Deskripsi
Metafora adalah kiasan di mana seseorang berbicara tentang satu hal seolah-olah itu adalah hal yang berbeda karena dia ingin orang lain berpikir bahwa kedua hal itu sama.
Sebagai contoh, seseorang mungkin berkata, “Gadis yang saya cintai adalah mawar merah.”
Seorang gadis dan bunga mawar adalah dua hal yang sangat berbeda, tetapi pembicara menganggap bahwa keduanya mirip dalam beberapa hal. Tugas pendengar adalah memahami dalam hal apa mereka mirip.
Bagian-bagian dari Metafora
Contoh di atas menunjukkan kepada kita bahwa metafora memiliki tiga bagian. Dalam metafora ini, pembicara berbicara tentang “gadis yang saya cintai.” Ini adalah Topik. Pembicara ingin pendengar berpikir tentang kesamaan antara dirinya dan “mawar merah”. Mawar merah adalah Gambar yang dia bandingkan dengan gadis itu. Kemungkinan besar, ia ingin pendengarnya menganggap bahwa keduanya sama-sama cantik. Ini adalah Ide yang dimiliki oleh sang gadis dan mawar, sehingga kita bisa juga menyebutnya sebagai Poin Perbandingan.
Setiap metafora memiliki tiga bagian:
-
Topik, hal yang langsung dibahas oleh penulis/pembicara.
-
Gambar, benda fisik (objek, peristiwa, tindakan, dll.) yang digunakan pembicara untuk mendeskripsikan topik.
-
Ide, konsep abstrak atau kualitas yang dibawa oleh Gambar fisik ke dalam pikiran pendengar ketika ia memikirkan bagaimana Gambar dan Topik itu serupa. Seringkali, Ide dari sebuah metafora tidak dinyatakan secara eksplisit dalam Alkitab, tetapi hanya tersirat dari konteksnya. Pendengar atau pembaca biasanya perlu memikirkan sendiri Ide tersebut.
Dengan menggunakan istilah-istilah ini, kita dapat mengatakan bahwa metafora adalah kiasan yang menggunakan Gambar fisik untuk menerapkan Ide abstrak ke Topik pembicara.
Biasanya, seorang penulis atau pembicara menggunakan metafora untuk mengekspresikan sesuatu tentang Topik, dengan setidaknya satu Poin Perbandingan (Ide) antara Topik dan Gambar. Seringkali dalam metafora, Topik dan Gambar dinyatakan secara eksplisit, tetapi Ide hanya tersirat. Penulis/pembicara sering menggunakan metafora untuk mengajak pembaca/pendengar berpikir tentang kesamaan antara Topik dan Gambar dan mencari tahu sendiri Ide yang sedang dikomunikasikan.
Pembicara sering menggunakan metafora untuk memperkuat pesan mereka, membuat bahasa mereka lebih hidup, mengekspresikan perasaan mereka dengan lebih baik, mengatakan sesuatu yang sulit diucapkan dengan cara lain, atau untuk membantu orang lain mengingat pesan mereka.
Terkadang penutur menggunakan metafora yang sangat umum dalam bahasa mereka. Namun, terkadang penutur menggunakan metafora yang tidak umum, dan bahkan beberapa metafora yang unik. Ketika sebuah metafora menjadi sangat umum dalam suatu bahasa, sering kali metafora tersebut menjadi metafora “pasif”, berbeda dengan metafora yang tidak umum, yang kami gambarkan sebagai metafora “aktif”. Metafora pasif dan metafora aktif masing-masing menghadirkan masalah penerjemahan yang berbeda, yang akan kita bahas di bawah ini.
Metafora Pasif
Metafora pasif adalah metafora yang telah digunakan begitu banyak dalam bahasa sehingga penuturnya tidak lagi menganggapnya sebagai satu konsep yang mewakili konsep lainnya. Para ahli bahasa sering menyebutnya sebagai “metafora mati”. Metafora pasif sangat umum ditemukan. Contoh dalam bahasa Inggris termasuk istilah “table leg,” “family tree,” “book leaf” (yang berarti halaman dalam buku), atau kata “crane” (yang berarti mesin besar untuk mengangkat beban berat). Penutur bahasa Inggris menganggap kata-kata ini memiliki lebih dari satu arti. Contoh metafora pasif dalam bahasa Ibrani Alkitab termasuk menggunakan kata “tangan” untuk mewakili “kekuatan”, menggunakan kata “wajah” untuk mewakili “kehadiran”, dan berbicara tentang emosi atau kualitas moral seolah-olah mereka adalah “pakaian”.
Pasangan Berpola Konsep Tindakan sebagai Metafora
Banyak cara berbicara secara metaforis bergantung pada pasangan konsep, di mana satu konsep yang mendasari sering kali mewakili konsep dasar yang berbeda. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, arah “ke atas” (Gambar) sering mewakili konsep “lebih” atau “lebih baik” (Ide). Karena adanya pasangan konsep yang mendasari ini, kita dapat membuat kalimat seperti “Harga bensin naik,” “Orang yang sangat cerdas,” dan juga ide yang berlawanan: “Suhu udara turun,” dan “Saya merasa sangat dingin.”
Pasangan konsep yang berpola secara konstan digunakan untuk tujuan metaforis dalam bahasa-bahasa di dunia karena merupakan cara yang mudah untuk mengatur pemikiran. Secara umum, orang suka berbicara tentang kualitas abstrak (seperti kekuatan, kehadiran, emosi, dan kualitas moral) seolah-olah itu adalah bagian tubuh, atau seolah-olah itu adalah objek yang dapat dilihat atau dipegang, atau seolah-olah itu adalah peristiwa yang dapat disaksikan saat terjadi.
Ketika metafora ini digunakan dengan cara yang normal, jarang sekali pembicara dan pendengar menganggapnya sebagai kiasan. Contoh metafora dalam bahasa Inggris yang tidak dikenali adalah:
- “Nyalakan api**.” Lebih banyak lagi yang dikatakan sebagai naik.
- “Mari kita lanjutkan perdebatan kita.” Melakukan apa yang telah direncanakan dikatakan sebagai berjalan atau maju.
- “Kamu mempertahankan teorimu dengan baik.” Perdebatan dikatakan sebagai perang.
- “Sebuah aliran kata-kata.” Kata-kata dikatakan sebagai cairan.
Para penutur bahasa Inggris tidak melihat ini sebagai ungkapan metafora atau kiasan, sehingga akan salah jika menerjemahkannya ke dalam bahasa lain dengan cara yang akan membuat orang memberikan perhatian khusus pada ungkapan-ungkapan ini sebagai kiasan. Untuk penjelasan tentang pola-pola penting dari metafora semacam ini dalam bahasa-bahasa Alkitab, silakan lihat Gambaran Alkitabiah - Pola Umum dan halaman-halaman yang akan mengarahkan Anda ke sana.
Ketika menerjemahkan sesuatu yang merupakan metafora pasif ke dalam bahasa lain, jangan memperlakukannya sebagai metafora. Sebaliknya, gunakanlah ungkapan terbaik untuk hal atau konsep tersebut dalam bahasa target.
Metafora Aktif
Ini adalah metafora yang dikenali orang sebagai satu konsep yang mewakili konsep lain, atau satu hal untuk hal lain. Metafora membuat orang berpikir tentang bagaimana satu hal sama dengan hal yang lain, karena dalam banyak hal kedua hal tersebut sangat berbeda. Orang juga dengan mudah mengenali metafora ini sebagai sesuatu yang memberi kekuatan dan kualitas yang tidak biasa pada pesan. Karena alasan ini, orang memperhatikan metafora-metafora ini. Sebagai contoh,
Tetapi bagi kamu yang takut akan nama-Ku, matahari kebenaran akan terbit dengan kesembuhan di sayapnya. (Maleakhi 4:2a ULT)
Di sini, Allah berbicara tentang keselamatan-Nya seolah-olah seperti matahari yang terbit untuk menyinari orang-orang yang dikasihi-Nya. Ia juga berbicara tentang sinar matahari seolah-olah itu adalah sayap. Dan juga, Ia berbicara tentang sayap-sayap ini seolah-olah sayap-sayap itu membawa obat yang akan menyembuhkan umat-Nya. Ini adalah contoh lainnya:
Lalu Ia berkata kepada mereka, “Pergilah dan beritahukanlah kepada serigala itu…” (Lukas 13:32a ULT)
Di sini, " serigala itu" merujuk kepada Raja Herodes. Orang-orang yang mendengarkan Yesus tentu saja mengerti bahwa Yesus bermaksud agar mereka menerapkan ciri-ciri rubah tertentu kepada Herodes. Mereka mungkin mengerti bahwa Yesus bermaksud menyampaikan bahwa Herodes itu jahat, entah dengan cara yang licik atau sebagai seseorang yang merusak, pembunuh, atau yang mengambil sesuatu yang bukan miliknya, atau semuanya.
Metafora aktif memerlukan perhatian khusus dari penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang benar. Untuk melakukannya, Anda perlu memahami bagian-bagian metafora dan bagaimana mereka bekerja sama untuk menghasilkan makna.
Yesus berkata kepada mereka, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yohanes 6:35 ULT)
Dalam metafora ini, Yesus menyebut diri-Nya sebagai roti hidup. Topiknya adalah “Aku” (yang berarti Yesus sendiri) dan Gambarnya adalah “roti”. Roti adalah makanan utama yang dimakan orang pada waktu itu. Kesamaan antara roti dan Yesus adalah bahwa manusia membutuhkan keduanya untuk hidup. Sama seperti orang perlu makan makanan untuk memiliki kehidupan fisik, orang perlu percaya kepada Yesus untuk memiliki kehidupan kekal. Ide dari metafora ini adalah “hidup”. Dalam hal ini, Yesus menyatakan Ide utama dari metafora tersebut, tetapi seringkali Ide tersebut hanya tersirat.
Tujuan dari Metafora
- Salah satu tujuan metafora adalah untuk mengajarkan orang tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui (Topik) dengan menunjukkan bahwa hal tersebut seperti sesuatu yang telah mereka ketahui (Gambar).
- Tujuan lainnya adalah untuk menekankan bahwa sesuatu (Topik) memiliki kualitas tertentu (Ide) atau untuk menunjukkan bahwa sesuatu tersebut memiliki kualitas tersebut dengan cara yang ekstrem.
- Tujuan lainnya adalah untuk membuat orang merasakan hal yang sama tentang Topik seperti yang mereka rasakan tentang Gambar.
Mengapa Ini Menjadi Persoalan Penerjemahan?
- Orang-orang mungkin tidak menyadari bahwa sesuatu adalah metafora. Dengan kata lain, mereka mungkin salah mengartikan metafora sebagai pernyataan harfiah, dan dengan demikian, salah memahaminya.
- Orang mungkin tidak mengenal benda yang digunakan sebagai gambaran, sehingga tidak dapat memahami metafora tersebut.
- Jika topiknya tidak disebutkan, orang mungkin tidak tahu apa topiknya.
- Orang mungkin tidak mengetahui poin-poin perbandingan yang ingin dipahami oleh pembicara. Jika mereka gagal memikirkan poin-poin perbandingan ini, mereka tidak akan memahami metafora tersebut.
- Orang mungkin berpikir bahwa mereka memahami metafora tersebut, namun sebenarnya tidak. Hal ini dapat terjadi ketika mereka menerapkan poin-poin perbandingan dari budaya mereka sendiri, dan bukan dari budaya Alkitab.
Prinsip-prinsip Penerjemahan
- Buatlah makna metafora sejelas mungkin bagi audiens target seperti halnya bagi audiens aslinya.
- Jangan membuat makna sebuah metafora menjadi lebih jelas bagi audiens target dibandingkan dengan audiens aslinya.
Contoh dari Alkitab
Dengarkanlah perkataan ini, kalian sapi-sapi Bashan, (Amos 4:1q ULT)
Dalam metafora ini, Amos berbicara kepada para wanita kelas atas di Samaria (“kamu”, Topik) seolah-olah mereka adalah sapi (Gambaran). Amos tidak mengatakan kesamaan apa yang ia maksudkan antara para wanita ini dengan sapi. Dia ingin pembaca memikirkan mereka, dan dia sepenuhnya berharap bahwa pembaca dari budayanya akan dengan mudah melakukannya. Dari konteksnya, kita dapat melihat bahwa yang ia maksudkan adalah bahwa para wanita itu seperti sapi, yaitu gemuk dan hanya tertarik untuk memberi makan diri mereka sendiri. Jika kita menerapkan kesamaan dari budaya yang berbeda, seperti bahwa sapi itu suci dan harus disembah, kita akan mendapatkan makna yang salah dari ayat ini.
CATATAN: Amos sebenarnya tidak bermaksud bahwa para wanita itu adalah sapi. Dia berbicara kepada mereka sebagai manusia.
Namun, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami, kami adalah tanah liat. Engkaulah tukang periuk kami, dan kami semua adalah buatan tangan-Mu. (Yesaya 64:8 ULT)
Contoh di atas memiliki dua metafora yang berhubungan. Topiknya adalah “kami” dan “Anda”, dan Gambarnya adalah “tanah liat” dan “tukang periuk”. Kesamaan antara tukang periuk dan Tuhan adalah fakta bahwa keduanya membuat apa yang mereka inginkan dari bahan yang mereka miliki. Tukang periuk membuat apa yang diinginkannya dari tanah liat, dan Tuhan membuat apa yang diinginkannya dari umat-Nya. Ide yang diungkapkan oleh perbandingan antara tanah liat tukang periuk dengan “kita” adalah bahwa “baik tanah liat maupun umat Allah tidak memiliki hak untuk mengeluh tentang keadaan mereka”.
Yesus berkata kepada mereka, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” Murid-murid-Nya berpikir di antara mereka sendiri dan berkata, “Itu karena kami tidak mengambil roti.” (Matius 16:6-7 ULT)
Yesus menggunakan sebuah metafora di sini, tetapi murid-murid-Nya tidak menyadarinya. Ketika Dia mengatakan “ragi,” mereka mengira Dia berbicara tentang roti, tetapi “ragi” adalah gambaran dalam metafora-Nya, dan Topiknya adalah ajaran orang Farisi dan Saduki. Karena para murid (pendengar asli) tidak mengerti apa yang Yesus maksudkan, maka tidak baik untuk menyatakan dengan jelas di sini apa yang Yesus maksudkan.
Strategi Penerjemahan
Jika orang akan memahami metafora tersebut dengan cara yang sama seperti yang dipahami oleh pembaca aslinya, silakan gunakan. Pastikan untuk menguji terjemahannya untuk memastikan bahwa orang-orang memahaminya dengan cara yang benar.
Jika orang tidak atau kurang memahaminya, berikut ini beberapa strategi lain.
(1) Jika metafora tersebut merupakan ungkapan yang umum dalam bahasa sumber atau mengekspresikan pasangan konsep yang terpola dalam bahasa Alkitab (yaitu metafora pasif), maka ungkapkanlah Ide tersebut dengan cara yang paling sederhana sesuai dengan bahasa Anda.
(2) Jika metafora tersebut tampaknya merupakan metafora aktif, Anda bisa menerjemahkannya secara harfiah jika menurut Anda bahasa sasaran juga menggunakan metafora tersebut dengan cara yang sama untuk mengartikan hal yang sama dengan Alkitab. Jika Anda melakukan hal ini, pastikan untuk mengujinya untuk memastikan bahwa komunitas bahasa tersebut memahaminya dengan benar.
(3) Jika pembaca tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah metafora, ubahlah metafora tersebut menjadi perumpamaan. Beberapa bahasa melakukan hal ini dengan menambahkan kata-kata seperti “seperti” atau “sebagai”. Lihat Simile.
(4) Jika pembaca tidak mengetahui Gambar, lihat Terjemahkan yang Tidak Diketahui untuk mendapatkan ide tentang cara menerjemahkan gambar tersebut.
(5) Jika pembaca tidakmenggunakan Gambar itu untuk arti yang dimaksudkan, sebaliknya gunakan gambar dari budaya anda sendiri. Pastikan bahwa gambar tersebut dapat mewakili gambar dari jaman Alkitab.
(6) Jika pembaca tidak mengetahui apa itu Topik, sebutkan topiknya dengan jelas. (Namun, jangan lakukan hal ini jika audiens asli tidak mengetahui apa Topiknya).
(7) Jika pembaca yang dituju tidak mengetahui kesamaan yang dimaksudkan (Ide) antara topik dan gambar, nyatakan dengan jelas.
(8) Jika tidak ada satupun dari strategi ini yang memuaskan, maka cukup nyatakan Ide dengan jelas tanpa menggunakan metafora.
Contoh Penerapan Strategi Penerjemahan
(1) Jika metafora tersebut merupakan ungkapan yang umum dalam bahasa sumber atau mengekspresikan pasangan konsep yang terpola dalam bahasa Alkitab (yaitu metafora pasif), maka ungkapkanlah Ide tersebut dengan cara yang paling sederhana yang disukai oleh bahasa Anda.
Kemudian datanglah salah seorang pemimpin rumah ibadat, yang bernama Yairus, dan ketika ia melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya.. (Markus 5:22 ULT)
Kemudian datanglah salah seorang pemimpin rumah ibadat yang bernama Yairus, dan ketika ia melihat Yesus, ia langsung tersungkur di hadapan-Nya.
(2) Jika metafora tersebut tampaknya merupakan metafora aktif, Anda bisa menerjemahkannya secara harfiah jika menurut Anda bahasa sasaran juga menggunakan metafora tersebut dengan cara yang sama untuk mengartikan hal yang sama dengan Alkitab. Jika Anda melakukan hal ini, pastikan untuk mengujinya untuk memastikan bahwa komunitas bahasa tersebut memahaminya dengan benar.
Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Perintah ini dituliskan-Nya kepadamu karena kekerasan hatimu.” (Markus 10:5 ULT)
Karena kekerasan hatimu, maka Ia menuliskan hukum ini untukmu.
Kami tidak melakukan perubahan pada yang satu ini, tetapi harus diuji untuk memastikan bahwa audiens target memahami metafora ini dengan benar.
(3) Jika pembaca tidak menyadari bahwa itu adalah metafora, ubahlah metafora tersebut menjadi perumpamaan. Beberapa bahasa melakukan hal ini dengan menambahkan kata-kata seperti “seperti” atau “sebagai”.
Namun, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami, kami adalah tanah liat, Engkaulah tukang periuk kami, dan kami semua adalah buatan tangan-Mu. (Yesaya 64:8 ULT)
Namun, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami, kami seperti tanah liat. Engkau seperti tukang periuk, dan kami semua adalah buatan tangan-Mu.
(4) Jika pembaca tidak mengetahui Gambar, lihat Terjemahkan yang Tidak Diketahui untuk mendapatkan ide tentang cara menerjemahkan gambar tersebut.
Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sulit bagimu untuk menendang galah. (Kisah Para Rasul) 26:14b ULT)
Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sulit bagimu untuk menendang tongkat yang runcing.
(5) Jika pembaca tidak akan menggunakan Gambar tersebut untuk makna tersebut, gunakanlah gambar dari budaya Anda sendiri. Pastikan bahwa gambar tersebut adalah gambar yang mungkin ada di zaman Alkitab.
Namun, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami, kami adalah tanah liat. Engkaulah perajin tembikar kami, dan kami semua adalah buatan tangan-Mu. (Yesaya 64:8 ULT)
“Namun, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami, kami adalah kayu. Engkaulah pemahat kami, dan kami semua adalah hasil karya tangan-Mu.”
“Namun, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami, kami adalah benangnya. Engkaulah penenunnya, dan kami semua adalah hasil karya tangan-Mu.”
(6) Jika pembaca tidak mengetahui apa Topik yang dimaksud, sebutkan topiknya dengan jelas. (Namun, jangan lakukan hal ini jika audiens asli tidak mengetahui apa topiknya).
TUHAN yang hidup, kiranya gunung batuku dipuji. Semoga Allah penyelamatku ditinggikan. (Mazmur 18:46 ULT)
TUHAN yang hidup, Dialah gunung batuku. Kiranya Dia dipuji. Semoga Allah penyelamatku ditinggikan.
(7) Jika pembaca tidak akan mengetahui kemiripan yang dimaksud antara Topik dan Gambar, maka nyatakan dengan jelas.
TUHAN yang hidup, kiranya gunung batuku dipuji. Semoga Allah penyelamatku ditinggikan. (Mazmur 18:46 ULT)
TUHAN yang hidup, kiranya Dia dipuji karena Dialah gunung batu tempat aku bersembunyi dari musuh-musuhku. Kiranya Allah penyelamatku dimuliakan.
Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sulit bagimu untuk menendang galah. (Kisah Para Rasul) 26:14 ULT)
Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Engkau melawan Aku dan melukai dirimu sendiri seperti lembu yang menendang-nendang tongkat runcing pemiliknya.
(8) Jika tidak ada satu pun dari strategi ini yang memuaskan, maka cukup nyatakan idenya dengan jelas tanpa menggunakan metafora.
Aku akan membuatmu menjadi penjala manusia. (Markus 1:17b ULT)
Aku akan membuatmu menjadi orang-orang yang mengumpulkan manusia.
Sekarang kamu mengumpulkan ikan. Aku akan membuatmu mengumpulkan orang.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang metafora-metafora yang spesifik, lihat Gambaran Alkitabiah - Pola Umum.