sipir penjara itu terbangun. Dia melihat bahwa pintu penjara terbuka. Dia pikir semua tahanan telah melarikan diri. Dia takut bahwa otoritas Romawi akan membunuhnya karena membiarkan mereka pergi, jadi dia bersiap untuk bunuh diri! Tetapi Paulus melihatnya dan berteriak, “Berhenti! Jangan menyakiti dirimu sendiri. Kita semua di sini.”
Sipir itu gemetar ketika dia datang kepada Paulus dan Silas dan bertanya, “Apa yang harus aku lakukan untuk diselamatkan?” Paulus menjawab, “Percayalah kepada Yesus, Tuhan, dan engkau dan keluargamu akan diselamatkan.” Kemudian sipir itu membawa Paulus dan Silas ke rumahnya dan mencuci luka-luka mereka. Paulus memberitakan kabar baik tentang Yesus kepada semua orang di rumahnya.
Sipir penjara dan seluruh keluarganya percaya kepada Yesus, sehingga Paulus dan Silas membaptis mereka. Kemudian sipir itu memberi Paulus dan Silas makan, dan mereka bersukacita bersama.
Keesokan harinya, para pemimpin kota membebaskan Paulus dan Silas dari penjara dan meminta mereka untuk meninggalkan Filipi. Paulus dan Silas mengunjungi Lidia dan beberapa teman lainnya dan meninggalkan kota itu. Kabar baik tentang Yesus terus menyebar, dan Gereja terus bertumbuh.
Paulus dan pemimpin-pemimpin orang percaya lainnya melakukan perjalanan ke banyak kota. Mereka berkhotbah dan mengajarkan orang-orang kabar baik tentang Yesus. Mereka juga menulis banyak surat untuk mendorong dan mengajar orang percaya di jemaat-jemaat. Beberapa surat ini menjadi buku-buku Alkitab.
Sebuah cerita Alkitab Terbuka Kisah Para Rasul 16:11-40
Ketika Allah menciptakan dunia, semuanya sempurna. Tidak ada dosa. Adam dan Hawa saling mengasihi, dan mereka mengasihi Allah. Tidak ada penyakit atau kematian. Inilah cara yang Allah inginkan untuk dunia ini.
Setan berbicara kepada Hawa di taman melalui ular karena dia ingin menipunya. Kemudian Hawa dan Adam berdosa terhadap Allah. Karena mereka berdosa, semua orang di bumi mati.
Karena Adam dan Hawa berdosa, sesuatu yang bahkan lebih buruk terjadi. Mereka menjadi musuh Allah. Akibatnya, setiap orang sejak saat itu telah berdosa. Setiap orang adalah musuh Allah sejak lahir. Tidak ada kedamaian antara manusia dan Allah. Tetapi Allah ingin berdamai.
Allah berjanji bahwa salah satu keturunan Hawa akan meremukkan kepala Iblis, dan Iblis akan menggigit tumitnya. Dengan kata lain, Setan akan membunuh Mesias, tetapi Allah akan membangkitkannya kembali. Mesias akan mengambil alih kuasa Iblis selamanya. Bertahun-tahun kemudian, Allah menunjukkan bahwa Mesias itu adalah Yesus.
Allah menyuruh Nuh membuat sebuah perahu untuk menyelamatkan keluarganya dari air bah yang akan datang. Inilah cara Allah menyelamatkan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dengan cara yang sama, semua orang layak menerima kematian dari Allah karena mereka telah berdosa. Tetapi Allah mengutus Yesus untuk menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya.
Selama ratusan tahun, para imam terus mempersembahkan korban kepada Allah. Hal ini menunjukkan kepada manusia bahwa mereka telah berbuat dosa dan layak menerima hukuman Allah. Tetapi korban-korban itu tidak dapat mengampuni dosa-dosa mereka. Yesus melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh para imam. Dia memberikan diri-Nya sendiri untuk menjadi satu-satunya korban yang dapat menghapus dosa semua orang. Dia menerima ke atas diri-Nya sendiri hukuman yang seharusnya kita terima karena dosa-dosa kita. Karena alasan ini, Yesus adalah Imam Besar yang Agung.
Allah telah berkata kepada Abraham, “Aku akan memberkati semua bangsa di bumi melalui engkau.” Yesus adalah keturunan Abraham ini. Allah memberkati semua bangsa melalui Abraham karena Allah menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada Yesus dari dosa. Ketika orang-orang ini percaya kepada Yesus, Allah menganggap mereka sebagai keturunan Abraham.
Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan putranya sendiri, Ishak, kepada-Nya. Tetapi kemudian Allah memberikan seekor domba jantan untuk korban pengganti Ishak. Kita semua layak mati karena dosa-dosa kita! Tetapi Allah memberikan Yesus untuk menjadi korban pengganti kita. Itulah sebabnya kita menyebut Yesus sebagai Anak Domba Allah.
Ketika Allah mengirimkan tulah terakhir atas Mesir, Ia memerintahkan setiap keluarga Israel untuk membunuh seekor anak domba. Anak domba itu tidak boleh memiliki cacat. Kemudian mereka harus mengoleskan darahnya di atas dan sisi bingkai pintu mereka. Ketika Allah melihat darah itu, Ia melewati rumah mereka dan tidak membunuh anak sulung mereka. Ketika ini terjadi, Allah menyebutnya sebagai Paskah.
Yesus seperti Anak Domba Paskah. Ia tidak pernah berdosa, jadi tidak ada yang salah dengan-Nya. Ia dibunuh pada saat perayaan Paskah. Ketika seseorang percaya kepada Yesus, darah Yesus membayar dosa orang tersebut. Seolah-olah Allah melewatkan orang itu karena Ia tidak menghukumnya.
Allah membuat perjanjian dengan bangsa Israel karena mereka adalah umat yang telah Ia pilih menjadi milik-Nya. Namun Allah kini telah membuat Perjanjian Baru yang diperuntukkan bagi semua orang. Jika seseorang dalam kelompok suku mana pun menerima Perjanjian Baru ini, dia bergabung dengan umat Allah. Dia melakukan ini karena dia percaya kepada Yesus.
Musa adalah seorang nabi yang mewartakan firman Allah dengan kuasa yang besar. Tetapi Yesus adalah nabi terbesar dari semua nabi. Ia adalah Allah, jadi semua hal yang Ia lakukan dan katakan adalah tindakan dan perkataan Allah. Itulah sebabnya Alkitab menyebut Yesus sebagai Firman Allah.
Allah berjanji kepada Raja Daud bahwa salah satu keturunannya akan memerintah sebagai raja atas umat Allah selamanya. Yesus adalah Anak Allah dan Mesias, jadi Ia adalah keturunan Daud yang bisa memerintah selamanya.
Daud adalah raja Israel, namun Yesus adalah raja seluruh alam semesta! Ia akan datang kembali dan memerintah kerajaannya dengan keadilan dan perdamaian selamanya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 1-3, 6, 14, 22; Keluaran 12, 20; 2 Samuel 7; Ibrani 3:1-6, 4:14-5:10, 7:1-8:13, 9:11-10:18; Wahyu 21.
Seorang malaikat memberitahu Maria, seorang wanita muda, bahwa ia akan melahirkan Anak Allah. Dia masih perawan, tetapi Roh Kudus datang kepadanya dan membuatnya mengandung. Dia melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Yesus. Oleh karena itu, Yesus adalah Allah dan manusia.
Yesus melakukan banyak mukjizat yang menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan. Dia berjalan di atas air dan menghentikan badai. Dia menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir setan dari banyak orang. Dia membangkitkan orang mati dan mengubah lima roti dan dua ikan kecil menjadi makanan yang cukup untuk memberi makan lebih dari 5.000 orang.
Yesus juga seorang guru yang hebat. Segala sesuatu yang Diajarkan, Diajarkan dengan benar. Orang-orang harus melakukan apa yang diperintahkan-Nya karena Dia adalah Anak Allah. Sebagai contoh, Dia mengajarkan bahwa kamu harus mengasihi orang lain seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.
Dia juga mengajarkan bahwa kamu harus mengasihi Allah lebih dari kamu mengasihi apapun, termasuk harta milikmu.
Yesus mengatakan lebih baik berada di kerajaan Allah daripada memiliki apapun di dunia ini. Allah harus menyelamatkanmu dari dosamu agar kamu dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya.
Yesus berkata bahwa beberapa orang akan menerima-Nya. Allah akan menyelamatkan orang-orang ini. Namun, orang lain tidak akan menerimanya. Ia juga mengatakan bahwa beberapa orang seperti tanah yang baik. Karena mereka menerima kabar baik tentang Yesus, Allah menyelamatkan mereka. Namun, orang-orang lain seperti tanah yang keras di jalan setapak. Firman Allah seperti benih yang jatuh di jalan, tetapi tidak ada yang tumbuh di sana. Orang-orang ini menolak pesan tentang Yesus. Mereka menolak untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya.
Yesus mengajarkan bahwa Allah sangat mengasihi orang berdosa. Dia ingin mengampuni mereka dan menjadikan mereka anak-anak-Nya.
Yesus juga mengatakan kepada kita bahwa Allah membenci dosa. Karena Adam dan Hawa berdosa, semua keturunan mereka juga berdosa. Setiap orang di dunia berdosa dan jauh dari Allah. Setiap orang adalah musuh Allah.
Tetapi Allah mengasihi semua orang di dunia dengan cara ini: Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal agar Allah tidak menghukum mereka yang percaya kepada Yesus. Sebaliknya, orang percaya akan hidup bersama-Nya selamanya.
Kamu layak mati karena kamu telah berdosa. Adalah adil bagi Allah untuk menghukum kamu, tetapi Yesus telah menanggung hukuman atas dosa menggantikan kita. Allah menghukum Yesus dengan membunuhnya di kayu salib.
Yesus tidak pernah berdosa. Ia menerima hukuman atas dosa, termasuk kematian yang paling buruk sekalipun. Dengan cara ini, Dia adalah korban sempurna untuk menghapus dosa-dosamu dan dosa setiap orang di dunia. Yesus mengorbankan diri-Nya kepada Allah, sehingga Allah akan mengampuni segala dosa, bahkan dosa-dosa yang mengerikan, dari orang-orang yang percaya kepada Yesus.
Bahkan jika kamu melakukan banyak hal baik, ini tidak akan membuat Allah menyelamatkanmu. Tidak ada yang bisa kamu lakukan sendiri untuk menjadi sahabat-Nya. Sebaliknya, kamu harus percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa Ia mati di kayu salib menggantikanmu, dan bahwa Allah membangkitkan-Nya kembali. Jika kamu percaya ini, Allah akan mengampuni kamu karena telah berdosa.
Allah akan menyelamatkan semua orang yang percaya kepada Yesus dan menerimanya sebagai Tuan mereka. Tetapi Ia tidak akan menyelamatkan mereka yang tidak percaya kepada-Nya. Tidak masalah apakah kamu kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, tua atau muda, atau di mana kamu tinggal. Allah mengasihimu dan ingin kamu percaya kepada Yesus sehingga Ia dapat menjadi sahabatmu.
Yesus memanggilmu untuk percaya kepada-Nya dan untuk dibaptis. Apakah kamu percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang tunggal? Apakah kamu percaya bahwa kamu adalah orang berdosa dan layak menerima hukuman Allah atas dosamu? Apakah kamu percaya bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menghapus dosamu?
Jika kamu percaya kepada Yesus dan mengakui apa yang telah Ia lakukan untukmu, kamu adalah pengikut Yesus! Setan tidak lagi menguasai kamu di dalam kerajaannya yang gelap. Allah sekarang menguasai kamu di dalam kerajaan terangNya. Allah telah memampukan kamu untuk tidak lagi berdosa seperti yang kamu lakukan sebelumnya. Ia telah memberimu cara hidup yang baru dan benar.
Jika kamu adalah pengikut Yesus, Allah telah mengampuni dosamu karena apa yang Yesus lakukan. Sekarang, Allah menganggapmu sebagai sahabat dekat bukan musuh.
Jika kamu adalah sahabat Allah dan hamba Yesus, sang Tuan, kamu akan ingin menaati apa yang Yesus ajarkan kepadamu. Meskipun kamu adalah pengikut Yesus, Setan masih akan menggodamu untuk berdosa. Tetapi Allah selalu melakukan apa yang Dia katakan akan dilakukan-Nya. Dia mengatakan bahwa jika kamu mengaku dosamu, Dia akan mengampunimu. Dia akan memberimu kekuatan untuk melawan dosa.
Allah memberitahumu untuk berdoa dan mempelajari firman-Nya. Dia juga memberitahumu untuk menyembah-Nya bersama dengan pengikut Yesus lainnya. Kamu juga harus memberitahu orang lain apa yang telah Dia lakukan untukmu. Jika kamu melakukan semua hal ini, kamu akan menjadi sahabat-Nya yang kuat.
Sebuah cerita Alkitab dari: Kejadian 3; Matius 13-14; Markus 10:17-31; Lukas 2; 10:25-37; 15; Yohanes 3:16; Roma 3:21-26, 5:1-11; 2 Korintus 5:17-21; Kolose 1:13-14; 1 Yohanes 1:5-10
Selama hampir 2.000 tahun, semakin banyak orang di seluruh dunia telah mendengar kabar baik tentang Yesus Mesias. Gereja telah bertumbuh. Yesus berjanji bahwa Dia akan kembali pada akhir dunia. Meskipun Dia belum kembali, Dia akan menepati janji-Nya.
Saat kita menantikan kedatangan Yesus kembali, Allah ingin kita hidup dalam cara yang kudus dan menghormati Dia. Dia juga ingin kita memberi tahu orang lain tentang kerajaannya. Ketika Yesus hidup di bumi, dia berkata, “Murid-muridku akan memberitakan kabar baik tentang kerajaan Allah kepada orang-orang di mana pun di dunia, dan kemudian akhir zaman akan tiba.”
Banyak kelompok masyarakat masih belum mendengar tentang Yesus. Sebelum Dia kembali ke surga, Yesus mengatakan kepada para pengikut-Nya untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum pernah mendengarnya. Dia berkata, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku!” dan “Ladang sudah menguning, siap dituai!”
Yesus juga berkata, “Hamba tidak lebih besar daripada tuannya. Orang-orang penting di dunia ini telah membenci-Ku, dan mereka juga akan menyiksa dan membunuhmu karena Aku. Di dunia ini kamu akan menderita, tetapi tetaplah kuat, karena Aku telah mengalahkan Setan, penguasa dunia ini. Jika kamu tetap setia kepada-Ku sampai akhir, maka Allah akan menyelamatkanmu!”
Yesus menceritakan sebuah kisah kepada murid-murid-Nya untuk menjelaskan apa yang akan terjadi pada orang-orang ketika dunia berakhir. Dia berkata, “Seorang pria menanam benih yang baik di ladangnya. Ketika dia tidur, musuhnya datang dan menanam benih lalang diantara benih gandum, lalu dia pergi.”
“Ketika tanaman itu sudah bertunas, hamba-hamba orang itu berkata, ‘Tuan, engkau menanam benih yang baik di ladang itu. Jadi kenapa ada lalang di dalamnya?’ Orang itu menjawab, ‘Hanya musuhku yang mau menanamnya. Salah satu musuhkulah yang melakukannya.’”
“Hamba-hamba itu menjawab kepada tuan mereka, ‘Haruskah kami mencabut lalang itu?’ Tuan itu berkata, ‘Jangan. Sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.
Tunggu sampai waktu menuai. Lalu kumpulkan dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu dan menyimpannya di dalam lumbungKu.’”
Murid-murid tidak mengerti arti cerita itu, jadi mereka meminta Yesus untuk menjelaskannya kepada mereka. Yesus berkata, “Orang yang menanam benih yang baik adalah Mesias. Ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan.”
“Lalang itu anak -anak, si jahat. Musuh yang menanam benih lalang adalah Iblis. Waktu menuai adalah akhir zaman dan para penuai itu adalah malaikat-malaikat Allah.”
“Pada akhir zaman, malaikat-malaikatNya akan mengumpulkan semua orang yang melakukan kejahatan. Para malaikat akan membuang mereka ke dalam api. Di sana orang-orang itu akan menangis dan menggertakkan gigi dalam penderitaan yang mengerikan. Tetapi orang-orang benar, yang mengikuti Yesus, akan bersinar seperti matahari di dalam kerajaan Allah Bapa mereka.”
Yesus juga berkata bahwa Dia akan kembali ke Bumi tepat sebelum dunia berakhir. Dia akan kembali dengan cara yang sama seperti Dia pergi. Artinya, Dia akan memiliki tubuh nyata dan datang di atas awan di langit. Ketika Yesus kembali, setiap pengikut Yesus yang telah mati akan bangkit dari kematian dan bertemu dengan-Nya di langit.
Kemudian pengikut Yesus yang masih hidup akan naik ke langit dan bergabung dengan pengikut Yesus lainnya yang bangkit dari kematian. Mereka semua akan bersama Yesus di sana. Setelah itu, Yesus akan hidup bersama umat-Nya. Mereka akan memiliki kedamaian sempurna selamanya saat mereka hidup bersama.
Yesus berjanji untuk memberikan mahkota kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Mereka akan memerintah bersama Allah atas segala sesuatu selamanya. Mereka akan memiliki kedamaian sempurna.
Tetapi Allah akan menghakimi setiap orang yang tidak percaya kepada Yesus. Dia akan melemparkan mereka ke dalam neraka. Di sana mereka akan menangis dan menggertakkan gigi dan menderita selamanya. Api yang tidak pernah padam akan terus membakar mereka, dan ulat tidak akan pernah berhenti memakan mereka.
Ketika Yesus kembali, Dia akan sepenuhnya menghancurkan Setan dan kerajaannya. Dia akan melemparkan Setan ke neraka. Setan akan terbakar di sana selamanya, bersama dengan semua orang yang memilih untuk mengikutinya daripada menaati Allah.
Karena Adam dan Hawa tidak menaati Allah dan membawa dosa ke dunia ini, Allah mengutuknya dan memutuskan untuk menghancurkannya. Tetapi suatu hari nanti, Allah akan menciptakan surga baru dan bumi baru yang akan sempurna.
Yesus dan umat-Nya akan hidup di bumi baru, dan Dia akan memerintah selamanya atas segala sesuatu. Dia akan menghapus segala air mata dari mata orang-orang. Tidak ada yang akan menderita atau sedih lagi. Mereka tidak akan menangis. Mereka tidak akan sakit atau mati. Dan tidak akan ada kejahatan di sana. Yesus akan memerintah kerajaan-Nya dengan adil dan damai. Dia akan bersama umat-Nya selamanya.
Sebuah cerita Alkitab dari: Matius 13:24-42; 22:13; 24:14; 28:18; Yohanes 4:35; 15:20; 16:33; 1 Tesalonika 4:13-5:11; Yakobus 1:12; Wahyu 2:10; 20:10; 21-22
Get Involved!
We want to make these unrestricted visual Bible stories available in every language of the world and you can help! This is not impossible—we think it can happen if the whole body of Christ works together to translate and distribute this resource.
Share Freely
Give as many copies of this book away as you want, without restriction. All digital versions are free online, and because of the open license we are using, you can even republish unfoldingWord® Open Bible Stories commercially anywhere in the world without paying royalties! Find out more at openbiblestories.org.
Extend!
Get unfoldingWord® Open Bible Stories as videos and mobile phone applications in other languages at openbiblestories.org. On the website, you can also get help translating unfoldingWord® Open Bible Stories into your language.